Berbagi Cinta untuk Cinta

206 21 0
                                    

“Tin, tin ...!”

Suara klakson mobil terus berbunyi, begitu keras hingga membuat beberapa rumah yang ada di sana turut merasa kebisingan. Beberapa orang melirik tak senang ke arah mereka. Tidak terkecuali Anastasia yang juga turut terusik karenanya. Terbangun dengan wajah kesal, Anastasia segera menghampiri jendela kaca untuk melihat ke arah luar.

“Aduh! Pada ngapain sih?” gerutunya dengan wajah yang tak senang.

“Nes, buka pintu! Kami datang. Kalau enggak buka, aku dobrak nih!” ujar Dina-member ABG yang masih betah dengan tubuh gendutnya. Tidak seperti anak lain yang mulai mengatasi kebiasaan buruk penyebab obesitas.

“Ada apa?” tanya Anastasia, wajahnya mengintip dari cela pintu yang terbuka. Rambut semrawut dengan kotoran di sudut mata, membuat mereka tertawa geli ke arahnya.

Tanpa ragu, Dina mendorong pintu hingga terbuka lebar dengan Anastasia yang ikut tergerak mundur.

“Mandi gih, Kak! Buruan!” pinta Kiki dengan manja. Kedua tangannya memegang tas kertas ukuran besar.

“Eh, kok?”

“Kek, kok, kek, kok. Buruan mandi! Cepetan yah! Kalau enggak mau ni meja dan kursi aku santap abis,” ledek Dina sembari duduk dan menyalakan TV.

Anastasia hanya bisa menatap bingung, berdiri mematung menatap keduanya. Namun, pikiran kosongnya mendadak hilang setelah Dina mendorong tubuhnya masuk ke dalam kamar mandi.

“Eh, handuknya?”

“Entar diantar. Udah, mandi aja sana!” ucap Dina sambil memperlihatnya mulut manyunnya. Dina dikenal sebagai orang yang tidak sabaran, meski tubuhnya super gendut, tapi ia termasuk orang yang gesit diantara mereka.

Anastasia selesai mandi, lalu berniat mengenakan pakaian. Namun, dengan segera ditahan Kiki. Ia meminta Anastasia duduk dan memindahkan cermin dihadapannya.

“Eh, mau ngapain sih?” tanya Anastasia berupaya menolak, dahinya mengernyit diikuti wajah takut.

“Tenang, kak. Enggak disakiti kok. Tapi dibuat cantik,” ungkap Kiki dengan senyuman yang terkembang. Ia selalu senang jika diminta mendadani seseorang. Baginya wajah mereka adalah canvas dan ia pelukisnya.

Anastasia hanya pasrah, terlebih Dina menatap dengan tatapan lebar ke arahnya.

“Tenang enggak, apa perlu pakai tali nih, biar kek film sikopet?” gertak Dina diikuti tawa Kiki.

Meskipun keadaan ini terasa kasar dan menakutkan, namun tidak berlaku dengan Anastasia. Sering bersama dan mengenal sifat satu sama lainnya membuat Anastasia tak merasa takut apalagi tertekan. Terlebih ia kerap mendapati member ABG selalu mengatakan, “Nes, kenapa sih enggak percaya ke kita. Kami tau, kamu itu punya trauma dan kami juga kok, meski beda versi. Tapi cobalah untuk percaya, setidaknya dengan kami. Karena kami janji enggak akan nyakiti kamu. Kami ini keluarga kamu.”

Tanpa sadar, sikap dan ucapan mereka yang tulus membuat Anastasia merasa lebih nyaman. Traumanya perlahan terobati dan mulai berani untuk melakukan banyak hal lainnya.

Dandanan selesai, tidak terlalu mewah dan terkesan natural. Namun, berhasil membuat Anastasia tersenyum malu dengan tatapan bangga menatap gadis yang ada di depan cermin.

“Nah, sekarang ganti baju. Kita mau pergi lagi nih!” pinta Dina sembari menepuk lembut pundak Anastasia.

Menurut dan segera berganti baju yang sudah disediakan Kiki. Anastasia benar-benar tidak bisa menolak jika Dina yang meminta. Bagi Anastasia, Dina gadis gendut yang enggak cantik wajahnya. Namun, sangat percaya diri dan selalu bersikap santai. Hal inilah yang membuat Anastasia merasa malu sendiri. Terlebih kini dirinya jauh lebih baik dengan berat badan yang menurun dan riasan di wajahnya.

Ketiganya memasuki mobil dan melaju menuju rumah kecil yang ada di dusun bambu. Daerah kumuh dengan kepadatan penduduk. Begitu padat, hingga mobil pun tidak bisa masuk karena jalannya yang kecil. Mau tak mau, mereka harus memarkirkan mobil di jalanan dan berjalan masuk melalui lorong kecil. Dilihatin banyak orang, namun Anastasia sadar tatapan mereka terlihat kagum dan memuji. Terus merunduk sepanjang jalan, Anastasia mulai tersenyum ketika terdengar seorang anak kecil menggoda ke arahnya, “Hai Kakak cantik!”

Rumah kecil, terbuat dari kayu dengan sebuah kamar di dalamnya. Rumah yang dihuni lima orang itu, nyaris tidak muat untuk dikunjungi sepuluh member ABG sekalipun. Namun, mereka tidak keberatan, upaya ini mereka lakukan untuk menyenangkan Lia-member ABG yang selalu merasa malu bergabung karena kemiskinannya.

Haru, Lia hanya bisa terdiam menatap wajah mereka. Baju bagus, kue bolu dengan lilin di atasnya, balon serta hadiah telah berada di tangan mereka. Lia begitu bahagia dengan kejutan yang mereka buat. Tanpa sadar, Anastasia turut tersenyum melihat kebahagiaan Lia. Wajah haru dengan mata berkaca-kaca, Anastasia tidak menyangka kembali bisa merasakan kebahagiaan seperti hari ini.

“Entah sejak kapan kebahagiaan mulai sering mengunjungi kehidupanku.”

“Kak, maaf rumahnya kecil. Jadi ....”

“Nih! Ganti baju. Kita mau gerak lagi. Ada kejutan selanjutnya,” ujar Dina dengan wajah penuh percaya diri.

Lia yang sedari tadi meragu karena tak mampu menyambut kedatangan teman-temannya, kini tersenyum lebar. Anggukan dari permintaan Dina kini berganti dengan gaun bagus yang saat ini ia kenakan. Setelah berpamitan, mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Begitu pula dengan kedua orang tua Lia, mereka sangat bahagia karena Lia memiliki teman yang baik tak seperti prasangka mereka selama ini.

Mobil melaju menuju rumah makan, awalnya Anastasia merasa enggan untuk turun dan memilih untuk makan di dalam mobil saja. Meski semua member yang ada mengatakan dia cantik, namun nyali untuk berada di tengah masyarakat belum ia miliki.

“Kita bukan turun untuk makan, Kak. Ya udah, Kakak tunggu di sini aja.”

Anastasia masih saja bingung akan rencana apa lagi yang akan mereka lakukan. Tersadar betapa cueknya ia akan pembahasan yang ada. Rasa dan prasangka buruknya membuat ia membentengi diri sendiri, hingga ia terus berada dalam keadaan yang sama. Terpenjara dalam trauma.

Ada banyak nasi kotak yang dibawa masuk ke dalam mobil. Mungkin seratusan lebih. Merasa malu bertanya, Anastasia memilih diam dan hanya menanti penjelasan dari teman yang lainnya.

Mobil kembali melaju dan kini berada di daerah pembuangan. Daerah kotor dekat pembuangan sampah yang terlihat menumpuk seperti gunung. Banyak anak bermain di sana dan para orang tua yang mencoba mengais rezeki dari sampah pelastik.

Mengiba, seakan melupakan rasa takutnya, Anastasia turun dan mengikuti member lainnya untuk berbagi makanan. Penduduk setempat terlihat begitu bahagia, anak-anak tersenyum riang dengan pakaian bernoda dan terkoyak. Begitu pula ibu-ibu yang harus bergelud dengan sampah sambil menggendong bayinya. Terlihat tak layak, namun begitulah keadaan.

Satu pelajaran berharga yang ia dapatkan di sini. “Rasa syukur membuat mereka kuat untuk bertahan, terus tersenyum dan tak mengeluh dengan keadaan.”

Seketika air mata Anastasia mengalir dengan sendirinya. Haru dan malu, kini Anastasia benar-benar lupa akan kesakitannya. Bibirnya tersenyum dan tanpa meragu melangkah jauh meninggalkan teman-temannya untuk membagikan kotak berisi makanan.

Wajah bahagia juga terlihat dari member ABG lainnya. Mereka saling melempar tatap diikuti senyuman ke arah Anastasia. Akhirnya misi mereka berhasil, Anastasia mulai berani membuka diri. Sebagai sahabat serta keluarga baru bagi Anastasia, mereka sangat berharap bisa memulihkan kepercayaan diri Anastasia. Seperti mereka yang juga memiliki perubahan baik setelah bergabung di website buatan Anastasia.

Mencoba akan terasa sulit, terlebih tanpa dukungan dan kekuatan dari orang lain. Begitu pula dengan rasa sakit yang diderita korban buli. Tak heran, jika mereka memilih mengakhiri hidup karena tak mampu menaklukkan rasa takutnya.

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang