Tatapan Tuan Cho

155 30 1
                                    

“Ma ... af,” ucap salah satu karyawan yang berjalan lalu berbalik badan tanpa melihat.

Anastasia terdiam dan merunduk. Tubuhnya mendadak kaku setelah tertabrak. Kedua tangannya saling menggenggam dengan napas yang mendadak sesak. Benar-benar takut ketika menyadari ada banyak mata yang menatap ke arahnya, terutama mata pria yang baru saja menubruk tubuhnya.

Pria itu terus saja menatap ke arah Anastasia, terlihat begitu penasaran, pria itu sampai merunduk untuk melihat wajahnya. Bingung dan takut, hingga tubuh Anastasia gemetar. Ia hanya bisa mengalihkan pandangan agar tak terlihat wajahnya. Namun, pria itu usil. Ia dengan sengaja mengikuti arah wajah Anastasia, hanya demi bisa melihat siapa sosok gadis yang ada di hadapannya.

"Eh, kok bisa ada bidadari di sini?" Ujarnya sembari tersenyum geli.

Tidak hanya pria itu, melainkan semua karyawan yang berada di sana menatap penasaran ke arahnya. Meski ada beberapa karyawan freelance di sana, namun mereka tetap mengenali, setidaknya saat pertemuan diadakan. Berbeda dengan Anastasia yang sama sekali tidak mengikuti pertemuan meski sudah hampir empat tahun lamanya bekerja sama di perusahaan itu.

“Eh, siapa sih dia? Karyawan baru ya?”

“Entah, enggak pernah lihat juga. Apa karyawan freelance?”

“Enggak pernah jumpa sama sekali, tuh di pertemuan. Apa karyawan baru?”

“Cakep juga ya? Manis berisi.”

“Iya, kok pemalu gitu ya. Merunduknya dalam banget, seperti orang yang lagi uang jatuh.”

“Hus! Itu keknya bukan nunduk malu. Tapi takut deh, lihatlah!”

“Iya juga ya, kok seperti anak baru yang lagi di ospek?”

“Iya, dia takut. Takut sama anu, pria buaya darat,” ujar mereka diikuti tawa nakal.

Tawa itu terdengar hingga ke telinga Anastasia. Ia semakin  takut, hingga tak lagi mampu mengontrol dirinya. Seluruh tubuhnya begitu kaku, hingga kakinya sulit digerakkan. Bergetar, tubuhnya semakin bergetar kencang dengan banyak keringat yang mengalir membasahi punggungnya. Ingin menangis, mata yang berkaca-kaca dan bibir yang memucat. Anastasia benar-benar tak tahu harus berbuat apa.

Kejadian ini kembali mengingatkan masa lalu Anastasia. Saat itu ia hendak menemui guru yang tengah mengajar di kelas lain. Kelas dimana berkumpulnya anak-anak cakep dan cerdas. Saat itu Anastasia sedang berdiri di depan pintu, mengetuk dan meminta izin masuk.

“Masuk!”

Dengan penuh ketidak yakinan, Anastasia membuka pintu dan melangkah masuk. Hanya satu langkah, lalu tiba-tiba suara tawa memenuhi ruangan. Mereka menatap hina ke arahnya. Berbisik dan ada pula yang bersuara lantang merendahkannya.

“Babi buntung masuk!” teriak salah seorang anak.

“Bukan woy. Tapi monster. Wkwkwkwkwk.”

“Eh, kalian enggak boleh gitu. Dia makhluk hidup juga loh.”

“Alah, sok suci. Tapi, bener juga. Dia punya nama kali. Bentar-bentar, coba aku baca,” ujar seorang pria yang kemudian meninggalkan bangkunya lalu berjalan mendekati Anastasia yang masih berdiri mematung sambil merunduk.

Pria itu dengan usilnya melakukan hal yang sama. Sengaja merundukkan kepala untuk melihat wajah Anastasia. Meskipun Anastasia mengalihkan pandangan, namun pria itu terus saja mengikuti arah tatapan Anastasia.

“Eh, jangan lihat dekat-dekat. Entar disemprot racunnya. Cewek beracun tuh!”

“Ssttt!” ujar pria yang ada di depan Anastasia, sambil meletakkan telunjuk di bibirnya yang tertutup. “Bentar aku baca namanya ya, woy!”

ABG Atas Bawah GedeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang