Dering ponsel membangunkan Anastasia. Tersadar dan segera meraihnya, begitu semangat karena dering nada cinta yang terdengar. Itu pertanda bahwa Danil yang menghubunginya. Sembari menahan kantuk yang membuat matanya sulit terbuka, Anastasia menerima panggilan yang ada.
“Halo, Nes. Pasti baru bangun yah!” ledeknya dengan nada bahagia.
Tidak menjawab, Anastasia hanya tersenyum. Sepertinya tidak hanya Danil yang merasa bahagia, namun begitu pula dengan Anastasia.
Meski terpisah jarak, namun sinyal cinta akan terus terasa seberapa panjang jauhnya.
“Gimana kaki kamu?”
“Udah lebih baik. Ini semua karena mukjizat, Nes.”
Menatap bingung, dahi Anastasia mengernyit. Ia merasa gagal paham akan maksud yang Danil katakan.
“Cuci muka gih! Biar nyambung.”
“Mukjizat gimana, Dan?”
“Yah, kalau saja aku enggak ketemu malaikat cantik yang baik, mungkin aku bisa terus pincang hingga akhir hayat.”
“Eh, kok gitu?”
Danil hanya tertawa melihat kebingungan Anastasia. Meski ia tidak melihat secara langsung, namun Danil merasa yakin kalau wajah Anastasia akan terlihat polos saat ini.
“Ya, malaikatnya itu kamu, Nes. Ayo bangun! jangan lupa sarapan yah. Semangat kerjanya, Anastasia.”
Panggilan terputus, namun tidak dengan kebahagiaan keduanya. Karena kini di tempat yang berbeda, ada dua orang yang sedang tersenyum malu, sama-sama merasa bahagia dengan hati penuh bunga.
Seketika kantuk yang begitu berat mendadak hilang, mata berbinar dna penuh semangat meninggalkan ranjang. Entah karena gravitasi yang kian melemah, atau justru gairah yang begitu membara.
Melangkah menuju kamar mandi, mencuci muka dan kembali duduk di meja ruang tengah. Menatap ke arah kamar kosong yang dihuni banyak alat olahraga.
“Aku ingin kurus. Aku berharap bisa bertemu dengan Danil dengan tubuh berukuran normal. Enggak ada salahnya mencoba, karena aku punya semua alatnya,” gumam Anastasia setelah meneguk habis segelas besar air mineral.
Meragu karena pernah melakukan sebelumnya. Namun, entah mengapa keyakinannya cukup besar saat ini, hingga berhasil merangsang nyali untuk mencoba kembali.
Meninggalkan kursi tua dan mulai memasuki kamar yang layak disebut gudang. Mulai membuka kain yang entah sejak kapan menyelimuti semua alat olah raga yang ada. menyingkirkan beberapa debu dan mulai duduk di atasnya. Memegang erat dua besi, lalu mulai mengayuh.
Awalnya rasa sesak menyelimuti dadanya, namun ia tahan dan terus mencoba melawan. Tepat lima menit berlalu, Anastasia kembali meraih air mineral dan meneguknya dalam sekali tegukan. Lalu kembali memasuki gudan dan mencoba alat lainnya. Kali ini ia memilih kinetic treadmill, berharap ia bisa memakainya lebih lama dari alat sebelumnya.
“Ayo, Nes! Kamu harus bisa melewati sepuluh menit dengan alat ini,” gumamnya yang kini sudah berdiri di atasnya dan mulai menekan tombol yang ada. Memilih tahap mudah dengan berjalan lambat.
Tercapai, Anastasia berhasil melewati sepuluh menitnya. Namun, ia merasa tidak ada perubahan apapun. Tidak seperti saat menggunakan alat sebelumnya. Otot pada bagian paha dan betis mengencang kesudahan.
“Harusnya aku pilih yang berlari, percepat sedikit, kamu pasti bisa, Nes!”
Lima menit berlalu dan Anastasia kembali merasa sesak. Namun, ia sudah memasang waktu yang akan berhenti di sepuluh menit. Berusaha bertahan dengan cucuran keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Terus berlari meski kepalanya mulai terasa oyong dengan penglihatan yang bergoyang. Tetapi waktu berjalan begitu lambat, bahkan untuk memindahkan angka enam ke tujuh saja terasa begitu lama. Hingga tanpa sadar, Anastasia terperosot dan “Bruk!” tubuh Anastasia terjatuh dengan kepala menghadap lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABG Atas Bawah Gede
Storie d'amorePerjuangan wanita gendut untuk menemukan kepercayan dirinya hingga menjadi sumber inspirasi jutaan wanita gendut dunia. Anastasia Conroy-gadis yang dibesarkan oleh seorang nenek tua. Ia hidup sendirian di kontrakan kecil setelah kematian neneknya. H...