#13

15.5K 748 20
                                    


Deo yang tengah tergelam dalam lamunannya, tak sadar kalau ternyata......Jui sudah pergi dari tempatnya.

Beberapa menit setelahnya, Deo mencoba melihat kembali ke arah toilet dan tidak ada tanda-tanda Jui di dekat sana.

Dengan langkah yang cepat dan hati-hati, Deo langsung melesat masuk ke salah satu bilik di dalam toilet. Deru nafasnya berpacu cepat, bahkan untuk mengunci pintu bilik toilet saja tangan Deo sampai gemetar.

Sejenak Deo mengatur nafasnya dan mereflexkan diri sejenak sambil menyandarkan tubuhnya di dinding bilik.

"Selesai juga akhirnya" bisik Deo pada dirinya sendiri yang baru saja selesai mandi dan keluar dari biliknya sambil membawa peralatan mandinya.

Sebelum keluar toilet, Deo mengeringkan rambutnya terlebih dahulu dan menatanya supaya terlihat rapih saat keluar nanti.

"Udah selesai sayang~" detak jantung Deo serasa berhenti mendengar suara yang memang tidak asing lagi baginya.

Berusaha tenang, Deo tidak memperdulikan Jui dan menganggap tidak ada siapa-siapa di situ selain dirinya sendiri.

"Gue niatnya mau ambil baju yang ketinggalan malah ketemu kelinci kecil gue disini" ucap Jui sambil tersenyum nafsu melihat Deo.

"Karena kamu disini~ayo main itu...hump" terdengar suara erotis Jui yang menggoda Deo dan mencoba menyentuhnya.

"Yang dipikiran Abang Jui apaan sih? Sex?! Deo bukan budak sex, inget!" Deo dengan berani membentak Jui, hal di luar dugaan Jui.
Deo terpaksa berani membentak seseorang bahkan orang yang dia bentak sekarang tengah terdiam.

"Mulai pinter ngebentak rupanya, sini kamu! Ikut gue!" bukannya sadar, tapi Jui malah lebih agresif dan bertindak kasar pada Deo.

Lengan kecil Deo di cengkram kuat dengan tangan kokoh Jui dan langsung menarik paksa Deo untuk mengikutinya.

Kemana lagi coba? Ya tentu ke ruangannya si Jui.

"Hgnnn!" sekuat tenaga Deo mencoba melepaskan diri tapi tenaganya masih kalah dari Jui. Terlebih lagi mulutnya di bekap dengan tangan Jui.

"Kasur gue udah dingin jadi kita main sekarang ya sayang~biar panas lagi" perkataan Jui semakin membuat Deo takut dan memberontak.

Kaki Deo terus melawan dan mencoba menendang kaki Jui. Tanpa basa-basi lagi, Jui menggendongnya tubuh mungil Deo dan mengunci pintu ruangannya. Langkah kaki Jui mengarah ke arah kasur dan  membaringkan tubuh Deo secara kasar.

"Lepasin Deo!"
Perilaku binal Jui mulai lepas kendali dan membuat Deo sangat ketakutan setengah mati.

"Deo~liat gue sini" jari telunjuk Jui menyentuh dagu Deo dan menengadahkan wajah Deo ke arahnya.

Air mata Deo terlihat membasahi pipinya sendiri, merasa dirinya sangat lemah untuk menghadapi Jui dan hanya bisa menangis.

"Deo kenapa nangis?" Jui yang tadi terlihat sangat binal berubah menjadi lembut seketika.

"Maaf kalau gue kasar" ucap Jui lagi "Deo?"

Mulut Deo masih tetap bungkam, pikirannya kacau dan ketakutan juga menyelimutinya.

Matanya memejam beberapa saat dan di dalam benaknya berteriak sekuat tenaganya.

Tiba-tiba pelukkan hangat menjalar di tubuhnya dan menyentuh kulitnya membuat Deo sedikit tenang.

"Gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang untuk kedua kalinya" bisik Jui di telinga Deo dan kecupan pelan mendarat di kening Deo.

Mendengar ucapan Jui, hati Deo merasa sakit.
"Deo mau pergi" tangan Deo berusaha melepaskan diri dari pelukan Jui.

"Sebentar aja disini dulu kita pelukan" Deo memasrahkan dirinya untuk memenuhi keinginan Jui yang terlihat sangat sedih.

Tangan kokoh Jui mengangkat tubuh mungil Deo duduk di pangkuannya dengan posisi berhadapan.

Wajah Deo sedikit melirik ke arah Jui yang langsung menyandarkan kepalanya di bahu Deo "Syaratnya gak boleh apa-apain Deo"

"Hng?" Jui sedikit mengernyitkan dahinya "Boleh deh kalau gitu" Jui semakin menenggelamkan wajahnya di sela leher Deo.

Ragu-ragu Deo mencoba membalas pelukkan dan  sedikit menepuk pelan punggung Jui.

"Deo mau gak jadi pacar gue?" pikiran Deo dipenuhi pertanyaan dari Jui, sudah dua kali Jui menginginkan Deo menjadi pacarnya.

"Gimana De?" tanya Jui lagi memastikan kalau Deo mendengarkan pertanyaannya.

Kini Jui bertatap muka dengan Deo yang sedang kebingungan.

"Yaudah kalau gitu, gue kasih waktu sampai besok buat Deo mikir jawabannya" senyuman mengembang dari wajah tampan Jui.

Dalam posisi berpelukkan dengan Deo, tangan kanan Jui mengelus surai rambut Deo. Wangi rambut Deo yang masih sedikit basah tercium jelas seperti menggoda Jui.

"Satu tahun yang lalu, gue pernah kehilangan salah satu orang yang gue sayang. Tapi kayanya gue gak usah ceritain lagi, kan Deo udah tau dari Stella" merasa bersalah, Deo menunduk takut kalau Jui bakal menatapnya penuh kesal.

"M maafin Deo udah lancang tentang masalah privasi Abang Jui" ucap Deo sangat menyesal.

"Gak usah dipikirin, itu juga masalah lama. Gue udah ada penggantinya, sekarang dia lagi di depan gue" ucapan Jui berhasil membuat Deo diam-diam tersipu malu.

Kedua tangan Jui melepaskan pelukkan dan menyentuh wajah Deo yang sedang tersipu malu.
"Kalau ada orang lagi ajak ngomong, gak sopan kalau cuma nunduk aja. Liat sini..."

Kepala Deo sedikit demi sedikit memberanikan untuk menengadah dan menatap wajah Jui.

Cup~

Sebuah ciuman lembut mendarat di bibir plum Deo.

Tubuh Deo terasa kaku, tangan Deo yang masih memeluk tubuh Jui seketika langsung mencengkram erat baju Jui.

Tidak tinggal diam, lidah nakal Jui langsung mencoba memaksa menerobos masuk ke dalam mulut Deo dan kedua tangannya mendorong kepala Deo kearahnya.

Deo berusaha melawan dorongan untuk menjauhkan wajahnya dari Jui.
"Tapi Abang Jui tadi udah janji gak bakal apa-apain Deo"

"Hah...Lupain, mending kita cari makan aja ya. Gue yang bayarin" jawab Jui dengan senyuman, tapi di benak Jui merasa kecewa karena sudah membuat janji pada Deo.

Kepala Deo hanya mengangguk kecil meng'iya'kan ucapan Jui.
Tubuh Deo langsung bangkit berdiri dari duduknya dan segera turun dari kasur Jui.

"Kamu keluar aja duluan, gue masih mau disini dulu. Oh iya, jangan lupa dibawa peralatan mandinya ada di atas meja deket pintu" ujar Jui yang masih duduk di atas kasur sambil menyisir rambut menggunakan jari-jarinya.

"Ganteng banget..." puji Deo di dalam hatinya.

Pandangan Deo seperti tersihir oleh penampilan Jui yang barusan.

"Lah kenapa malah diem ngeliatin gitu?" Jui memangkukan dagunya dan balik menatap Deo.

"Aaahm Deo pergi dulu" Deo sangat malu karena ketahuan menatap Jui dan malah salah tingkah saat di tanya oleh Jui.
Deo langsung cepat-cepat pergi dari tempat Jui daripada nanti malah tambah salah tingkah.





___________________________________

"Tolong bapak carikan data lengkap orang yang bernama Deo yang bekerja ditempat Bar Hiden"

"..."

"Iya sekarang, kalau sudah ketemu kasih tau saya"

"..."

Tut....

Bunyi suara telepon yang telah di matikan dari salah satu pihak.



Continued....










Thanks sudah mau berkunjung dan jangan lupa untuk beri vote.

Sehat selalu ya buat semuanya
( ˘ ³˘)♥
#STAY AT HOME🏡
                &
#LOVE YOUR SELF💜

He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang