Pangeran Berkuda Putih

518 50 6
                                    

Komputer layar besar tertata rapi di atas meja dengan seorang wanita gendut yang berada di depannya. Nyala lagu pop terdengar, diikuti suara lembut yang mengiringi nada. Gadis itu terlihat begitu asik mengerjakan sesuatu melalui komputer yang menyala.

Bibirnya terlihat bergerak mengikuti lirik, dengan penuh penghayatan ia meluapkan perasaannya melalui lagu. Meski matanya menatap serius ke arah layar, namun bayang dendam dan kesedihan tersiar jelas dari pupil cokelatnya.

"Peluk hati kecil yang penuh dendam ini, ajariku menghapus semua rasa benci, biarkan kasih lembutmu sentuh hatiku, ubah aku jadi buah hati yang dulu ... "(Last Child-Sekuat hatimu)

Afya begitu menikmati lagu, hingga tidak mendengar suara ketukan dari arah pintu. Jari-jemarinya terus saja bergerak di atas keyboard. Sebuah akun sosial media terlihat pada layar dengan nama Anastasia Conroy. Nama samaran yang sengaja ia gunakan demi menghindari teman dan kerabatnya. Sepertinya ia berusaha melenyapkan sosok Afya di muka bumi ini, lalu menjadi bayang-bayang dengan nama Anastasia. Nama yang indah dengan harapan orang-orang tidak menyadari sosok dirinya yang bertubuh gemuk layaknya monster. Setidaknya ia merasa cantik dengan nama itu, meski hanya sedikit. Bahkan semua akunnya kini menggunakan nama itu.

'Apakah berat badan berlebih itu kutukan? Mengapa mereka dihina dan selalu menjadi bahan bulian? Lantas, bagaimana dengan mereka yang dengan sengaja melakukan kejahatan. Apakah mereka lebih mulia karena memiliki ketampanan, kekayaan dan jabatan?' tulis Anastasia melalui akun facebook-nya. Sepertinya saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja, hingga ia meluapkan kepedihannya melalui laman media sosial pribadinya.

Seseorang terus saja mengetuk pintu sambil mengatakan, "Anastasia". Pria tampan itu yang bernama Danil. Pria berkulit sedikit gelap karena terus terbakar terik matahari, mengenakan jaket dengan atribut ojek online, menggenggam dua buah pelastik besar yang berisi belanjaan-pesanan Anastasia.

Ketukan dan suara tinggi Danil tidak berhasil menyadarkan Anastasia, hingga memaksa Danil menghubungi Anastasia melalui aplikasi whatsapp. Panggilan itu begitu nyaring hingga membuat Anastasia dengan segera menurunkan volume lagunya dan menyambut panggilan masuk.

"Ya, Danil. Maafkan aku, aku akan segera membukakan pintu!" ungkap Anastasia yang kini terlihat begitu kesulitan bahkan hanya untuk menggeser kursi miliknya. Sepertinya lemak pada kedua kakinya cukup memadati kolong meja. Bahkan ia menghabiskan lima menit hanya untuk menarik tubuhnya meninggalkan kursi. Dengan tergopoh-gopoh, Anastasia melangkahkah kakinya menuju pintu. Ia berharap bisa segera tiba, namun daging tebal yang menutupi seluruh tubuhnya membuat ia tidak bisa melangkah panjang.

"Maafkan aku, Danil," ucap Anastasia dari balik pintu. Tidak keluar, hanya membuka sebahagian pintu agar Danil bisa memasukkan belanjaan pesanan Anastasia.

"Enggak apa-apa, Nes. Sebaiknya kamu jangan menyalakan lagu terlalu deras, itu enggak sehat untuk telinga," ungkap Danil sambil menyerahkan struk pesanan dan juga kembalian.

"Ambil saja kembaliannya, Dan. Hari ini belanjaanku terlalu banyak, kamu bisa pakai kembaliannya untuk membeli es di pinggir jalan," ucap Anastasia dengan nada yang begitu ramah.

"Wah, aku bisa kenyang es nih. Uang segini banyak dibelikan es, bisa enggak habis-habis sampai lusa," ungkap Danil sambil tersenyum. "Bagaimana kabar kamu hari ini, Nes? Sepertinya kamu sibuk banget, sampai enggak online dua hari."

"What?" gumam Anastasia dengan kedua mata yang terbelalak. Ia tak menyangka kalau Danil memperhatikan sampai sedetail itu. Ia terlihat begitu bahagia dengan wajah berbinar, bibirnya terus saja tersenyum sangat lebar hingga memaksa telapak tangan untuk menutupi mulutnya.

"Yah, aku sedang banyak kerjaan, hehehe," jawab Anastasia yang tanpa sadar melompat kegirangan, namun lompatannya tidak mampu menjauhkan telapak kakinya dari lantai. Hanya kumpulan lemak yang saling bergoyang dan beradu, bertubrukan.

"Oh ya, apa kamu mau aku belikan sop kambing. Itu sangat bagus untuk gizimu, Nes."

Seketika wajah Anastasia berubah sendu dengan telapak tangan kanan mendarat kuat di dahinya. Namun, jauh dilubuk hatinya ia merasakan perhatian tulus Danil padanya.

"Aku sedang diet daging. Ah, maksudku aku kurang suka daging, Dan. Terima kasih tawarannya."

"Baiklah! Aku harus kembali ngojek, nih. Jika kamu memerlukan sesuatu, pesan dariku saja. Oke!"

"Hati-hati, Dan. Semoga harimu selalu bahagia."

Danil tersenyum cukup lama menatap ke arah pintu yang masih belum tertutup rapat. Entah mengapa ia selalu merasa bahagia setiap kali Anastasia mengatakan itu untuknya. Terlebih, hanya Anastasia seorang yang mau memberikan doa baik padanya. Hatinya begitu ingin bertemu langsung dengan Anastasia, namun penolakan demi penolakan yang ia terima. Meskipun begitu, keduanya masih terus berhubungan baik hingga saat ini.

"Jangan terlalu lelah bekerja, Nes. Jangan lupa istirahat juga ya!" ucap Danil sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan rumah kontrakan Anastasia.

Segera menutup pintu, lalu menyibakkan kain yang menutupi jendela, Anastasia menatap Danil yang perlahan mulai menjauh. Bibirnya tersenyum dengan mata berbinar, meraih dua bungkusan pelastik menuju kamar dengan napas yang terengah-engah.

"Sepertinya beratku naik lagi nih, ni napas makin sesak aja. Padahal hanya ke pintu doang," gerutu Anastasia yang kini sudah kembali duduk di kursi kerjanya sambil terus memandangi daging-daging yang menutupi tangan, perut dan kakinya.

"Ratatata ... Angkat woy! Telepon kantor nih! Woy, mau dipecat lu?"

Nada dering aneh yang tanpa sengaja Anastasia temukan di internet sengaja ia gunakan khusus untuk panggilan dari para petinggi brand. Semua ini ia lakukan, agar ia tahu jika itu panggilan penting yang menjamin kehidupannya. Hingga ia harus dengan segera mengangkat panggilan masuk. Jika bukan karena bantuan mereka yang membolehkan Anastasia bekerja melalui online, mungkin saat ini Anastasia hanya akan tinggal nama.

"Anastasia, saya harap kamu tidak lupa mengirimkan lima desain promo tahun baru sebelum tengah malam. oke!"

"Oke, Mba. Ini lagi dikerjain kok," ucap Anastasia dengan lembutnya. Lalu merubah wajah menjadi begitu kesal diikuti dengusan kuat setelah menutup panggilan. "Kalian itu yah, enggak mau tahu aku lagi mood apa enggak. Mungkin pekerjaan desain ini terlihat mudah, tapi kalau hati aku lagi enggak mood, tuh akan tergambar pada desain. Tahu enggak?" teriak Anastasia sambil mengepal tinggi kedua tangannya. Namun, semua ini tidak berlangsung lama. Karena kemdian Anastasia membuka layar yang berisi autoshop-aplikasi yang kerap ia gunakan saat bekerja.

Tangan Anastasia terus saja bergerak di atas mouse, memilih ikon dan merapikan kalimat serta gambar yang ada. Ia sedang asik bekerja mendesain grafis banner, flyer dan label iklan untuk beberapa brand. Itulah pekerjaannya sepanjang hari, duduk di depan komputer sambil menikmati nada. Bahkan kulitnya tidak pernah lagi merasakan sengatan matahari sejak tiga setengah tahun lamanya.

Memilih bersembunyi karena lelah dibuli

Desain pertama begitu sulit, karena perasaannya masih kesal. Anastasia akan merasa begitu setiap kali ia mengingat masa pembulian yang sempat ia rasakan di masa lalu. Kecewa, sedih, takut semua rasa itu beradu memenuhi hati dan pikirannya. Sehingga ia kesulitan untuk menentukan ide akan desainnya, belum lagi panggilan peringatan yang semakin membuat ia tertekan.

"Nes, aku nemu penjual es enak nih! Kamu mau?" tulis Danil melalui WA yang kemudian mengirimkan foto berisi semangkuk es dengan banyak buah di dalamnya.

Anastasi tersenyum, ia sepertinya tertarik dengan foto yang Danil kirimkan. Namun, mengingat ia merasa berat badannya kian naik, ia pun kembali menolak tawaran Danil.

"Sorry, Dan. Aku lagi enggak bisa minum es," jawab Anastasia singkat.

"Oke, aku bungkuskan untuk kamu satu yah. Tenang saja, enggak pakai es kok. Biar kamu semakin semangat kerjanya," jawab Danil yang kemudian tanda online pada profilnya menghilang.

Anastasia tersenyum senang, sampai tanpa sadar ia menggosok-gosokkan kuat telapak tangan pada wajahnya. Seakan tidak percaya akan ada sosok pria baik nan tampan yang mau berteman dengannya. Pesan singkat itu berhasil mengubah perasaan Anastasia. Ia kini dengan penuh semangat kembali memulai pekerjaannya. Ide cemerlang pun memenuhi pikirannya, tanpa butuh waktu lama satu per satu desain mentahannya kelar. Tinggal melakukan editan tambahan dan mengirimkan kepada perusahaan.

"Kamu pahlawan berkuda putihku, Dan," ungkap Anastasia sambil melirik gawai yang kini memperlihatkan profil wajah Danil.

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang