#14

14.9K 882 25
                                    


"Makannya yang bener dong Deo" tangan Jui mengelap bibir Deo yang terdapat krim dengan sapu tangan miliknya.

"Ah itu biar Deo sendiri aja" wajah Deo mulai memerah malu, terlebih lagi Jui terlihat sangat dekat dengan wajahnya.

"Udah sini biar gue aja" Jui terus mengelap bibir Deo sampai tak sadar beberapa pengunjung menatap mereka.

"Hump sini Deo aja" kesal Deo dan merampas sapu tangan milik Jui.

Tingkah Deo malah mengundang tawaan kecil yang keluar dari Jui yang berada di depannya. Perhatian Jui kini hanya tertuju pada Deo yang sedang mengelap bibirnya bagaikan anak kecil.

Bahkan di dalam hati kecil Jui berharap Deo mau menerimanya dan akan tetap seperti ini bersamanya.
Rasanya dengan adanya Deo, Jui dapat melupakan kenangan pahitnya bersama Vivi.

"Deo udah selesai makannya? Kalau udah mau ikut jalan-jalan gak?" ajak Jui yang terus menatap intens wajah Deo.

"Kemana?"

"Kemana ya...? Terserah Deo aja deh"

"Ke taman" jawab Deo dengan senyuman mengembang.

"Okay, tunggu sebentar ya. Gue mau bayar dulu" Jui beranjak berdiri dari tempat duduknya dan pergi beranjak menuju kasir.

Sementara Deo menunggu di tempat duduknya sembari melihat terus kearah Jui. Tanpa sepengetahuan Deo, terdapat sepasang mata yang tengah menatapnya.

_______________________________________

Di hari libur, taman lumayan ramai dikunjungi oleh masyarakat maupun warga dari kota sebelah untuk berekreasi disana.

"Wahh, Abang Jui liat ini bunganya cantik banget" Deo menunjukkan salah satu bunga berwarna merah yang telah dipetiknya.

"Iya cantik kaya Deo"

Blush~

Lagi-lagi Deo kembali merona karena Jui, tapi kali ini wajah merona Deo tertangkap jelas oleh Jui walau kepala Deo sudah menunduk.

"Deo kenapa?" Jui menyentuh pucuk rambut Deo dan mengelusnya pelan.

"Ggak apa-apa, cuma capek aja mau duduk" ucap Deo yang beralasan.

"Yaudah kalau gitu kita duduk disana aja ya" ajak Jui yang menunjuk pada sepasang ayunan kosong di tengah-tengah hamparan bunga.

Jui langsung menggenggam erat tangan Deo yang lebih kecil darinya dan senyuman tipis pun terukir dari bibir Deo. Sifat hangat Jui membuatnya merasa lebih nyaman.
Tapi ada satu hal yang membuat Deo tidak nyaman, beberapa pasang mata memperhatikan mereka berdua yang tenagh duduk dengan tatapan aneh.

"Bang Jui" panggil Deo.

"Iya kenapa Deo?"

"Deo...Deo mau pulang aja, Deo malu diliatin orang-orang"

"Udah, Deo gak usah peduliin. Mereka itu iri ke Deo karena bisa jalan bareng sama orang ganteng" ujar Jui yang sedikit bercanda pada Deo.

"Woah gitu ya?" jawab Deo dengan wajah polosnya dan percaya saja dengan perkataan Jui.

"Iya Deo" Jui mencubit hidung milik Deo dan meninggalkan sedikit jejak merah disana.

"Hump sakit!" rintih Deo yang merasakan sakit dihidungnya.

"Hahaha maaf ya Deo"

Deo terus memanyunkan bibirnya, tidak peduli dengan ucapan maaf Jui.

"Gimana kalau es krim?" tawar Jui ketika melihat pedagang es krim yang tak jauh posisinya.

"Gak"

"Jangan ngambek gitu dong Deo, nanti imutnya hilang"

"Biarin. Biar Abang Jui gak suka lagi sama Deo" celetuk Deo yang membuat Jui tertawa terbahak-bahak.

"Ih malah ketawa" sambung Deo.

"Gue suka sama Deo bukan karena fisik aja, tapi gue emang bener-bener nyaman sama Deo" Jui menatap kearah Deo yang masih terdiam.

"Deo mau pulang" jawaban Deo membuat Jui sedikit merasa kecewa, tapi demi sang pujaan hati. Jui menuruti keinginan Deo dan segera pulang ke bar dengan berjalan kaki.











To Be Continued...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He Is Mine [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang