James mengagumi kantor William. Kantornya lebih besar dari kantor Swordly Company.
Seorang wanita mendekati James, saat dirinya masuk ke lobi kantor itu.
"Tuan Swordly?"
James mengangguk.
"Silahkan" James dan jody mengikuti wanita itu masuk ke dalam lift transparan yang memperlihatkan bahwa kantor William sangat besar dan luas.
"Kamu lihat mobil-mobil mewah itu Jody?" James menunjuk mobil-mobil mewah yang berbaris di showroom di bawah mereka.
"Iya Pak James"
"Aku tidak tertarik" bisik James. Jody hanya berani melirik ke James, dia tidak berani berkomentar.
"Silahkan Masuk" wanita itu mengesekan kartunya ke pintu.
"Kita seperti mau ketemu mafia di film-film" bisik James. Jody masih menahan dirinya untuk tidak tertawa.
James melihat seorang pria memakai jas putih. Dia sedang mengisap cerutu. Dia menyadari James berdiri di depan mejanya.
"Ah tuan James Swordly? Selamat datang"
James menyambut jabat tangan dari pria itu.
"Saya William Morris, terima kasih menerima undangan saya" William mempersilahkan James untuk duduk. James memandangi ruangan besar dengan jendela kaca besar itu, William punya selera yang bagus.
"Terima kasih, bos Besar seperti anda ada waktu untuk datang kemari"
"Bukan masalah, terima kasih sudah mengundang saya. Saya sudah membaca proposal pabrik mobil listrik itu, dan... kemungkinan saya tertarik" James menatap William.
William menghembuskan asap cerutunya.
"Tapi, saya hanya bingung kenapa anda mau menerima tawaran untuk investasi pabrik ini, dananya cukup besar"
"Saya tertarik karena melihat prospek yang bagus. Walaupun bukan di Dily. Tapi kemungkinan besar minat masyarakat cukup bagus. Swordly company pun bisa buka showroom mobil listrik nantinya"
William menatap James. Dia mengambil botol minuman alkohol di sampingnya dan menuangkan untuk James.
"Saya tidak minum alkohol saat meeting" James tersenyum menolak minuman yang disodorkan william.
"Oh maaf kalau begitu" William meletakan gelas yang dipegangnya.
"Masalahnya, anda sudah menghancurkan salah satu gedung kami di Dily..."
James sudah tahu pasti William akan menggungkit hal itu.
"Coba tanyakan kepada anak anda, Leon... kenapa saya menghancurkan gedung berserta isinya" James melipat tangannya.
"Tapi kamu tidak harus menghancurkan semua yang ada disitu" William meneguk alkoholnya.
"Saya kemari bukan untuk berdebat soal anak anda yang mengancam saya" James tetap tenang.
"Iya tapi, Kalau anda tertarik dengan investasi pabrik mobil listrik itu, anakku Leon yang akan memegangnya. Apakah anda yakin?"
James menggelengkan kepalanya. Pria sungguh ini berani mempertaruhkan proyek besar di tangan bocah yang tidak tahu cara bekerja.
"Oh, Berarti saya harus meeting dengan Leon?"
William menatap James, dia cukup kagum James terlihat tenang.
"Dia ada di lokasi pabrik kami yang sedang dibangun, tapi dia tahu kamu akan datang kemarin"
"That is good, aku juga mau lihat lahannya"
"Anda yakin mau berkerjasama dengan kami?"
"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Saya ada Team dan perlu lihat dulu semuanya, tapi proyek ini bagus, ada prospek ke depan, dan aku ada dana, jadi kita lihat nanti"
Willian mengambil handphonenya. Dia menelpon Leon.
James menatap Jody yang berdiri di belakangnya. Jody menggeleng tanda tidak setuju. James hanya tersenyum.
"Supir kami akan mengantar anda ke lokasi James"
"Baiklah"
===
"Pak James, anda memasukan diri anda sendiri ke sarang singa" Jody menahan badan James saat akan menaiki mobil Leon.
"Aku cuma meeting, setelah itu aku belum tahu menyetujuinya apa tidak..."
"Tapi resikonya besar untuk keselamatan Pak James, apa tidak sebaiknya kita tunggu di sini?"
"Sudahlah, aku mau lihat juga pabrik yang mau dibangun itu, lagi pula ini hanya meeting kerjaan bukan mau perang sama mafia" James menarik tangan Jody masuk ke dalam mobil.
"Kalau ada apa-apa, aku berani hancurkan gedung ini" James tertawa sambil melirik ke arah Jody.
Mobil mereka pun memasuki area kebun kelapa sawit yang terhampar di sisi kanan kiri. Dari kejauhan mereka bisa melihat pondasi bangunan yang terletak jauh di ujung jalan. Mereka melewati beberapa pondasi yang belum jadi. James mengagumi betapa luas lahan pabrik itu akan di bangun.
"Kita sudah sampai Tuan" Supir memberitahu James
James menatap bangunan di depannya seperti gudang besar, dengan pagar beton yang tinggi melingkari lahan yang sangat luas itu.
James beranjak keluar dari mobil.
"Kamu tidak usah ikut" James menahan Jody.
"Pak?"
"Kalau 20 menit aku tidak keluar, kamu jemput aku"
Dia tahu, Leon sudah menunggunya di dalam gudang itu. Dia tidak berekspektasi meeting kali ini akan lancar atau memberikan hasil yang bagus.
James mendorong pintu gudang besar itu. Dan dia melihat Leon duduk di sebuah kursi dan ternyata gudang itu kosong.
"Oh hallo" sapa James dengan tenang, suaranya terdengar menggema.
"Ah selamat datang James Swordly" Leon berdiri menyambut tangan James.
"Kita akan meeting di sini? Atau Kamu akan mengajakku berkeliling?" Tanya James.
"Tapi aku tidak menyangka kamu benar-benar datang demi proyek ini" Leon tidak menjawab pertanyaan James.
"Tentu saja, karena proyek ini resmi dan punya prospek bagus. Apalagi aku melihat nama ayahmu, tentu saja aku berminat"
Leon menatap James berjalan memutar dan memandangi sekeliling gudang itu.
"Tapi, sayangnya aku yang akan pegang proyek ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Miliknya
RomanceClaire Irine, 29 tahun. Setelah putus dengan tunangannya, Claire memutuskan merantau ke kota Dily untuk kehidupan baru dan berusaha menyibukkan diri untuk bekerja. James Swordly, 40 tahun. James seorang owner perusahaan yang sukses dan orang penting...