"Heh! Heh! Ngapain kalian gangguin dia?!" ujar seseorang dari belakang Deo, yang wajahnya masih belum terlihat jelas karena jalanan yang gelap.Tapi suaranya sangat tak asing bagi Deo.
"Pcih! Emangnya siapa lu berani-beraninya nyuruh gue!" langkah kaki orang di belakang Deo semakin mendekat dan wajahnya mulai sangat jelas terlihat.
Saat langkahnya berenti tepat di belakang Deo, kedua pria yang tadi mengganggu Deo langsung merasa ketakutan.
"What the hell?! Naiyah! Maaf maaf kita minta maaf" sesal mereka menundukkan kepala memohon pada Naiyah yang masih berdiri di belakang Deo.
"Cih masih berani ganggu hng~?" senyuman smirk Naiyah terukir di wajah cantiknya.
"G-ga lagi, kita bakal pergi aja. Kita cabut sekarang bro" kedua pria tersebut langsung pergi meninggalkan Naiyah dan Deo tanpa sepatah kata lagi.
Naiyah sedikit membungkukkan tubuhnya sejajar dengan tinggi tubuh Deo.
"Deo? Deo ga apa-apa? Deo ga di apa-apainkan?" raut wajah Naiyah tampak khawatir dan melihat setiap inci tubuh Deo.
"Ga apa-apa kak, Deo baik-baik aja kok beneran" Deo berusaha meyakinkan Naiyah yang tengah mengkhawatirkan keadaannya.
"Ihh ga apa-apa gimana? Ini pipinya kenapa merah? Deo di pukul sama mereka ya?" yap, pipi merah bekas tamparan pria tadi tidak bisa Deo tutupin dari Naiyah.
"Ehh anu, kalau merah ini bekas....itu tadi di pipi Deo ada nyamuk, jadi Deo pukul aja" tapi alasan Deo tidak membuat Naiyah sepenuhnya percaya.
"Yang bener?" tanya Naiyah.
"Iya beneran" jawab Deo lebih meyakinkan Naiyah.
"Iya deh, kita pulang yuk. Kamu laperkan?" Naiyah kembali berdiri dan tangannya merangkul pundak Deo mencoba menuntun untuk ikut jalan bersama.
Kepala Deo sedikit mengangguk menjawab pertanyaan dari Naiyah.
"Kak Nai, Deo ke toilet sebentar ya? Deo mau cuci tangan, sekalian buang sampahnya" ujar Deo setelah selesai makan bersama Naiyah.
"Hm iya, jangan lama-lama ya Deo" pinta Naiyah sambil membenarkan posisi duduknya.
"Iya kak" jawab Deo singkat.
Lorong bar lumayan sepi, ada beberapa orang-orang bar yang masih berlalu lalang termasuk Jui juga. Suara musik bar masih terdengar jelas.
Melihat Jui yang sedang berdiri lumayan dekat dengan toilet, Deo langsung mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam toilet dan segera mengunci pintunya.
"Huft untung ga ngeliat" batin Deo merasa lega kalau Jui tidak melihatnya.
Deo mencoba cuci tangan dengan cepat, jantungnya juga masih berdegub ketakutan dan merasa waswas kalau nanti Jui tiba-tiba masuk.
Tak lama terdengar suara seseorang membuka pintu toilet dan...
Ceklek!
mengunci pintu toilet.
"Eh?!" kejut Deo mendengar seseorang telah mengunci pintu toilet.
"Deo?"
Greb.
Jantung Deo serasa langsung berenti pada detik itu juga, nyawanya serasa melayang dari tubuhnya ketika mendengar suara yang tak asing lagi.
"Deo sayang~" ucapnya lagi dan kini mulai berjalan mendekati Deo yang sedang membelakanginya.
Tubuh Deo dengan spontan langsung membalikkan tubuhnya.
"Bang Jui? Mau ngapain? Jangan deketin Deo!" wajah Deo sangat ketakutan, bicaranya sedikit tidak jelas karena gemetar.
"Kita main ya. Tenang aja Deo, pintu toiletnya udah di kunci. Kita main disini juga ga ada yang liat" senyuman nakal Jui terukir dan langkahnya semakin terus mendekat.
Deo terus mundur kearah lain untuk menghindar dari Jui tapi sialnya Deo malah terpojok di sudut toilet.
"Stop! Plis Bang Jui, Deo ga mau ngelakuin lagi..." rengek Deo berharap Jui melepaskannya.
"Bang Jui udah horny ngeliat Deo pakai celana pendek gitu ngegoda banget" jelas Jui dan mulai menyentuh pundak Deo.
"Ga mau hmpp" tangan mungil Deo mencoba menutupi pahanya yang mulus dan sedikit memberontak pada Jui yang mulai mengelus tubuhnya.
"Kalau Deo bilang ga, Bang Jui ga usah maksa lagi!" bentak Deo dengan tatapan galaknya.
"Hmm~percuma kamu buat muka marah gitu tetep aja imut" Jui menyentuh dagu Deo dan mengangkatnya sedikit.
"Apa! Deo ga suka dibilang im-"
Cup~♥
Mulut Deo langsung terdiam saat Jui menciuman lembut di bibir Deo.
"Ngomong lagi bakal gue cium lagi, ngerti?" ancam Jui dengan tatapan manis.
Deo hanya menjawab dengan sebuah anggukan kecil.
"Bagus, Deo diem ya. Abang mau cium Deo lagi" wajah Jui terus mendekati Deo, sementara Deo terus diam sambil menutup matanya.
Satu lagi ciuman mendarat di bibir plum Deo, tak tinggal diam. Lidah Jui mulai menerobos masuk ke dalam mulut Deo.
Tanpa pemberontakan, Deo menerima lidah Jui yang bermain-main di dalam mulutnya.
Dan...
Krek¡
"Akhhh! Hakit Eohh! Eahin" rintih Jui kesakitan saat Deo menggit lidahnya.
(Akhhh! Sakit Deo! Lepasin!)Kaki Deo tidak tinggal diam juga, spontan saja Deo langsung menendang baby junior milik Jui.
Jui merintih dan teriak semakin keras, suaranya memenuhi dan menggema toilet.
"Huek, lembek bener lidahnya" ceplos Deo dan langsung berlari pergi mengarah pintu toilet.
Tangannya memutar kunci toilet yang masih menggantung disana. Cepat-cepat Deo langsung keluar toilet meninggalkan Jui yang masih kesakitan.
"Huhhh selamat, tapi kasian juga sih" tangannya mengelus-ngelus dadanya dan mencoba mengatur nafasnya.
Perlahan-lahan Deo mulai berjalan ke arah kamarnya sambil merutuki kejadian di toilet tadi.
Greb
Tiba-tiba saja seseorang menyentuh pundaknya dan Deo sangat kaget juga takut.
"Ga! Ga.....! Sana pergi!" jerit Deo dan menepis tangan orang tersebut.
Yuhu~v~
Balik lagi, maaf kalau lama up. Thanks sudah mau berkunjung.
LOVE U ALL~♥~Maaf kalau ada typo & kata² kasar°^°
Singkat kata : jangan lupa vote & koment ^v^
1 vote dari kalian sangat berharga bagi author ^3^

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [BL]
Casuale>BxB< . Deo yang membuat 2 orang nyaman jika bersamanya, sampai akhirnya terjadi pertikaian untuk memperebutkannya. Tak ada jalan lain, hal mengejutkan terjadi pada akhirnya.