"Main ToD lagi ya?" tanya Deo baru saja sampai di dalam ruangan VIP yang telah di sewa Stev.
"Iya. Usul dari si tuan muda Stev" jawab Raye sembari menepuk kasar pundak kokoh Stev.
"Stev, kita semua udah ngumpul. Jadi ayo cepet kita mulai aja" ucap Abay.
"Oke"
"Kita mulai dari yang tua dulu! Abay!" celetuk Raye yang sudah melupakan janjinya.
"Katanya mau kalem tapi tetep aja mulutnya kaya toa" ledek Stev yang bicara di dalam batinnya.
Mau bagaimana pun dan sekeras apapun Raye berusaha untuk kalem. Pasti saja akan berakhir ribut tidak jelas karena memang sudah kebiasaannya.
"Oke oke gue mulai duluan. Pilih T dari lu aja, Ray" jawab Abay merasa tidak yakin juga memilih Raye.
"Yakin nih?"
"Yakin"
"Perasaan gue kok gak enak ya?" ketus Naiyah.
"Gue pernah denger rumor tentang lu, Bay"
"Jadi?"
"Jawab jujur. Lu waktu SMP pernah.........." Raye dengan sengaja menggantung kalimatnya, menatap empat orang yang sudah serius.
"Ngegantung ih!" kesal Naiyah.
"Pernah ngajak begituan ke temen sekelas lu yang cewe?"
"A...itu ya? Iy..iya pernah. Tapi gue di tolak. Katanya gue jelek item dekil, jadinya dia gak mau" jawab Abay seadanya dengan jujur bercampur rasa malu juga.
"Hah?" spontan Deo kaget mendengarnya. SMP, umur yang masih dibilang sangat muda dan mungkin seumur dengan Deo.
"Sekarang juga masih jelek kok. Oke next kita sambut tuan muda Stev!" celetuk Raye yang di tanggapi Abay hanya sebagai candaan recehnya.
"Terserah lu aja Ray, lu juga sama aja jeleknya"
"Silahkan tuan muda Stev pilihlah...pilih salah satu dari kita untuk di jadikan selirmu dan melahirkan anakmu"
Entahlah, ucapan Raye membuat Stev sedikit dongkol dan merasa jijik juga. Rasanya seperti anda di goda oleh bencong pasar malem jumat kliwon.
"Tantangan dari Naiyah"
"Naiyah! Laksanakan tugasmu cepat! Dia mempercayaimu Nai"
"Lu alay banget sih anju" mata Abay melirik aneh ke arah Raye.
"Abay diam! Naiyah mau ngomong"
"Lama-lama gue kesel juga"
Naiyah membungkukkan tubuhnya, memcoba menggapai high heels merah yang di pakainya.
"Ini pake"
"Loh?" kejut Stev.
"Kok loh? Tantangankan? Ini pake high heels punya gue, jalan kaya di atas catwalk nanti gue fotoin. Oke?"
"Gak mau" tolak Stev secara mentah-mentah.
Melakukan hal bodoh sama saja menjatuhkan harga ketampanannya.
"Di anggap failed nih. Harus minum setengah botol wine" timbrung Raye.
"Sini"
Glek~glek~
"Padahal cuma pake heels aja" sindir Raye sembari memajukan bibirnya seperti bebek lagi nahan BAB.
"Lu kira gue apaan hah~"
"Next aja next Raye jamet silahkan"
"Dare dari Stev yang lagi mabuk kepayang"
"Gue bakal buat lu kesusahan! Jilat kaki gue nih" Stev mengangkat satu kaki tinggi-tinggi mengarah pada wajah Raye.
"Mau sekalian gue jilatin tuh junior lu juga?"
"Gue gak sudi sama lu, Ray. Udah cepetan!"
Antara mau tidak mau, Raye harus menungging dan menjilat setiap inci kaki Stev yang tentunya bersih dan terlebih lagi kulit Stev juga terbilang putih.
Plak plak
Dua kali tepakan dari Stev mengenai pantat datar Raye, membuat Stev tenggelam dalam tawaan riang berpadu dengan mabuknya.
"Selesai! Dah gila aja gue kaya kambeng lagi di bdsm. Langsung next Naiyah"
"T aja deh dari Stev"
"Menang banyak nih si jamet"
"Stev" panggil Abay mencoba sedikit menyadarkan pikiran Stev.
"Dari antara kita bertiga...lu...lebih tertarik sama siapa?"
"Ya udah pasti Abay yang lebih dewasa"
Zleb!
"Lebih kalem"
Zleb!
"Oh ayang Naiyah, andai kau tahu tempe. Aku sudah diam-diam mencintaimu sejak lama" ucap Raye di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sedalam palung mariana.
"Oke next Deo" ujar Naiyah.
"Dare dari Abang Abay"
"Gampang kok, Deo tinggal duduk di pangkuan Raye selama 10 menit"
"Lumayan dapet bongkahan pantat Deo" benak Raye.
Dengan langkah kecilnya, Deo melangkah mendekati Raye yang sudah siap sedia ditambah dengan senyuman nakal terpampang jelas di wajahnya.
Pikiran Deo sama sekali tidak memikirkan hal negatif atau semacamnya, hanya ingin meyelesaikan task yang diberikan Abay saja.
To Be Continued...
Maaf saya terlalu lama untuk update (╥_╥)

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [BL]
Acak>BxB< . Deo yang membuat 2 orang nyaman jika bersamanya, sampai akhirnya terjadi pertikaian untuk memperebutkannya. Tak ada jalan lain, hal mengejutkan terjadi pada akhirnya.