43

23.3K 1.2K 27
                                    

Hay!

Aku balik lagi nih^^

Jangan lupa vote+comen yang banyak biar aku semangat ngetiknya:))

Bantu promosiin cerita ini juga ke temen-temen kalian, aku tunggu lapak ini rame ya^^

Makasih guys, i love you<3


*


"Muka kamu kenapa di tekuk gitu?"

Abel tak menjawab pertanyaan dari Abu, dia menyandarkan punggungnya pada sandaran jok mobil, hatinya masih tak karuan, bahkan tangannya pun masih mengepal erat.

"Ra? Kamu baik-baik aja?"

"Aku baik," balasnya tanpa menatap Abu.

Abu akhirnya mengangguk pelan, kemudian melajukan mobilnya menuju sekolah.

Di dalam mobil hanya ada keheningan, sesekali Abu mencuri pandang pada Abel, namun si empunya hanya diam sembari menatap luar jendela.

"Aku harus gimana, Bu?" tanya Abel pelan.

"Maksud kamu?"

"Aku pengen nyerah, tapi ... dia seolah-olah menginginkan aku, jadi aku harus gimana?" tanyanya dengan menatap Abu sendu.

"Kamu bisa lepasin dia kalau kamu mau, kamu bisa bertahan sama dia kalau kamu bisa, semuanya tergantung sama kamu sendiri, Ra. Yang jadi pemeran utama di sini itu kamu, kamu bisa merubah semuanya jika kamu mau!"

Apa yang Abu katakan ada benarnya juga, dia memang menjadi si pemeran utama dalam masalah hidupnya, semua bisa berubah jika dia menginginkannya. Tapi, apa dia bisa hengkang dari kehidupannya yang sekarang dan meninggalkan sosok pria pujaan hatinya?

"Aku bingung,"

Abu mendengus pelan tanpa melihat ke arah Abel. "Kamu gak usah bingung, kamu masih punya aku ... aku bisa terus sama kamu kalau kamu mau!"

Abel menatap Abu dari samping dengan perasaan bersalah, dia masih ingat akan Abu yang menyatakan rasa sukanya, tapi dia hanya mengira hanya lelucon semata, tapi ... melihat bagaimana Abu saat ini membuatnya yakin bahwa perasaan dia padanya benar-benar nyata.

"Bu?"

Abu menengok sekilas dan kembali menatap jalanan.

"Kamu ... beneran suka sama aku?" tanya Abel dengan ragu.

Abu tersenyum tipis, "apa setiap tindakan yang aku lakuin buat kamu gak cukup untuk membuktikan rasa suka aku?"

Abel terdiam, dia tidak menyangka setiap gerak gerik yang Abu lakukan padanya adalah bentuk rasa sukanya.

"Tapi ..."

"Aku tahu. Kamu udah punya suami, dan aku tahu itu semua."

"Terdengar bodoh memang, tapi mau gimana lagi. Kamu pasti tahu aku suka sama kamu udah dari lama, aku kalah start dari suami kamu, ya?" kekehnya pelan.

"Maaf," ucap Abel hampir berbisik.

"Gak perlu minta maaf, harusnya aku yang sadar posisi!" balasnya dengan mengelus kepala Abel pelan.

"Kamu mau jauhin aku?"

Kekehan pelan keluar dari mulut Abu, "kenapa harus ngejauh? Aku udah nganggap kamu sebagai sodara, Ra! Kamu gak usah khawatir aku bakalan ngejauh. Kamu pikir kita kenal cuma setahun dua tahun? Kita sama-sama udah dewasa, gak ada yang namanya pertemanan kita selesai gitu aja karena kamu nikah. Aku udah sayang sama kamu sebagai sodara, mungkin," batinnya di akhir kata.

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang