Komunitas ABG

168 32 4
                                    

Harapan yang tidak teraih membuat hari memburuk dengan jiwa yang terpuruk.

Seminggu ini Anastasia terus bermalas-malasan. Makan tidak teratur dan tidak lagi berolah raga. Banyak berbaring, menikmati cemilan sambil terus menonton TV. Tidak ada kegiatan yang berarti. Bahkan pekerjaannya pun ia abaikan begitu saja, sampai masa deadline tiba. Lalu ia akan mengerjakannya terburu-buru bahkan sampai bergadang hingga terbit fajar. Semua ini membuat tubuhnya sakit. Pusing dengan kepala yang terus berdenyut, hingga membuatnya sulit membuka mata.

“Nes, apa kabar? Aku mimpi kamu loh tadi malam.”

Pesan singkat dari Danil berhasil membuat Anastasia kaget. Matanya memerah, namun ia tetap berusaha untuk membaca pesan yang ada.

“Hanya kelelahan,” ujarnya dengan wajah lemah. Napasnya terasa sesak, meski ia mengeluarkan sebahagian dari mulutnya.

“Istirahatlah. Kamu ingin makan apa, biar aku belikan.”

Ada angin segar seketika meniup ke hati Anastasia. Perhatian Danil berhasil mengembangkan senyum di wajahnya.

“Tidak, Dan. Nanti bila perlu aku kabari. Oke.”

Pemberitahuan masuk, ternyata ada ratusan email datang melalui web buatannya. Seketika mata Anastasia terbelalak melihat isi pesan yang ada. Tubuhnya seketika bersemangat, memilih duduk sambil bersandar lalu membaca semua pesan. Ada banyak orang yang ingin bergabung di group ABG. Jari jemari Anastasia mulai menari untuk membukakan pintu bagi member baru mereka. Sambutan hangat membuat mereka menjadi lebih akrab. Saling berkenalan diri dan memberitahukan daerah asal, membuat Anastasia semakin tak percaya. Bukan hanya dari kota besar seperti Jakarta, Bandung, Makasar maupun Medan. Bahkan juga ada yang berasal dari Papua, Kalimantan dan Sulawesi. Hampir seluruh daerah bergabung di sini.

Selepas berkenalan, sebuah akun dengan nama Alena Chandra memonitoring keadaan group. Ia membuat sebuah pertanyaan mengenai hobi dan pekerjaan mereka. Dari sini, rasa takjub Anastasia semakin meledak. Bukan dari kalangan biasa, sebahagian dari mereka ternyata justru orang-orang hebat yang sudah punya nama besar. Seperti perancang baju dengan brand XXXL, mentoring make up artis, sampai penerjemah untuk beberapa bahasa. Hampir semua kalangan tergabung di sana.

Begitu bahagia, hingga membuat Anastasia berkaca-kaca. Percakapan demi percakapan yang mereka lakukan mengundang kesembuhan datang. Kini Anastasia berjalan dengan tegar mendekati komputer yang sudah dua hari tidak menyala. Membuka web dari sana dan mulai memperhatikan mereka melalui profil yang ada.

Laudre yang sempat mengakui sebagai desain terkenal brand XXXL ternyata benar adanya. Wajah itu kerap masuk TV ataupun majalah. Kenyataan ini membuat Anastasia menganga lebar seakan tidak percaya. Terlebih, ia sempat melihat dan mengagumi semua desain Laudre yang terkenal akan gaya khusus penderita obesitas. Harga baju yang tidak murah, bahkan sempat ikut di fashion week Jakarta dan luar negeri, Laudre terkesan begitu rendah hati karena mau bergabung dengan mereka yang hanya kumpulan anak jelata.

“Ini bukan mimpi, ya, ini bukan mimpi. Ya kan?” gumam Anastasia yang tak mampu menahan tangis kebahagiaannya. Berulang kali ia menepuk kedua pipinya dan rasa sakit itu nyata. Ia kembali sulit bernapas, karena hidung yang tumpat akibat menangis.

Perkembangan web Anastasia begitu cepat. Kini mereka berencana untuk membagi kemampuan masing-masing kepada semua member group. Bahkan mereka bersedia membuat video dan membagikannya, agar bisa mereka pelajari perlahan di rumah.

Niatan ini disambut baik dan segera dilaksanakan. Laudre dengan ramahnya bersedia membantu mereka memilihkan beberapa gaun atau pakaian untuk keadaan tertentu. Antusias mereka membuat group ini kian tersebar ke banyak orang. Dari mulut ke mulut, web ini sudah dikenal banyak orang. Tidak hanya orang obesitas, yang kurus pun sampai ingin ikut bergabung.

“Kak, makasi ya untuk siapapun yang buat group ini. semenjak ikut di sini aku jadi lebih bahagia dan percaya diri. Aku enggak merasa sendiri lagi. Hanya kakak-kakak di sini yang ngerti aku.”

Ungkapan ini menggerakkan hati semua member. Mereka saling saut menyahut memberikan komentar akan apa yang mereka rasa semenjak bergabung di sini.

“Ya, Kak. Setuju. Aku juga merasa begitu. Rasa punya keluarga baru. Meski enggak sedarah, tapi di sini aku merasa dimengerti. Meskipun aku lebih banyak silence reader dan jarang komen.”

“Betul, betul, betul. Beda sama group lain. Di sini kita saling nguatin meski enggak kenal. Saling membantu dan enggak pelit ilmu. Berbagi banyak hal. Sumpah! Andaipun berbayar, aku jamin enggak rugi gabung di sini.”

“Woy, endors ya. Jago banget marketingnya. Promosi terus ...,” balas seseorang diikuti emotikon mengejek. Bukannya marah, mereka jadi saling sahut-sahutan. Terlihat sangat seru seakan mereka bertemu nyata.

Senyuman terus terkembang di wajah Anastasia. Ia sangat terharu karena begitu bahagianya. Tidak hanya mereka, sesungguhnya Anastasia pun merasakan yang sama.

“Akhirnya ... apa yang aku inginkan terjadi. Mereka bisa mendapatkan kebahagiaan di sini. Sama seperti aku yang hanya tinggal sendiri. Mungkin mereka punya keluarga, namun bukan berarti mereka sudah cukup bahagia.”

“Kak, aku jadi merasa cantik loh. Setelah belajar make up dari video tutorial Kakak. Keren abis ah. Meskipun ini pipi enggak benar-benar tirus, tapi aku jadi cakep loh. Wkwkwkwkw.  Banyak yang bilang wajahku manglingin Kak. Pokoknya uda cem artis akunya Kak.”

“Seru yah. Sama seperti aku. Kata mereka, aku lebih moderen gitu. Fashionable, girly abis.”

“Lah, selama ini. Emangnya kamu gimana gayanya?” balas seseorang.

“Entahlah, Kak. Pakai apa aja yang muat. Daripada enggak pakai baju, Kak. Tapi semenjak Kak Laudre bergabung, aku jadi tau beli baju ukuran extra dimana. Maaci Kak Luadre, maaci juga Kakak-kakak lainnya. Loph you full.”

Air mata kian deras, kata demi kata yang yang ia baca membuat perasaannya bahagia. Bayang kesedihan dan kesepian memudar, berganti buih kebahagiaan dibarengi rona rasa syukur.

Waktu berlalu begitu cepat, Anastasia terlarut dalam suasana. Kata demi kata yang ia baca, membuat ia lupa akan rasa sakit yang dideritanya. Sudah terlalu lama ia merindukan suasana ini. Keadaan berbincang dan bermain bersama, menjadi kenangan semata. Masa itu hanya sempat Anastasia rasakan selama dibangku sekolah dasar saja.

Berlarian, melompat dan berbincang sambil menikmati bekal. Duduk dibawah pohon rindang yang ada di halaman sekolah. Saling berbagi cerita pengalaman saat liburan. Semua itu terdengar membahagiakan, karena saat ini tak lagi dapat dirasakan. 

Sesuatu menjadi sangat berarti kala tak lagi bisa dimiliki.

Dering gawai teracuhkan, meski sudah berulang kali masuk pemberitahuan. Hingga sore menjelang, suara geluduk membuat Anastasia tersadar akan hari yang mulai gelap. Setelah memandang kesekitaran, sudah ada banyak tisu berserakan disekitarnya. Tisu yang ia gunakan untuk menyeka air mata dan lendir hidung yang terus keluar.

Panggilan masuk, ternyata itu dari Danil.

“Ya, Dan,” jawab Anastasia dengan suara surau.

“Nes, kamu enggak apa-apa kan? Kamu kok enggak balas pesanku?” tanya Danil dengan nada hawatir.

Tak kunjung mendapat jawaban, Danil kembali berseru,  “Nes, Anastasia!”

“Enggak kok.”

“Tapi, suara kamu kok gitu. Kamu habis nangis ya? Kamu kenapa, Nes? Ceritalah! Jangan buat aku bingung begini,” pujuk Danil.

Anastasia hanya tersenyum, sambil melihat wajahnya dari bayang layar komputer.

“Halo, Nes. Nes, aku ke rumah kamu yah. Aku akan datang sekarang, tunggu aku, kamu jangan kemana-mana,” jawab Danil sebelum menutup panggilannya.

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang