Masuk rimba komitmen setelah sekian lama nyaman dengan status jomlo ternyata butuh penyesuaian. Ada tambahan jumlah panggilan telepon dan notifikasi pesan di ponsel yang harus dijawab. Ada waktu khusus yang harus disiapkan untuk we time yang dihabiskan sekadar makan bersama ataupun nonton.
Bukannya aku keberatan, karena aku juga senang bersama Abimana. Ada saja hal baru tentang cara mengelola usaha yang kudapatkan saat obrolan kami menyempet bisnis. Hal yang paling menguntungkan dari memiliki pacar pintar itu adalah membuatku ikut kecipratan ilmunya, sehingga aku tidak perlu membayar dan menyediakan waktu khusus untuk mengikuti kelas-kelas entrepeneur. Menghemat uang, tenaga, dan waktu, tetapi bisa belajar dari ahlinya. Seperti menembak jatuh 2 ekor burung sekaligus hanya dengan menggunakan satu butir peluru, atau melakukan lemparan strike saat bermain boling. Kemampuan yang akan membuatmu takjub dan bangga sesaat pada diri sendiri, lalu spontan berseru, "yessss!"
Perumpamaannya terlalu berlebihan? Mungkin juga sih. Tapi aku memang puas dengan keputusanku memilih Abimana untuk mengakhiri masa jomlo. So far so good. Sama sekali tidak ada keluhan tentang Abimana. Dia bukan tipe yang memborbardir dengan telepon untuk hal-hal sepele seperti menanyakan di mana aku berada, tetapi pasti menyempatkan memberi kabar. Intensitasnya tidak membuatku merasa menjadi wajib lapor. Saat ngobrol tentang usaha, dia tidak terkesan menggurui. Dia selalu mendengarkan, dan tidak memotong saat aku bicara. Abimana membuatku merasa bahwa hubungan kami memang "kita" dan tidak berfokus pada dirinya saja. Setelah punya hubungan buruk dengan vokalis band yang sangat "aku", Abimana membuatku merasa memiliki hubungan dewasa yang tidak mengekang, tetapi tetap terhubung.
Kalaupun ada yang sedikit mengganjal, itu hanya tentang John Wick, karena biasanya dia hanya kuparkir di kantor ketika Abimana datang menjemputku saat kami akan keluar bersama. Kadang-kadang aku merasa sedikit bersalah karena mengabaikannya. Biasanya John Wick yang selalu menemaniku ke mana pun. Seperti selingkuh tipis-tipis, tetapi dia hanya pasrah karena tidak berdaya untuk melarangku melakukannya.
Aku baru keluar dari kamar mandi saat ponselku berdering. Bunyinya berhenti tepat saat hendak aku angkat. Abimana ternyata sudah menghubungiku sampai 6 kali. Tidak biasanya dia menelepon beruntun seperti itu. Biasanya dia memberi jeda cukup lama saat 2 panggilan pertamanya tidak aku angkat karena ponselku ketinggalan di ruang kantor, sementara aku berada di showroom atau mengecek tukang yang sedang bekerja. Mungkin karena dia tahu aku sedang sibuk, dan dia tidak ingin mengganggu. Itu hal lain yang aku sukai dari Abimana. Dia tidak terkesan memaksakan diri berada di daftar paling atas dari prioritasku.
Aku segera menghubunginya kembali. Hari ini kami memang janjian bertemu. Pasangan pekerja yang seperti kami memang hanya punya banyak waktu di akhir pekan, saat kami tidak dikejar waktu untuk segera mengakhiri pertemuan.
"Sori, tadi aku di kamar mandi," kataku setelah menjawab salam Abimana. "Ada apa?" Telepon tanpa jeda bukan gayanya, jadi pasti ada yang sangat penting. Janji temu kami masih sekitar 2 jam lagi, jadi kemungkinannya Abimana membatalkan pertemuan karena ada kegiatan penting yang tidak bisa ditinggalkan.
"Aku ada di depan rumah kamu," jawaban Abimana di luar dugaanku.
Aku membeku sejenak. Abimana tahu rumahku, tetapi dia belum pernah mampir. Biasanya dia menjemputku di kantor, dan setelah selesai jalan bersama dia mengantarku kembali ke sana, lalu aku akan pulang dengan John Wick. Beberapa minggu lalu, kami nonton film dan pulang cukup larut. Waktu itu hujan lebat sehingga jarak pandang sangat pendek. Meskipun aku sudah melarang, Abimana berkeras mengiringiku dan John Wick dari belakang sampai ke rumah, jadi dia tahu alamatku.
Kami sudah jadian resmi lebih dari sebulan, tetapi waktu itu masih terlalu singkat untuk membawanya ke rumah dan memperkenalkannya dengan Mama. Di umur seperti sekarang, aku merasa butuh hubungan yang stabil dulu sebelum membawa seorang laki-laki menemui Mama. Aku harus benar-benar yakin. Aku tidak mau membuat kebahagiaan Mama berumur singkat karena hubungan yang aku jalin ternyata hanya sesaat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Siapa?
Fiksi UmumPilih Siapa ya? Memang belum pasti sih kalau kedua sasaran tembak Ambar mempunyai perasaan tertarik padanya, tapi nggak salah dong kalau Ambar mengamati, menimbang, dan membaca perasaannya sendiri lebih awal, jadi dia tidak akan salah seandainya d...