#19

6.9K 593 27
                                    

"Maaf Deo, hari ini kita batalin rencana jalan-jalannya ya? Janji deh lain kali kita jalan-jalan ke taman bermainnya" ucap Jui mengacungkan jari kelingkingnya di hadapan Deo.

"Kenapa gak jadi?" kecewa Deo, padahal sudah sedari pagi sangat semangat bahkan mandi lebih awal dari biasanya.

"Tiba-tiba ada urusan penting, Abang Jui janji deh besok kita perginya ya"

*

*

*

*

Hari mulai beranjak siang, sementara Deo tiduran di lantai koridor yang terasa dingin dan menatap kosong kearah seseorang yang sedang datang kearahnya.

"Tumben Deo diem aja, lagi ada masalah?"

"Deo bosen....bosen banget" keluhnya.

"Bilang dong kalau bosen! Yok ikut sama Kak Nai pasti gak bakal bosen"

"Kakak mau ajak Deo kemana?" dengan segenap kemalasan, Deo bangkit berdiri dari posisi nyamannya.

"Kita ke Toko Cio Bakery, pasti Deo bakalan suka"

"Tapi Deo gak mau makan kue"

"Udah ayo kita kesana aja" tanpa aba-aba, Naiyah langsung menggendong Deo hingga ke depan pintu masuk bar.

Tapi di sepanjang perjalanan, Deo sama sekali tidak bicara dan jujur saja Naiyah merasa khawatir pada Deo hari ini. Khawatir Deo sama sekali tidak suka diajak olehnya.

"Cio!"

"Nai?!" jawab seseorang yang sempat Naiyah panggil dengan 'Cio'

"Anak siapa nih yang lu culik?" ujarnya dengan sedikit candaan.

"Kenalin ini adik gue, namanya Deo. Cakepkan?"

"Cakepan abang gue"

"Abang lu suka mabuk di bar kita, temennya juga sama aja. Kalau udah mabuk, dunia serasa milik sendiri" jawab Naiyah terkekeh pelan dan menepuk-nepuk pelan pundak Cio.

"Kalau punya visual oke, punya job juga oke, siapa aja pasti nempel walau suka mabuk, iyakan?"

"Bener bener hahaha"

Mata Deo terus bergantian menatap kedua perempuan yang tengah tertawa terbahak-bahak di hadapannya yang sedang galau dan kebingungan.

"Siapa? Siapa yang mereka omongin?" batin Deo.

"Oh iya sampai lupa, kita kesini mau bikin roti. Deo lagi bosen nih, jadi gue bawa kesini" jelas Naiyah yang baru sadar kalau dia tengah membawa Deo bersamanya.

"Wuahh! Bikin roti..." sorot mata Deo langsung berbinar karena untuk pertama kalinya Deo akan membuat roti sendiri.

"Boleh, tapi cuci tangan dulu yang bersih, selesai itu harus pake sarung tangan, penutup kepala biar gak ada rambut yang masuk ke adonan, jangan lupa pake celemek juga biar gak kena baju"

"Oke. Ayo Deo"

"Iya"

*

*

*

*

*

"Wuihhh Deo ini roti darimana nih, banyak banget" tanya Ali, melihat-lihat banyaknya bungkusan roti berbentuk karakter imut.

"Bikin sendiri dong" jawab Naiyah yang langsung merebut balik secara paksa roti ditangan Ali.

"Gue nanya ke Deo, bukan nanya lu"

"Ini semua dari temennya Kak Naiyah, tapi kalau yang ini roti khusus buatan Deo sendiri" tangan Deo mengangkat satu bungkus roti.

"Minta satu ya, bolehkan?"

"Iya boleh, Bang Ali ambil aja"

Waktu menunjukkan jam 17.03, sebentar lagi bar akan buka tapi ruangan Jui terlihat kosong yang berarti sedari tadi Jui belum pulang dari urusannya.

Roti ditangan Deo yang ingin diberikan pada Jui mulai terasa dingin karena ruangan bar yang ber-AC.

"Deo?" panggil seseorang dari belakangnya.

"Abang Jui!" panggil Deo dengan berlari kecil kearah Jui yang berjalan ke arahnya.

"Jangan lari-lari, nanti Deo jatuh" ujar Jui.

"Ini. Roti buat Abang Jui. Deo sendiri loh yang buat" Deo mengulurkan sebungkus roti yang tadi ia katakan khusus pada Jui.

Srak

"Makasih Deo. Abang Jui juga jadi mau kasih hadiah buat Deo" ujarnya tersenyum kecil dan lanjut berjalan mengarah ruangannya sendiri.

"Ayo sini masuk, hadiahnya ada di dalem"

"Gak usah bang, sebentar lagi bar rame. Deo juga belum mandi, belum bantu Kak Naiyah juga"

"Sebentar aja" paksa Jui sembari menarik pergelangan tangan Deo.

"Gak usah bang, beneran gak usah"

Tubuh Deo terus menolak, bahkan pergelangan tangannya mulai terasa sakit karena ulah Jui.

"Ayo sini"

"Ahh akhh tangan Deo sakit bang"

Mendengar rintihan Deo, Jui langsung melepas genggamannya tapi malah beralih mendorong pelan tubuh Deo supaya masuk ke ruangannya.

"Masuk aja, cuma sebentar" mohon Jui.

Deo membuang nafas panjang dan mengangguk kecil meng'iya'kan ajakkan Jui.

"Tada! Ini semua buat Deo. Tadi abang udah pulang daritadi tapi Deo gak ada di bar, jadi abang pergi keluar sebentar"

Terpampang jelas beberapa kotak yang terbungkus rapih dengan kertas berwarna di atas sofa ruangan Jui.

"Woahhh ini semua buat Deo? Beneran?"

"Iya, hadiah minta maaf abang gak bisa ajak Deo jalan-jalan"

"Makasih Abang Jui" ucap Deo sangat senang, pelukkan hangat pun langsung diberikan Deo untuk Jui walau hanya sampai setinggi dadanya.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang