Pada dasarnya semua wanita itu cantik. Hanya saja, tidak semua menonjolkan bagian itu. Terlihat dari wajah para cewek setelah make up. Benarkan?
Hari ini terasa berbeda, ada rasa bahagia bahkan sejak Anastasia membuka matanya. Bangun, mandi, menikmati sarapan berisi jus dan salad buah. Lalu menyalakan komputer dan mulai bekerja. Meski harus kembali bergelud dengan gambar dan berbagai bentuk tulisan, namun tak sedikitpun rasa jenuh datang. Senyumnya terus terkembang, meski ia sendiri tak tahu apa yang menyebabkannya.
“Tok, tok, tok!”
Gedoran pintu terdengar begitu kuat. Kaget hingga tersentak, Anastasia segera meninggalkan kursi panasnya dan mulai mendekati pintu. Memilih mengintip terlebih dahulu dari kaca jendela dan kemudian membuka setelah mengetahui siapa yang datang.
“Kak Anes, lihat tuh sodara Kakak!” gerutu Kiki dengan wajah manyunnya. Melangkah masuk lalu menghempaskan tubuh di atas sofa tua yang ada di rumah Anastasia. Kedua kakinya berada di atas meja dengan kepala bersandar. Reaksinya menunjukkan rasa lelah yang berlebihan.
“Santai aja kali, Ki. Kan kamu aku bayarin makan, terus diajak jalan. Mana enggak ada keluar duit lagi,” sambungnya Dea dengan bungkusan besar berisi belanjaan di tangannya.
“Kenapa?” tanya Anastasia dengan wajah bingung. Sebagai orang ketiga, ia merasa tak mengerti akan apa yang menjadi pembahasan kedua teman online-nya itu.
“Oh ya, coba suruh Kak Anes pakai, Kak!” seru Kiki dengan wajah merona.
Sesaat Dea terdiam, memandangi tubuh Anastasia, lalu tersenyum dan mengangguk.
Anastasia semakin bingung jadinya. Matanya terus saja melirik ke arah Dea dan Kiki bergantian. Benar-benar bingung, Anastasia sampai mengernyitkan dahi dengan wajah takut.
“Udah, tenang aja. Enggak nyakitin kamu kok.”
Sontak saja jawaban Dea semakin membuat Anastasia takut. Tubuhnya bergerak reflek mundur beberapa langkah hingga kini bersandar tepat pada daun pintu.
“Yuk, Kak!” ajak Kiki sembari menarik tangan Anastasia. Wajahnya tersenyum seram seakan hendak merencanakan sesuatu yang picik. Membuat Anastasia menggeleng reflek tanda tak setuju. Begitu pula dengan Dea yang ikut menarik tangan sebelahnya, hingga kini tubuh Anastasia sudah berada di dalam kamar dengan posisi berdiri mematung.
“Pakai ini!” pinta Dea sembari menyerahkan tas kertas berisi gaun merah.
“Eh?”
“Udah, pakai aja, Kak!” pujuk Kiki meyakinkan Anastasia. “Buruan ...,” sambungnya.
Masih terdiam dengan wajah tak yakin, Anastasia terus saja menatap Dea dan Kiki bergantian. Membuat Kiki tersadar hingga berkata, “Kak, kita keluar dulu. Kak Anes ya malulah ganti baju di depan kita.”
Beberapa saat menunggu, akhirnya pintu Anastasia yang sedari tadi tertutup rapat kini terbuka. Terlihat Anastasia berdiri dengan senyuman kakunya. Geli, kedua temannya tertawa ngakak melihatnya. Sedih dan takut, Anastasia nyaris kembali menutup pintu kamar ketika melihat tawa mereka. Namun, segera ditahan oleh Dea.
Lagi-lagi keduanya menarik paksa Anastasia keluar kamar. Memintanya duduk dan berpasrah ria akan tindakan yang mungkin akan mereka buat.
“Udah tenang aja, Kak,” ujar Kiki sembari tersenyum genit.
Dea pun memulai aksinya, sebagai gadis yang doyan dandan, tasnya selalu membawa peralatan hias. Tangannya mulai beraksi, satu per satu peralatan make up mulai digunakan. Sedangkan Dea menahan tubuh Anastasia dengan menekan kuat bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABG Atas Bawah Gede
RomancePerjuangan wanita gendut untuk menemukan kepercayan dirinya hingga menjadi sumber inspirasi jutaan wanita gendut dunia. Anastasia Conroy-gadis yang dibesarkan oleh seorang nenek tua. Ia hidup sendirian di kontrakan kecil setelah kematian neneknya. H...