Kamar sebelumnya ternyata ditempati 5 orang ditambah dirinya dan sekarang mereka sedang beristirahat jam siang."Bang Ali. Kak Naiyah kapan datengnya?"
"Owh, dia masih stay di ruangan. Nanti juga keluar kalau pelanggan udah selesai" mendengar hal itu, Deo sedikit memanyunkan bibirnya.
"Ini anak baru yang itu ya? Imut juga" celetuk seorang pria sedikit membungkukkan tubuhnya, menatap lekat pada Deo.
.
.
.
.
."Sialan! Kalian ngapain disini! Kalian tugasnya kerja, jam istirahat udah habis tapi kalian masih santai aja" boss dari club menaikan nada tingginya hingga hampir saja terbatuk.
"Maaf bos"
"Cepet kerja lagi sana. Sebentar lagi malam, akan tambah banyak juga pelanggan yang dateng. Dan kamu anak baru, inget tugas kamu di ruangan VIP nomor 122, pakai pakaian udah disediakan" Deo dan 4 orang lainnya sedikit membungkukan tubuh tanda hormat pada sang bos.
Jam 21.10 WIB
"Huft...harus kuat, sabar. Ini cuma sebentar Deo. Semangat Deo, walau ini pertama kali" Deo menyemangati dirinya sendiri sembari bercermin.
"Deo, lagi ngapain pake baju minim gitu?" suara Naiyah memecahkan lamunan Deo.
"Ehh, itu ini boss yang suruh Deo pake baju ini" Naiyah memperhatikan pakaian minim yang dipakai Deo.
Baju crop top ketat dengan lengan pendek yang menampakkan lekuk tubuh Deo yang ramping dan putih. Memakai rok setengah paha, yang memperlihatkan paha mulus milik Deo. Lipstik tipis di bibir dan sepatu highless 4 cm.
"Boss?! Kamu disuruh apa?" wajah Naiyah merasakan khawatir pada Deo yang masih polos, terlebih lagi dibawah umur.
"Kata boss, Deo bakal dapet tugas di ruang VIP 122" ucap Deo sedikit menarik narik rok kearah bawah karena tidak nyaman dan terlalu pendek.
"Janc*k" Naiyah mengepalkan tangannya karena kesal.
"..."
"..."
"..."
"Nice, cocok buat kamu. Sekarang kamu jadi salah satu pelayan tambahan untuk VIP juga" ucap Jui mengulus pundak Deo yang terbuka.
"Kalian langsung ke ruangan VIP no 122 ya. Disana ada 3 orang. Lakuin aja apa yang mereka minta, oke? Jangan kecewain pelanggan, inget!" ucap Jui lagi pada Deo dan 2 orang perempuan yang berdiri disebelah Deo.
"Oke"
"Ayo manis, minum ini. Ayo! Nanti aku kasih kamu uang bonusan" salah satu pelanggan pria yang setengah mabuk memaksa Deo untuk meminum wine.
"Maaf tuan, tapi saya bukan peminum juga tolong tangan tuan jangan pegang-pegang saya" Deo membuang mukanya dan berusaha untuk menjauh.
Tangan kanan pria tersebut merangkul pinggang Deo sementara tangan kirinya memegang botol wine.
Sementara 2 pelayan lain langsung menyorotkan matanya pada Deo dan pelanggannya yang tengah mabuk itu.Tanpa sepengetahuan Deo, seorang pria sedang memperhatikannya dari
sudut ruangan sambil menengguk minumannya."Saya gak mau, tolong jangan paksa saya buat minum" tolak Deo lagi.
"Owh gak mau ya? Kamu mau saya panggil boss kamu?" mendengar ancaman itu, Deo terpaksa meminum setengah botol wine tanpa berpikir lagi.
"Wah, itu bocah langsung habisin setengah botol. Gila" salah satu dari mereka dengan lantang mengucapkannya.
Kepala Deo terasa sangat pusing bercampur rasa mual bahkan ternggorokkan pun terasa panas dan ingin sekali muntah. Deo mencoba untuk bangkit berdiri namun tubuhnya lunglai dan tersungkur lemas di lantai.
"Kamu mau kemana hah? Tugas kamu disini belum selesai" pria tadi menghampiri Deo dan memeluk dari belakang.
Tubuh mungil Deo hampir tenggelam dalam tubuh kekar pria tersebut. Pelukannya juga sangat erat, sehingga Deo terasa sesak dan pingsan sesaat kemudian.
"Cukup. Kamu sama aja nyiksa dia, Ray" pria yang sedari tadi memperhatikan kemudian bangkit berdiri mengarah Deo yang sudah lemah.
"Sini" pria tersebut menggendong Deo seperti koala.
"Oi oi Stev! Itu pasangan aku, jangan asal bawa!" pria yang bernama Raye memanggil Stev dengan emosi.
"Aku mau kasih dia istirahat" pria yang bernama Stev terus berjalan ke arah kamar di ruang VIP tersebut.
"Terserah, pasangan kamu buat aku" namun Stev tak memperdulikan Raye dan dipikirannya hanya mengkhawatirkan seseorang yang kini di dalam gendongannya.
.
.
.
.
."Ugh" Deo mulai tersadar dari pingsan, terasa sedikit sakit pada bagian kepala.
"Gimana masih pusing?" Deo dapat melihat raut wajah khawatir terpampang jelas pada Stev.
"Lumayan tuan" tangan Stev mulai mengelus elus bagian pucuk rambut Deo dengan lembut.
"Jangan panggil tuan, panggil Stev aja" senyuman hangat Stev serasa menghipnotis Deo saat itu juga.
"Hnn iya"
To Be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine [BL]
De Todo>BxB< . Deo yang membuat 2 orang nyaman jika bersamanya, sampai akhirnya terjadi pertikaian untuk memperebutkannya. Tak ada jalan lain, hal mengejutkan terjadi pada akhirnya.