Kecurigaan Danil

171 30 1
                                    

Sebuah rumah dengan teras yang dipenuhi banyak motor. Rumah yang memiliki banyak kamar serta tulisan “Kontrakan cowok. Cewek dilarang nginap” merupakan tempat tinggal Danil. Kontrakan murah dengan kamar kecil yang hanya bisa ditempati satu orang itu dihuni banyak perantau.

Setiap pagi kontrakan ini selalu ramai karena mereka berebut kamar mandi. Terutama bagi mereka yang berstatus pekerja, jika terlambat mengantri, bisa-bisa pergi kerja tanpa mandi.

Bak cover boy, mereka berdiri dengan berbagai macam gaya. Tanpa baju, hingga menunjukkan bentuk tubuhnya. Dimulai dari yang tidak berdaging hingga menunjukkan tulang dada, sampai berperut buncit seakan mengandung.

Semua bersiap menunggu giliran dan Danil selalu berada diurutan terakhir. Pekerjaannya sebagai ojek online, tidak memaksanya untuk pergi terlalu pagi. Tak jarang, Danil sengaja keluar di pagi buta untuk mengantarkan pekerja dan anak sekolah. Lalu kembali pulang dan kemudian mandi. Sangat fleksibel, namun menyenangkan dan mampu memenuhi kebutuhannya.

“Eh, Dan. Udah sehat? Udah bisa ngojek lagi?” tanya salah satu anak kontrakan, diikuti tatapan kaget anak-anak lainnya.

“Ya, nih. Udah enggak sabar pengen cepat-cepat kerja.”

“Ngomong-ngomong, banyak juga tabunganmu ya. Bisa operasi dan istirahat tanpa mikiri uang kontrakan dan biaya makan.”

“Bukan tabungan. Tapi hutang. Itulah, kenapa aku mau cepat-cepat kerja. Biar bisa segera bayar hutang. Pusing ... sehari-hari aja cengap-cengap. Ini harus mikiri hutang,” jelas Dani diikuti gelengan kepala dengan wajah lelah.

“Ya juga, bisa makan aja syukur kali. Ini harus cari uang buat bayar hutang pula.”

“Tapi, Dan,” potong anak lainnya. “Operasi kan mahal. Mau berapa banyak kamu berhutang? Gila! Ada ya, yang mau hutangi kamu segitu gede.”

Danil terdiam, pertanyaan yang sama pun berulang kali ia tanyakan pada dirinya. Ia sangat tidak menyangka betapa besar kepercayaan Anastasia padanya. Jangankan berharap dipinjamkan uang. Malah Danil mendapatkan uang berlebih agar bisa beristirahat selama sebulan lamanya.

“Hei! Bukannya jawab, malah bengong.”

Kibasan handuk yang mengenai wajah Danil membuat dirinya kembali tersadar akan lamunan sesaat. Ia hanya bisa tersenyum dan menyengir bagai kuda.

“Lain kali hati-hati, Dan. Namanya ngojek, mainnya di jalan. Berarti resiko kecelakaan di jalan lebih tinggi,” ujar teman Danil.

“Ya sih, tapi aku tau kok, Danil bukan orang yang ugal-ugalan. Emang takdir aja kali, dia harus kecelakaan. Banyak tuh, orang yang naik kendaraan enggak ngebut, jalan di pinggir dan hati-hati. Tapi naas malah ditabrak atau diserempet kendaraan lain. Ya kan?”

Mereka semua mengangguk serempak, seakan setuju dengan pendapat yang dilontarkan.

“Tapi kamu hebat juga, Dan,” sambung temannya sembari menepuk lembut pundak Danil. “Aku suka rindu orang tua kalau lagi sakit, lagi susah atau lagi banyak masalah.”

“Ah, itu kamu aja yang manja. Belajar mandiri dan tanggung jawab dong, gimana mau tanggung jawabi anak gadis orang entar,” ledek anak lainnya. Membuat keadaan semakin riuh. Diikuti gelak tawa dan tatapan meledek.

***
Terlihat rapi dengan jaket dan helm di kepala, Danil bersiap kembali bekerja. Setelah mengemas minuman dan mantelnya, ia menyalakan motor dan pergi meninggalkan kontrakan. Danil terus tersenyum, rasa rindu untuk mengunjungi Anastasia begitu besar. Sedari tadi malam, ia sudah mengirimkan pesan singkat kepada Anastasia. Pesan yang mengatakan, “Besok aku udah mulai ngojek. Jadi kamu udah bisa pesan ke aku lagi”. Tidak mendapat jawaban yang berarti. Hanya kata, “Oke” yang ia terima.

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang