#18

11.1K 639 33
                                    


"Shtttt" desis Stev yang merasakan kepalanya sangat sakit dan pusing secara bersamaan.

"Kok gue ada disini?!" lanjutnya lagi setelah menyadari dirinya sudah tidak di tempat bar, melainkan di rumah yang memang terlihat tidak asing baginya.

"Lu tadi ketiduran di tempat bar, di suruh bangun malah ngobrol gak jelas. Jadi kita berdua bawa lu ke rumah Abay" ucap Raye menjelaskan setiap kejadian kemarin, terkecuali saat dia bermain dengan Deo. Tidak tau apa yang akan terjadi kalau Raye menceritakannya juga.

"Tapi gue belum main apa-apa, gila lu berdua langsung bawa gue pulang" keluh Stev.

"Syukur-syukur kita bawa pulang ya Bay? Tadi kita mau ninggalin lu ke kunci di dalem sana"

Abay yang sedari tadi terduduk diam di sudut ruangan sembari memperhatikan pun akhirnya ikut ketika Raye seperti meminta pembelaan darinya. Abay berbicara dengan nada bicara yang terasa masih sangat kelelahan.

"Ya begitulah" jawab Abay dan beranjak tidur di atas kasur, bersebelahan dengan Stev yang juga masih terbaring disana.

"Hah...makasih kalau gitu" ucap Stev yang masih merasa kecewa juga dengan tadi malam.













Jam 08.55 di tempat bar

"Pagi Deo" sapa Jui dengan senyuman manis yang terlukis di wajah tampannya.

"Pagi juga Abang Jui"

"Nanti jam 1 siang kita jalan-jalan ya? Ke tempat yang abang janjiin kemarin"

Pagi ini Jui terlihat bersemangat untuk mengajak kesayangannya itu bersenang-senang bersamanya, ya...walau nanti Naiyah juga ikut.

"Iya bang, Deo jadi gak sabar nunggunya"

"Gimana kalau nyari makan dulu?"

"Makan? Gue mau ikut" tiba-tiba Naiyah muncul dari arah belakang mereka dengan mata berbinar-binar.

"Kalau soal makanan langsung nongol" sindir Jui, tangannya langsung menggenggam erat tangan Deo karena takut saja Naiyah akan menarik lengan Deo dengan kencang.

"Psttt gue juga ikut" bisik Stella yang muncul dari balik badan Naiyah

"Ini juga?! ....yaudah ayo langsung jalan aja" semangat Jui luntur sedikit demi sedikit karena kehadiran 2 makhluk jengkel yang berjalan di belakangnya.

"Mau kemana?"

Lagi-lagi jalan terhenti dan kali ini karena Ali.

"Nyari makan? Ikut?" ajak Naiyah bersemangat.

"Eihh!" lantas saja Jui terkejut dengan ucapan Naiyah yang langsung mengajak orang lain begitu saja.

"Ikut jugalah. Bingung kalau cari makan sendiri" Ali segera ikut melangkah sembari berbincang ria dengan Naiyah dan Stella.

Sementara Deo hanya dapat melirik sedikit dan memperhatikan mereka dari depan, sebenarnya Deo mau bergabung tapi Jui terus memegangnya dengan erat. Jadi mau bagaimana lagi, Deo harus menempel pada Jui.

"Makan disana aja. Gue pernah nyoba, harganya murah terus enak" saran Naiyah menunjuk ke arah warung makan yang juga pernah di kunjungi oleh Deo.

"Deo juga pernah beli disana, rasanya emang enak. Deo suka"

"Yaudah kita kesana aja kalau Deo suka" ucap Jui.

Tanpa basa-basi lagi, mereka melangkah masuk ke arah warung tersebut, memesan apa saja yang mereka ingin, dan mencari tempat untuk mereka duduk. Sudah pastinya Jui mengajak Deo untuk pisah meja dengan ketiga orang aneh yang ikut.

"Makannya jangan sambil bercandaan De, nanti keselak. Naiyah, jangan ajak bercanda dulu" ujar Jui yang sedikit meninggikan nadanya pada Naiyah.

Sangat kesal jika acara makan berduanya terganggu dengan gurauan kecil Naiyah pada Deo. Memang salah juga Jui memilih tempat duduk yang posisinya hanya saling membelakangi saja.

"Sensi banget sih" canda Naiyah pada Jui.

"Lagi PMS" timpal Stella yang duduk bersebelahan dengan Naiyah.

"Posisi Manuk Salah" ketus Ali yang langsung di sambut tawaan dari kedua wanita yang duduk di depannya.

"Menstruasi" lanjut Stella.

"Pendarahan" tambah Naiyah lagi.

"Ini lagi makan, kalian malah bahas hal yang begitu" kesal Jui terlihat dari kulit dahinya yang mengkerut dan tatapan mata yang melirik tajam ke arah mereka bertiga.

"Shutt bapak lagi marah, cepet makan nanti kena sapu" ujar Naiyah sedikit meredakan keributan yang mereka buat.

"Ck. Ayo lanjut lagi makannya De" Jui sedikit berdecak kesal, tak lama perhatiannya langsung teralihkan melihat Deo terdiam melihatnya.

"Iya" jawab Deo yang sadar kalau dirinya sudah menatap wajah Jui terlalu lama.

"Serasa jadi anak tiri, gak diperhatiin sama bapaknya" gurau Naiyah pada dua orang yang duduk bersamanya.

"Lu berdua sadar gak? Akhir-akhir ini Jui aneh, jadi baik semenjak ada Deo" tanya Stella dengan nada berbisik hanya mereka bertiga saja yang dapat mendengarkannya bicara.

"Bagi gue sih sama aja, gak ada bedanya" jawab Naiyah.

"Ngerasa sedikit" Ali juga ikut menjawab, maklum saja mulut Ali memang seperti seorang wanita.

"Gue jadi curiga" ucap Ali lagi.

"Curiga kenapa Al?" Stella berdiri sedikit dari posisi duduknya, membiarkan telinganya menangkap semua ucapan Ali.

"Mungkin Jui pengen banget tuh punya momongan, makanya dia baik ke Deo. Anggep Deo kaya anaknya sendiri gitu" bisik Ali yang masih terdengar oleh Naiyah juga.

"Bisa jadi..."

"Eh gak boleh, Deo adik gue. Valid no debat" spontan Naiyah merasa tidak rela jika Jui merebut adiknya itu, walaupun Naiyah tau mereka tak sedarah.

"Lu kalau jadi kakak serem banget tau gak? Deo baru ngilang sebentar, semua ruangan di club lu uber-uber sampai ke ruangan bos juga" celetuk Stella menceritakan pada Ali.

"Itu namanya takut kehilangan..." jelas Naiyah antusias, mungkin rasa sayang Naiyah pada Deo sudah tidak bisa dikatakan lagi dengan ucapan.

"Kalian udah dibilang kalau makan jangan banyak ngomong. Cepet dimakan sarapannya" kali ini Jui sudah sangat jengkel hingga meremas kasar pundak Naiyah dengan senyum yang sangat terpaksa di wajahnya.

"Gue lagi yang kena, apes banget hari ini" keluh Naiyah dalam batinnya.















To Be Continued

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang