"Hah~akhirnya selesai juga. Hmm Deo, gimana rasanya ciuman sama si stev..." ujar Naiyah yang langsung merebahkan tubuhnya di kasur milik Deo.
"Kak! Deo laper nih...makan yuk!yuk!"Deo sengaja memotong ucapan Naiyah dan langsung menarik paksa lengan Naiyah sampai tubuhnya sedikit tergeser dari kasur.
"...ven" sambung Naiyah.
"Udah ahhh lupain yang tadi~" jantung Deo berdetak cepat dan pipinya tampak bersemu merah.
"Cie cie...yaudah ayo kita cari makan tapi Deo mending...ganti baju dulu ya. Kalau jalan pake baju itu malah di liatin" cetus Naiyah.
"Iya juga ya, bentar ya kak" cepat-cepat Deo mengganti pakaian mininya dengan baju lengan panjang dan menggunakan celana yang lumayan pendek.
"Ih! Kak Naiyah!!! Jangan liat~hump" jerit Deo, kedua pipi tembamnya menggembung dan perlahan memerah karena malu bahwa Deo baru sadar sedari tadi Naiyah memperhatikan tubuhnya.
"Hahaha, ish gitu aja kok malu hahaha. Ayo cepetan Deo, kak Naiyah mulai laper" Naiyah langsung bangkit berdiri sambil menyisir rambutnya yang panjang menggunakan jari-jarinya
Langkah kaki Deo dan Naiyah beriringan pergi ke arah pintu keluar club.
Tampak juga Jui dengan tubuh tingginya yang sedang berdiri di depan pintu."Mau kemana?" tanya Jui dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Pergi cari makan, hush hush sana jangan ngalangin jalan" usir Naiyah dan terus melangkah maju menarik tangan mungil Deo.
"Tunggu dulu, gue belum ngomong" tahan Jui sambil mencekal kuat lengan putih Deo.
"Ahh!" rintih Deo merasa kesakitan.
"Heh Jui! Lepasin gak?!" nada bicara Naiyah meninggi pada Jui, melepas paksa tangan kokoh Jui yang mencekal lengan Deo.
"Gue ada perlu sama Deo" tatapan mata Naiyah menyipit curiga pada Jui yang terus menarik paksa Deo.
"Perlu apaan? Gue ikut!" genggaman tangan Naiyah mengerat.
"Gak! Deo ayo sini" wajah Deo merasa khawatir melihat Naiyah dan Jui yang mempeributkannya.
"Agh! Udah udah ngapain kalian ributin Deo? Kalau kaya gini, Deo mau pergi keluar sendiri aja" perlahan Deo melangkahkan kakinya keluar dari gedung club.
Bayangan tubuh Deo juga mulai menghilang dari pandangan mereka berdua. Tatapan tajam Naiyah langsung tertuju kearah Jui yang masih melihat ke arah luar.
"Ish! Ini semua gara-gara lu" kesal Naiyah mendorong tubuh tinggi tegap Jui.
"Terserah..." jawab Jui dengan dingin dan pergi meninggalkan Naiyah yang masih kesal.
Deo terus melihat-lihat persekitaran mencari tempat makan yang kira-kira murah dan harganya bisa dijangkau dengan sisa duit simpanan di dompetnya.
Tak terlalu jauh dari gedung club, mata Deo melihat warung makan yang tepat di pinggir jalan. Warung tersebut juga tidak terlalu ramai pembeli. Dengan langkah yang sedikit dipercepat, Deo langsung menghampiri warung makan tersebut.
"Permisi pak, mau beli nasinya" ujar Deo sambil melihat-lihat lauk pauk yang berada di dalam etalase.
"Mau pake lauk apa aja?" tanya si penjual dengan suara ramahnya.
"Hm...hm...yang kira-kira murah aja pak" lontar Deo dengan suara kecil dan sedikit malu-malu.
"Siap siap, adeknya silahkan duduk dulu ya" sebuah senyuman tipis terpampang dari si penjual.
"Ah iya pak" Deo mencoba mencari tempat duduk di dekat etalase makanan dan duduk disana seperti anak kecil yang sedang menunggu jemputan orang tuanya.
"Ayah...Deo kangen~" ucapnya dalam hati dan berharap ayahnya datang menemuinya kembali.
Matanya melihat jalanan kota yang di sinari lampu-lampu jalanan.
Walau tau bahwa ayahnya telah menjualnya ke pemilik club, tapi Deo tetap terus berharap bahwa ayah akan merindukannya dan menebusnya kembali.
"Permisi dek, ini pesanannya. Semuanya jadi 7 ribu" ujar penjual.
"Owh iya pak, ini bayarannya" tangan Deo memberikan sejumlah uang yang bisa dibilang sangat pas.
"Terima kasih" sahut si penjual, sementara Deo berjalan keluar dari warung makan dengan pikiran yang terus berharap pada ayahnya.
Langkah kaki Deo terus berjalan tapi matanya tak memperhatikan jalan di depannya. Kepalanya terus menunduk dan meneteskan buliran air dari matanya.
Brak!!!
"Wah bro!" ucap seorang pria dengan nada meninggi.
"Ah?!" kejut Deo setelah mengetahui kalau telah menabrak seseorang dan menjatuhkan minuman milik pria tersebut tepat membasahi bajunya.
"Lu kalau jalan liat-liat pake mata! Liat nih minuman gue jadi tumpah kerna lu!" bentak pria tadi dan mendorong-dorong tubuh Deo dengan cukup keras.
"Heh jawab! Udah nabrak malah diem!" salah seorang pria menambahkan.
"Hiks m maaf, Deo gak tau" jawab Deo dengan suara dan tubuh yang bergetar ketakutan.
Deo tetap menundukkan kepalanya dan menggenggam erat pakaiannya sendiri. Pikiran Deo sudah sangat ketakutan.
"Pst bro...itu..." bisik seorang pria pada temannya dengan mengodekan sesuatu.
"Hm iya. Lu bisa bayar air minum gue gak?!" bentaknya lagi sambil meraih dagu Deo dan menengadahkan wajah Deo ke arahnya.
Mulut Deo tetap bungkam, tak menjawab sama sekali pertanyaan pria tersebut.
"Jawab! Kalau gak bisa...~lu bisa ganti pake tubuh lu. Gimana?" mendengar ucapan pria tadi, Deo sangat tidak percaya kalau hal yang sangat-sangat di luar dugaannya bakal terjadi.
Mata Deo membelalak dan otaknya bekerja memikirkan jawabannya. (cem ulangan aja:v)
"Ayolah~pasti lu juga maukan?" goda pria tersebut dan membelai pelan pipi Deo yang putih.
"Gak!" teriak Deo sambil menepis tangan pria tadi dengan keras.
"Berani juga lu hah!" satu tamparan keras mendarat di pipi Deo dan meninggalkan bekas merah.
"Ahk! Hstt~..." lenguh Deo menahan sakitnya.
"Woy! Lu yang disana apain Deo!!" tiba-tiba seseorang teriak dari belakang Deo.
Semua mata tertuju pada seseorang yang di belakang Deo yang tengah melangkah memdekat.
Yuhu~v~
Balik lagi, maaf kalau lama up. Thanks sudah mau berkunjung.Maaf kalau ada typo & kata² kasar°^°
Singkat kata : jangan lupa vote & koment ^v^
1 vote dari kalian sangat berharga bagi author ^3^
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [BL]
De Todo>BxB< . Deo yang membuat 2 orang nyaman jika bersamanya, sampai akhirnya terjadi pertikaian untuk memperebutkannya. Tak ada jalan lain, hal mengejutkan terjadi pada akhirnya.