Malam yang Menegangkan

281 35 1
                                    

“Ratatata ... Angkat woy! Telepon kantor nih! Woy, mau dipecat lu?”

“Halo, Bu.”

“Nes, kantor pusat sudah mengirimkan kontrak dan peraturan baru melalui email. Jangan lupa cek dan print yah. Ada banyak perubahan. Sebaiknya kamu baca teliti sebelum kembali menanda tangani kontrak. Oke.”

“Sekarang tanggal berapa sih?” gumam Nesa yang kemudian menyentuh mouse hingga layar komputer kembali menyala. “Ya Tuhan ... pantas saja perpanjangan kontrak. Sudah bulan agustus aja. Ini berarti aku sudah genap tiga tahun bekerja sama dengan perusahaan brand ini. juga pertanda sudah tiga tahun juga aku tidak pernah keluar rumah.”

Kembali teringat masa tiga setengah tahun silam. Masa dimana Nenek Anastasia mengalami sakit hingga tidak bisa sekedar berobat jalan. Keuangan yang menipis dan kebutuhan yang begitu besar mendorong diri Anastasia untuk mencoba melamar dibanyak perusahaan. Dimulai dari melamar sebagai sales, administrasi hingga office girl. Namun, tidak ada yang menerimanya.

Rasa takut kehilangan Nenek tercinta membuat Anastasia nekad melakukan banyak hal demi mendapatkan uang tambahan untuk berobat. Menyebar brosur dengan make up ala badut, sampai menjadi pelayan, namun tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Hingga lamaran online mencari desain grafis coba ia ikuti. Menampilkan banyak desain unik karena terlalu sering melihat promo dari brand terkenal.

Meski tidak semua wanita suka belanja, namun wanita lebih mudah tertarik dan tergoda akan selebaran promo. Promo apapun itu.

Desain-desain sederhana yang ia buat dengan aplikasi amatir cukup menarik perhatian pihak perusahaan. Membuat Anastasia lolos dalam tahap pertama dan diminta kembali melatih diri untuk mengikuti tahapan selanjutnya. Tersedia lima pekerja yang lolos di tahap kedua dengan tema tahun baru dan salah satunya Anastasia. Memasuki tahap ketiga hanya dua orang yang lulus dan berhubung Anastasia berada di kota yang sama, ia pun bisa menghadiri wawancara langsung ke kantor. Itulah pertama dan terakhir kalinya ia menginjakkan kaki ke sana. Sebagai pekerja freelance dan bersifat online, Anastasia tidak diwajibkan untuk mengunjungi kantor. Namun, sambungan email dan ponselnya harus senantiasa aktif.

Kemampuan desain grafis yang ia pelajari secara otodidak itu menjadi penghasilan utamanya, bahkan hingga saat ini. Tanpa harus keluar rumah dan menemui banyak orang. Keadaan ini pula yang membuat Anastasia semakin menutup diri, terlebih setelah kepergian sang Nenek untuk selamanya. Berat badan yang kian naik dan rasa takut yang begitu besar membuat Anastasia benar-benar menyembunyikan dirinya.

“Peraturan baru dan perpanjangan kontrak. Aku harap tidak ada peraturan aneh yang menyulitkan diriku,” gumam Anastasia yang kemudian menyalakan printer dan mencoba untuk mencetak pesan email yang masuk.

“Drrt ... drrrt ... drrrt ....”

Printer tidak berjalan dan setelah diperiksa ternyata tintanya habis. Sepertinya nasib sial menimpa Anastasia hari ini. Stok tinta miliknya juga habis ternyata.

“Huh! Kenapa harus saat begini sih, tintanya habis?” gerutu Anastasia yang dengan segera meraih gawai hendak menghubungi Danil. Memintanya membelikan tinta ditempat yang sudah menjadi langganan dirinya.

Dering sambungan telepon terdengar, namun Danil tak kunjung mengangkat panggilan masuk darinya.

“Mungkin dia sedang di jalan. Sebaiknya aku kirim pesan aja.”

Sayang, sambungan internet Danil sedang tidak aktif. Terlihat hanya centang satu pada pesan yang terkirim. Meskipun begitu, Anastasia terlihat tenang. Sepertinya ia sudah mengenal betul sosok Danil, hingga kini ia memilih diam dan menunggu balasan saja.

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang