“Ping, ping, ping, ping,” gawai Anastasia terus saja berdering, pertanda ada banyak pesan yang masuk. Terlihat deretan nama tertulis pada pemberitahuan, mereka saling membalas pesan dari website ABG.
“Gimana guys, pada bisa datang kan? Terutama yang berada di Medan. Biar kita pada kumpul lagi.”
“Emang kapan? Biar aku atur jadwal. Ceile ... macam orang sibuk aja. Sibuk menghalu iya.”
“Kak Anes mana? Belum nimbrung nih. Kak Anastasia bisa datang juga kan?”
Seketika Anastasia tertegun menyadari namanya disebut. Sebuah perayaan akan diadakan khusus member ABG. Semenjak web ini dibentuk, ada saja undangan pertemuan yang mereka buat.
Bingung dan meragu, Anastasia terlihat menggigit bibir bawahnya. Matanya melirik ke kanan dan kiri seakan berada di kondisi yang tidak menyenangkan. Hatinya kacau dan pikirannya kalud, rasa takut itu memuncak tatkala ia menyadari ada banyak member ABG yang mengetahui alamat rumahnya.
“Kalau enggak ikut ... entar malah mereka yang jemput ke rumah. Gimana nih?” gerutu Anastasia sambil menunjukkan wajah cemberut.
“Eh, Kak Anes udah online tuh. Kak, bisa ikut kan? Entar kami jemput deh.”
“Deg!”
“Huh! Baru saja dibilang, udah kejadian. Aduh .... gimana cara nolaknya ya?”
Seketika ingatan Anastasia kembali, pada masa sepekan yang lalu. Saat itu Anastasia mencoba keluar rumah untuk yang kedua kalinya. Berjalan di malam hari dengan jaket hingga memperlihatkan wajahnya. Biasanya ia menggunakan hoodi untuk menutupi kepala, namun sayang hoodi itu masih basah. Terus melangkah dengan wajah menunduk menuju mini market yang berada tidak jauh dari rumahnya. Namun, ada banyak mata yang terus memandangi dirinya. Perasaan takut itu kembali dan semakin memuncak kala seorang kasir pria menyentuh tangannya diikuti senyuman yang diartikan seperti senyuman nakal merendahkan. Tanpa menunggu kembalian, Anastasia segera pergi meninggalkan mini market dengan berlari. Untuk kedua kalinya ia mencoba keluar dengan berjalan kaki dan hasilnya masih menakutkan.
“Nes, ikut yah. Aku sedih loh, kalau kamu enggak ikut. Udah beberapa kali ada pertemuan, kita enggak pernah ketemu. Saat kamu datang, aku yang enggak bisa ikut. Jadi kali ini, datang yah. Pokoknya kalian enggak perlu mikiri kado ya. Datang aja, aku udah senang,” jelas Nindi-member ABG yang akan berulang tahun yang ke dua puluh lima.
Anastasia hanya bisa menghela napas berat dari mulutnya. Duduk bersandar sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan. Terlihat bagian perutnya berlipat dua bagian, ini menandakan ia lebih kurus dari sebelumnya. Namun, tetap saja berat badan yang menurun sampai dua puluh kilo itu tidak bisa menghapus ingatannya akan bulian di masa lalu. Kulit yang lebih cerah dan badan yang tidak mengendur karena sudah rajin berolah raga, tak lantas bisa mengembalikan kepercayaan dirinya.
Layaknya kain putih yang sudah terlalu lama terendam dalam comberan, akan menjadi gelap dan berbau. Butuh waktu dan orang lain untuk membantu kain itu agar kembali bisa terlihat putih dan indah.
Dering gawai berbunyi, nomor tak dikenal menghubungi, ternyata itu salah satu anggota member ABG. Mereka terpaksa menghubungi Anastasia melalui gawainya karena ia tak membalas pesan meski sedang online.
“Nes, ini aku Wiwi member ABG. Kamu apa kabar? Sibuk banget ya, sampai enggak bisa balas pesan di web padahal lagi online,” sapanya dengan nada meledek.
“Eh, enggak, Kak. Sambil kerja soalnya,” jawab Anastasia dengan nada terputus-putus. Suaranya begitu lembut hingga nyaris tak terdengar.
“Nes, datang ya. Awas kalau enggak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ABG Atas Bawah Gede
RomansaPerjuangan wanita gendut untuk menemukan kepercayan dirinya hingga menjadi sumber inspirasi jutaan wanita gendut dunia. Anastasia Conroy-gadis yang dibesarkan oleh seorang nenek tua. Ia hidup sendirian di kontrakan kecil setelah kematian neneknya. H...