Part 24

6.2K 429 0
                                    

Claire terbangun.

James tidak ada di ranjang. Dilihatnya jam di meja tidur. 22:44.

Claire keluar dari kamar, tapi James tidak ada di ruang tengah. Sayup-sayup dia mendengar orang berbicara.

Ternyata James di teras balkon, dia menelpon seseorang sambil merokok.

"... rumah itu atas nama Claire irine..."

Claire terdiam. Dia tadinya berniat mendatangi James.

"Aku ingin hak rumah itu kembali, dan satu lagi perusahaan atas nama Danila, coba kamu cek, aku ingin tahu apakah mereka melakukan Fraud..."

James terkejut. Claire memeluknya dari belakang. James mematikan teleponnya.

"James... Jangan..."

Claire tahu, James pasti berniat mencari kelemahan mereka.

"Hm, aku pikir kamu tidur?" James mematikan rokoknya.

"James, kamu tidak perlu lagi berhubungan dengan Gheno dan Danila"

"Aku hanya mengambil apa yang harusnya jadi milikmu. Lagi pula, kalau pun perusahaan mereka ketahuan curang, harus ada penindakan juga. Aku benar atau salah?" James memutar tubuhnya.

"Jawab, aku benar atau salah?" James memegang lengan Claire.

"Tapi..." Jawab Claire.

"Kamu terlalu baik, tapi aku tidak suka mereka. Aku kan sudah bilang, siapa pun yang mengganggumu aku akan memberikan mereka pelajaran" James mencium kening Claire.

"Aku sudah relakan rumah itu James, aku benar-benar tidak ingin memikirkan atau berhubungan dengan mereka lagi"

James memiringkan kepalanya.

"Yes, jangan pikirkan mereka, jangan merasa jahat. Aku bolehkan memberikan mereka pelajaran?"

Claire menatap James. Mata pria itu nampak serius. Tapi Claire sama sekali tidak mau berhubungan atau berurusan tentang apa pun dengan mantan tunangannya di masa depan.

"Hm, Kamu terlalu khawatir" James menyentuh dagu Claire.

"Aku tahu, aku terlalu mencintaimu, sampai-sampai tidak ingin ada yang bisa menyakitimu" James menghela napasnya.

"Aku baik-baik saja James, kita jangan lagi berhubungan sama mereka ya?" Mata Claire seperti memohon kepada James.

"Baik lah" James mengecup bibir Claire.

"Oh... Aku lupa, aku harus menahan diriku" James kesal.

Dia tahu jika dia melanggarnya, masa penyembuhan nya mungkin lebih lama lagi. James memeluk Claire, hanya itu yang dia bisa lakukan agar tetap intim dengannya.

Pemandangan dari atas balkon apartemen James terlihat sangat indah, lampu-lampu di kota Dily nampak seperti hiasan di kekegelapan malam. Cuaca sangat tenang, angin bertiup sejuk. James masih memeluk Claire.

"James..."

"Hm?"

Claire mendekap erat Dada James, merasakan tubuh James yang memeluknya, dan sangat menenangkannya. Jantung James terdengar di telinga Claire.

"Apa aku pantas jadi istrimu?"

"Tentu saja" James mengecup rambut Claire.

"Suka atau tidak, aku perlu kamu untuk mengisi kekosonganku. Walau sifatku aku seperti ini..." sambung James, suaranya terdengar sangat menyenangkan di kuping Claire.

"Seperti ini?"

"Yang jelas Aku bukan orang baik, Claire"

Claire menatap James. Dan saat melihat pria dia depannya ini...

Dirinya pun mencintainya.

"Maafkan Aku, aku mencintaimu James..."

"Aku tahu" James tersenyum.

"Tapi bukan karena kamu suka memaksaku!" Claire menepuk pundak James.

"Aku tidak perduli, aku akan tetap menikahimu. Walaupun kamu menolak aku akan menggendong paksa ke pernikahan" James tertawa dan mencium Claire lagi.

===

"Ummm"

Seira menatap Claire. Di depannya ada beberapa cincin.

"Kamu yakin mau model Cincin nikah model solitaire itu? kecil banget berliannya" Seira menatap James yang sibuk dengan handphonenya.

"Iya, tapi ini cantik dan simple"
Claire tampak sudah yakin dengan pilihannya.

"Tapi yang Perfect Pink berlian ini lebih cantik" Seira menunjuk salah satu kotak dengan berlian pink ukuran besar.

"Selera Claire memang suka yang sederhana Seira" celetuk James yang dari tadi menyimak kedua wanita itu berdiskusi soal cincin nikah.

"Kamu ambil yang perfect pink saja, harganya lumayan" Bisik Seira sambil menatap James dengan sinis.

"Kamu pikir aku tidak dengar heh!" James menarik rambut Seira.

"Hahaha... aku tetap mau yang mini ini saja" Claire hanya tertawa.

"Ah sayang sekali Claire" Seira menghela napasnya.

Claire tidak terlalu memikirkan harga Cincin, dia suka yang simple dan cantik. Asal James bersedia bersamanya itu saja yang paling penting.

"Oh berarti, tanggal sudah dapat, Surat sudah lengkap, gaun oke, cincin sudah... Tinggal 'barangmu' aja..." Seira melirik ke James. James membesarkan matanya.

Claire hanya tertawa.

"Aku sudah pulih!" muka James memerah mendengar candaan kakaknya yang memalukan itu. Tapi Akhirnya setelah hampir sebulan, James lega dia benar-benar pulih.

"Aku ambil cincin yang dipegang itu" kata James kepada pegawai toko.

"Baik, silahkan ikut kami tuan"

James mengikuti pegawai toko itu kedalam.

"Akhirnya, kamu akan jadi iparku" Seira tampak senang.

Claire memegang pipinya.

Dia sendiri tidak percaya. Sudah banyak yang dia lalui bahkan konflik yang berlebihan dengan James, hingga sampai di titik tenang seperti ini. Claire bahkan masih tidak percaya dirinya menikahi orang yang paling ditakutinya dulu. Tapi James sebenarnya adalah orang yang melindunginya, orang yang selalu ada dan sangat mengerti semua tentang dirinya.

"Apa aku boleh mengundang ibu Hera?"

Seira menatap Claire.

"Hmm, mungkin lebih baik kamu tanya James. Tapi aku belum siap Claire"

Claire mengerti. Dia tidak ingin merusak suasana bahagia nanti. Mungkin dia tidak akan mengundang mereka.

"Maafkan aku Seira sampai bertanya"

"Ah tidak apa-apa jangan overthinking" Seira mengelus punggung Claire.

"Ayo kita pulang" James sudah selesai urusan dengan pegawai toko perhiasannya.

Misteri MiliknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang