Part 23

6.4K 441 0
                                    

"Hmmmm"

James tampak sangat kesal. Dahinya berkerut. Tangannya memijat-mijat dahinya. Hawanya terlihat suram.

Seira dan Claire saling berpandangan. Sepertinya James tidak suka soal Adelio?

"James, kamu kenapa si?" Tanya Seira.

James tetap berekspresi yang sama, dia tetap terlihat sangat kesal. Bahkan sesekali James mengerutu sendiri.

Claire tidak berani menegur James.

"Apa kamu mau sendirian dulu?" Tanya Seira.

"Aku mau bicara sama Claire"

"Ah baiklah" Seira mendorong Claire. Claire melotot ketakutan. Seira menunjukan jempolnya kepada Claire dan menutup pintu.

"... kamu baik-baik saja James?" Claire mencoba bertanya dengan pelan.

James mengulurkan tangan ke Claire, agar dia mendekatinya. Claire bingung, dia dengan ragu mendekati James. James langsung memeluk Claire dengan erat.

"James kenapa? Apa ada masalah dengan hasil pemeriksaanmu hari ini?" Claire mulai khawatir.

James tidak menjawab. Dia sangat suka memeluk tubuh Claire, membuatnya benar-benar nyaman.

James menatap Claire.

"Kata Dokter, Aku masih harus pemulihan lagi" ekspresi James terlihat sedih. Matanya terlihat sendu.

"Ah, tapi kamu sehat-sehat saja kan?" Tanya Claire sambil membelai rambut James.

"Berarti 4 minggu aku tanpa seks denganmu!" James menggerutu.

Claire membesarkan matanya, menatap James yang dahinya tampak berkerut sedih. Entah Claire harus sedih atau ketawa melihat ekspresinya. Ternyata itu yang membuat moodnya jadi jelek.

"Sudah tidak apa-apa, yang penting kamu sehat"

James menatap Claire lagi.

"...tapi entah kenapa aku tidak suka kamu tiba-tiba bertemu Adelio di restoran"

Claire bingung. Konyol sekali kalau memang sampai James cemburu, pikirnya.

"Kenapa begitu James?"

"Entah lah, aku merasa kalau keluarga ibuku tidak ada yang baik, aku hanya tidak suka mereka mendekati kita!"

"Hmm... ada-ada saja pikiranmu, James"

"Apalagi Adelio lebih muda dan tampan, nanti kamu berpaling" goda James.

Kalau saja James tidak sakit, Claire ingin menjitaknya! Tapi sebenarnya James kelihatan sangat lucu jika manja begini.

"3 hari lagi aku harus kembali cek, aku juga tidak mau ada masalah nanti ke depannya" James menghela napasnya. Dia bersandar di kursinya, memegang setumpuk pekerjaannya di meja

"Aku bisa temani ke dokter kalau begitu"

James mengangguk.

"Hm, apa Seira baik-baik saja bertemu Adelio?" Tanya James.

"Aku tadinya juga khawatir, tapi ternyata di luar ekspektasi. Seira tampak senang"

"Hah benarkan?" James menatap Claire tidak percaya.

"Iya, dan malah Seira lebih ramah daripada kamu" Claire tertawa.

"Hmm, sejak kapan James ramah dengan koleganya" James mengejek dirinya sendiri.

Tadinya James berpikir, Seira belum siap jika bertemu Adelio. Jika tadi Seira bersikap biasa saja kemungkinan Seira bisa menerima masa lalunya. Berbeda dengan James, dirinya masih belum bisa menerima Adelio dan ibunya.

===


Claire?"

Abillah terkejut Claire menyapanya, saat datang ke swalayan.

"Hai abillah apa kabar?" Claire tersenyum, dia datang bersama James.

"Tu.. tu..tuan James?" Abillah sangat takut melihat James.

Abillah menundukan kepala tanda hormat, James hanya tersenyum.

"Kami baik-baik saja. Oh iya kami sudah ada penggantimu, Claire" kata Abillah.

"Syukurlah, maaf ya aku tiba-tiba resign. Apa Ibu Rania ada di ruangannya?"

"Ibu Rania sedang tidak di Dily, mungkin minggu depan ibu baru pulang"

"Hm, baiklah tidak apa-apa... nanti aku mampir lagi, sehat-sehat ya Abillah" Claire dan James meninggalkan Abillah.

"Wah, beruntung sekali Claire" Abdillah sangat kagum dengan sosok James. Baru ini dia bisa melihat James dari dekat.

James menengok ke arah Abillah dari kejauhan.

"Apa dia satu ruangan kerja denganmu dulu?" Tanya James.

Claire meletakan botol minuman di meja kasir dan mengeluarkan sejumlah uang.

"Hm, kami beda ruangan. Dia tangan kanan Bu Rania"

"Oh"

Mereka berjalan menuju parkiran.
Claire menatap James dan memberikan botol minumannya. Ekspresinya lagi-lagi terlihat tidak senang.

"Kamu cemburu?"

Muka James bengong.

"Tidak" James mengambil botol minuman dari tangan Claire dan masuk ke mobil.

"Claire..."

"Hm?" Claire membuka botol air minumnya dan meminumnya.

"Kita cari cincin hari ini"

Claire tersedak minumannya.

"Astaga, kenapa kamu selalu tiba-tiba begitu?" Claire masih batuk-batuk dan menepuk bajunya yang basah.

"Besok aku langsung menikahimu"

Claire memandang muka James yang terlihat cemburu itu. Claire merasa sejak pemulihan Vasektomi, emosi James berubah jadi lucu dan lebih manja.

"Kamu yakin?"

"Aku yakin!" James membalas tatapan Claire.

Claire hanya tertawa.

"Kenapa kamu tertawa?" James mengerutkan dahinya lagi.

"Yakin kamu bisa menahan bercinta di malam pernikahan kita? Atau kita mau nonton drama Korea saja seperti kemarin-kemarin?"

James menatap Claire. James membenturkan kepalanya ke setir mobil. James menyadari kebodohannya.

"Astaga, kamu memang cemburu kan tadi?" Claire tertawa.

"Hmmmm" muka James tidak bisa bohong.

Claire merasa James sangat lucu ketika salah tingkah begini. Ekspresi wajahnya sangat lucu.

"Wajahmu lucu banget James"

James mendekatkan wajahnya ke Claire.

"Ya sudah, aku minta cium saja biar cemburuku hilang"

"Jangan bercanda, banyak orang di sini!" Claire mendorong James.

James mengelus pipi Claire. James mengecup pipi Claire. Muka Claire memerah. James menyukainya.

James mengelus rambut Claire. Dirinya tidak sabar untuk memiliki wanita ini sebagai istrinya. James yakin, Claire juga mencintainya, walau pun dirinya tidak sempurna.

"Ayo pulang, aku lapar" James menyalakan mobilnya.

Misteri MiliknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang