#3

37.9K 1.6K 43
                                    


"Huft, akhirnya selesai juga. Rasanya lega" Deo masuk ke dalam kamar dengan rasa lelah dan ternyata disitu sudah ada Naiyah yang sedang menunggunya sejak tadi.

"Deo, kamu gak apa-apakan?" Naiyah yang tadi terduduk dikasur milik Deo, langsung berlari menghampiri Deo dengan panik.

"Haha gak apa-apa kak" namun Naiyah mencium bau wine yang masih menyengat dari tubuh Deo.

"Kak Naiyah gak usah khawatir" ucap Deo lagi.

"Gak apa apa gimana? Liat nih lutut Deo lecet. Sini biar aku obatin" Deo hanya bisa mengikuti Naiyah yang beranjak pergi ke suatu ruangan persis seperti ruangannya.

.
.
.
.
.

"Sini masuk aja, jangan takut" Naiyah menyakinkan Deo yang merasa ragu ragu. "Duduk sini, biar diobatin lecetnya"

Kotak P3K kini berada di genggaman Naiyah dan segera mengusap luka pada lutut Deo.

"Makasih ya kak udah mau obatin Deo" seketika tangan Deo meremas pakaian mininya.

"Sama sama Deo" jawab Naiyah yang tengah berjongkok di depan Deo sambil tersenyum.

"Ehekm ehekm! Ada yang lagi pacaran nih..." tiba tiba saja seorang wanita masuk ke dalam ruangan.

"Pacaran apaan? Ini adik aku" Naiyah bangkit berdiri, mengelus rambut Deo.

"Ups maaf"  perempuan itu datang menghampiri.

"Ka, itu siapa?" Deo merasa agak gugup ketika perempuan tadi ikut duduk tepat di sebelahnya.

"Kenalin ini Stella, temen sekamar aku. Tenang aja, dia gak bakal gigit Deo" ucap Naiyah menjelaskan.

Kedua mata Stella melihat Deo dengan lekat.

"Hmmm" Stella mulai mendekatkan wajahnya pada Deo yang terlihat kebingungan.

"Gak jelas banget" Naiyah sedikit menjauhkan wajah Stella dari Deo.

"Ini cowo atau cewe?" jari Stella menunjuk Deo namun pandangan melihat kearah Naiyah.

"Co-"

"Aku cowo!" Deo menyela ucapan Naiyah.

"Astaga santai aja kali" Stella terkejut karena Deo tiba tiba saja menaikkan nada bicaranya, namun setelahnya Stella langsung tertawa melihat wajah kesal Deo.





"Kamu" sahut Jui yang tak jauh dari posisi Deo.

"Saya?" jari mungil Deo menunjuk pada dirinya sendiri.

"Iya kamu, sini" Jui melipat tangannya dan menyandarkan tubuhnya pada meja bartender.

Kaki Deo pun mulai melangkah mendekati Jui yang tak jauh darinya.

"Sini ikut ke ruangan" Deo yang baru saja sampai di dekat Jui langsung beranjak mengikuti langkah Jui.

.
.
.
.
.

Mereka sampai pada suatu ruangan bertuliskan 'Ruang Manager' pada pintu.

"Kenapa ke ruangan manager?" tanya Deo dan berharap Jui dapat menjawabnya.

"Ruangan saya jadi suka-suka saya" Deo terkejut mendengar jawaban Jui. Karena Deo baru mengetahui bahwa Jui adalah menager di club.

"Cepet masuk, jangan jadi patung disitu" tangan Jui menarik pelan lengan Deo supaya ikut masuk dengannya.

"Iya"

Sementara itu, Deo tidak mengetahui kalau Jui mengunci secara diam-diam pintu ruangan tersebut.

"Duduk disitu" tangan Jui menunjuk kearah sofa yang ukurannya lumayan besar.

"Hmm" Deo hanya membalas dengan sebuah anggukkan kecil.

"Kita bicara santai aja, jadi jangan gugup" Jui mendaratkan pantatnya di atas sofa, lebih tepatnya bersebelahan dengan Deo.

"Oke"

"Aku mau kasih beberapa pertanyaan ke kamu, boleh?"

"Boleh"

"Kamu udah punya pacar?" mendengar pertanyaan pertama Jui, justru membuat Deo gugup.

"Belum" mata Jui melihat tangan Deo yang sedang meremas celananya sendiri.

"Tadi udah dibilang gak usah gugup, santai aja" ucapan Jui membuat Deo merasa sedikit tenang.

"Kamu udah pernah ciuman?" mendengar pertanyaan kedua Jui, membuat mata Deo membelalak kaget.

"Hmm belum, tapi...kenapa Bang Jui tanya begitu?"

"Pertanyaan terakhir..." Jui mengacuhkan pertanyaan yang Deo berikan untuknya.

"Boleh gak..." wajah Jui semakin dekat pada Deo.

"Aku..." semakin lama semakin mendekat.





























To Be Continued

He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang