#7

28K 1.2K 66
                                    

"Hmm k kak Nai? Kenapa nangis disini?" tangan mungil Deo menepuk pelan pundak Naiyah yang tengah nangis di dekat meja bar dan juga disitu ada Ali yang terus meredakan tangisan Naiyah.

"Hiks Deo...kamu kemana aja, gue nyariin tau gak? Gue takut Deo kenapa-kenapa" ucap Naiyah sesegukan dan memeluk erat tubuh Deo yang lebih kecil darinya.

"Hmm itu anu..." entah Deo harus menjawab dengan alasan apa kepada Naiyah.

"T tadi Deo hmm disuruh bang Jui pergi keluar buat beliin makanannya" Ali dan Naiyah saling bertatapan muka yang membuat Deo sedikit takut dicurigai mereka berdua.

"Tumben bener si Jui nyuruh beliin makanan, biasanya pergi sendiri" mulut Deo bungkam dan otak terus berpikir untuk mencari alasan lagi.

"Udah yang penting Deo udah disini. Kita makan yuk, udah laper nih" ajak Naiyah menarik tangan Deo dan Ali ke arah pintu keluar.

Deo hanya tersenyum melihat Naiyah yang begitu semangat, tapi dibalik senyumnya Deo sedang menahan rasa sakit dan nyeri dibagian bawah sana. Tapi apadaya, Deo harus tahan biar dirinya tidak dicurigai.


Jam 21.18

"Ruang VIP no 40 juga pesan wine 2 botol" ucap seorang pria dengan menggunakan setelan jas.

"Siap" Ali yang sedang menjaga meja resepsionis langsung mengerjakan perintah dari pelanggan yang datang.
.
.
.
.
.
"Kak Nai, Deo gak nyangka bakal pergi keruangan yang sama" senyum manis Deo mengembang bersamaan juga dengan Naiyah.

Langkah mereka terus berjalan ke arah ruangan VIP no 40 dan juga membawa wine ditangan mereka.

"Hm Deo...perasaan gue sedikit kurang enak" tampak wajah serius dari Naiyah dan melihat kearah Deo.

"Kak Naiyah harus santai aja, jangan pikirin yang aneh-aneh. Nah...itu kita udah sampai" ucap Deo menyadarkan lamunan Naiyah.

"Eh iya, yaudah kita langsung masuk aja" kaki Naiyah langsung melangkah masuk dan diikuti Deo dari belakang.

"Manis~sini duduk sama gue" panggil salah seorang pelanggan pada Naiyah.

Tanpa bicara lagi, Naiyah berjalan pergi kearah pelanggan yang tadi memanggilnya dan meninggalkan Deo yang masih berdiri kebingungan.

"Hah~menyendiri lagi...menyendiri lagi..." ucap bisik-bisik Deo dan meletakkan botol wine diatas meja. Matanya terus melihat Naiyah yang terlihat tertawa lepas.

Dan tiba-tiba...

"Wah wah...Stev! Liat siapa ini?" teriak seseorang dari belakangnya dan memanggil nama 'Stev'

Sang pemilik nama yang tadi sedang duduk dan memainkan ponselnya, langsung beranjak mendekat.

"Pst pst bocah, lu tau gak? Beberapa waktu lalu Stev ngomongin lu, berharap bakal ketemu lagi sama lu. Yah...mungkin dia tertarmmm...!" awalnya Deo sedang fokus mendengarkan, seketika berenti karena Stev langsung membekap mulutnya.

"Lu apaan hah...?! Kasih tau cerita hoax" mata Stev tampak menatap tajam pada temannya yang masih dibekap dengan tangannya.

"Akhu kase tau yhang hebenarnya..." ucap teman Stev, dengan mulut yang masih dibekap.

Mata Stev kemudian langsung tertuju pada Deo yang tertawa kecil melihat mereka bertengkar.

"Terserah lu aja Ray. Jadi Deo jangan denger dia tadi ya...dia cuma bercanda. Iyakan Raye...?" mata Stev kembali menatapnya tajam dan hanya dibalas anggukan kecil dari Raye.

"Hey! Kalian bertiga disana! Mau ikut main game gak?" merasa terpanggil, mereka bertiga menengokkan kepalanya kearah seseorang yang memanggil dari sudut sana.

"Boleh juga" jawab Raye sambil mengosok-gosokkan dagunya dan melangkah mengikuti dua orang didepannya.

"Kita main apa Bay? Usahain jangan ngebosenin" tanya Stev yang kini sudah duduk berhadapan dengan pria yang bernama Abay.

"Santai aja bro. Kita main..............TRUTH OR DARE!!!" semua perhatian tertuju pada Abay yang berteriak sangat nyaring memenuhi ruangan.

"Ya intinya begitulah, jadi cepet ayo mainin. Gue gak sabar nih mau main" jawab Raye bersemangat.

"Siapa yang mulai pertama?" tanya Deo mulai memberanikan diri bergabung dengan suasana.

"Lu duluan aja hahaha, dari yang paling muda ke tua. Siap?" Deo tampak sedikit bingung dan langsung menjawab 'iya' dengan sebuah anggukan kecil.

"Aturannya gini, yang jadi korban bebas mau pilih tantangan dari antara kita bertiga. Gak bisa selesaiin tantangan ada konsekuensi harus minum setengah botol wine" komando dari Abay dan langsung disetujui semua pemain.

"Jadi Deo, lu pilih ToD?!" tanya Raye.

"T" jawab Deo santai.

"Deo pilih T dari siapa?" tanya Naiyah yang sedari tadi diam.

"Pilih...T dari Raye" Deo sangat berat untuk memilih dari antara ketiganya dan berakhir memilih Raye yang sedaru menunjuk diri.

"Ahay! Warna kolor lu apa De? Plus tunjukin juga biar kita percaya" ujar Raye yang terus melihat kearah rok mini yabg dipakai Deo.

"Eh?!" wajah Deo tampak bingung ditambah gugup.

"Ayo ayo Deo cepetan, gue mau liat nih" Raye terus fokus pada Deo yabg sudah mulai berdiri dan bersiap.

"Idiot mesum..." celetuk Stev.

"Ada yang gak suka nih ya~" tangan Raye langsung merangkul pundak Stev dan terus menggoda kesabaran Stev.

"Ayo Deo~ini si aa Stev yang ganteng juga mau liat hahaha..." goda Raye lagi.

"Hm...Deo hari ini pake warna b biru" ucap Deo malu-malu dan perlahan-lahan Deo mulai mengangkat rok mininya keatas.

Tampak sedikit celana dalam Deo yang berwarna biru muda dan langsung menutupnya kembali dengan cepat.

"Ahh Deo lu terlalu cepet nutupnya, lu gak liat ya kalau si Stev lagi fokus hahaha" semakin lama godaan kesabaran dari Raye semakin menjadi tapi Stev tetap diam.


















Yuhu~v~
Balik lagi, maaf kalau lama up. Thanks sudah mau berkunjung.

Maaf kalau ada typo & kata² kasar°^°

Singkat kata : jangan lupa vote & koment ^v^
1 vote dari kalian sangat berharga bagi author ^3^

He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang