#22

6.8K 390 62
                                    

Sudah 3 bulan Deo bersama Stev, waktu terasa berlalu begitu cepat.

Hari ini pun terasa sama seperti hari kemarin yang telah di lalui. Hanya diam di rumah, bermain sendiri, dan terkadang menunggu Stev pulang dengan beberapa bingkisan.

"Enak gak tinggal disini?" tanya Stev yang duduk di sofa, bersebelahan dengan Deo dan Cio sembari menonton siaran televisi.

"Enak tapi sepi, Deo juga gak bisa ngapa-ngapain" jawabnya menunduk sedih, mengingat sebelum tinggal bersama Stev.

"Mau jalan-jalan?"

"...mau"

"Minggu depan. Kita jalan-jalan yang jauh, tapi ada syar--"

"Pake syarat-syaratan? Kalau mau ngajak ya ngajak aja, jangan pake syarat" celetuk Cio, memotong pembicaraan Stev.

"Serah" Stev menjawab dengan ketus.

"Lagian gampang syaratnya. Deo harus nurut apa kata gue aja" sambungnya.









2 minggu kemudian...

"Hah..." hembusan nafas kasar menahan sabar dari bos, melihat Jui yang datang tiba-tiba ke ruangan dan meminta semua gajinya selama satu tahun. Tentu membuat jantung langsung syok.

"Kamu ini ya, udah saya bilang kalau saya gak bisa kasih semua gaji kamu selama setahun. Kenapa terus keras kepala gini?"

"Saya lagi butuh"

"Kamu mau buat nebus balik anak yang waktu itu? Kalau kamu mau adopsi anak, ada banyak di panti asuhan"

"..." Jui hanya diam, tidak tau harus menjawab apa lagi. Wajar jika bosnya itu kesal bahkan tidak tau tujuan sebenarnya Jui menebus kembali Deo.

"Itu gak cukup Jui. Setahun aja kamu cuma dapet 60 juta. Sementara anak itu 800 juta, masih kurang 740 juta lagi. Mau sampai berapa tahun?" ucap bos berterus terang saja, merasa tindakan Jui sudah sangat berlebihan.

"Saya tau bos"

"Kalau tau, ngapain masih ngelakuin?"

"Nyicil. Saya mau bayar nyicil" jawab Jui spontan.

"Kamu kira motor pake nyicil-nyicil? Lupain aja, lebih bagus kamu balik kerja atau mau saya pecat?" ancamnya yang ternyata di respon dengan baik oleh Jui yang keluar ruangan begitu saja.

DUG!

"Maaf pak manager, saya gak liat jalan" ucap seorang wanita muda yang baru dua hari lalu mulai bekerja di Bar Hiden.

"Gak apa-apa"

"Mau saya bersihin?" tawarnya.

"Gak usah, sana balik kerja lagi"

"Yakin pak?"

"Tadi dibilang apa?! Gak usah ya gak usah!" bentak Jui, melihat lengannya dipegang begitu saja dan itu terasa tidak nyaman kecuali Deo yang pegang.

Padahal dulu, sebelum ada Deo. Jui malah senang jika di sentuh atau pun bermain dengan wanita.

Buru-buru, Jui menyingkir sejauh mungkin sebelum terjadi keributan yang lebih heboh.

.
.
.
.
.
.

Pukul 21.20, malam

"Beda ruangan nih?" tanya Ali pada dua pelanggan pria yang berada di hadapannya, Raye dan Abay.

"Yoi, pilih yang agak murah. Coba aja ada si Stev pasti bisa ke ruangan mahal" keluh Raye.

"Mulai lagi nih bocah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang