>BxB<
.
Deo yang membuat 2 orang nyaman jika bersamanya, sampai akhirnya terjadi pertikaian untuk memperebutkannya. Tak ada jalan lain, hal mengejutkan terjadi pada akhirnya.
"Udah deh Nai, kita cari makan dulu yuk. Laper nih minta diisi" rengek Stella mengelus perutnya yang sudah kelaparan.
"Humpp iya deh kalau gitu"
_________________________________________
"Besok Deo mau gak ke bioskop bareng gue?" tanya Jui yang mengganteng erat tangan mungil Deo.
"Deo mau ke taman bermain. Boleh?" bagi Jui sangat wajar kalau Deo ingin ke taman bermain karena Deo masih dibilang anak-anak.
"Iya boleh, besok kita jalan-jalan ke taman bermain. Sekalian ajak kaka bawelnya Deo"
"Kaka bawel? Owh...Kak Naiyah maksudnya?" telunjuk Deo menunjuk ke arah bibir plumnya yang merah merekah.
"Tuh tau hahaha. Ayo jalannya agak cepet, firasat gue tiba-tiba jadi agak buruk" ucap Jui yang mengajak Deo untuk mempercepat jalannya sembari menggandeng erat tangan Deo.
________________________________________
"Semua data akurat Deo ada disini tuan" seseorang memberikan sebuah dokumen mengenai biodata Deo.
"Hmm bagus...ini upahnya"
"Terima kasih tuan" ucapnya dengan sedikit membungkuk dan segera pergi dari tempat.
Lembaran demi lembaran dokumen mengenai Deo dibaca dengan seksama. Matanya terus fokus pada apa yang dibacanya tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. Terdapat juga foto Deo yang tersenyum ceria bersama dengan seseorang disebelahnya.
Toktoktok
"Masuk" ucapnya tanpa melihat kearah seseorang yang masuk ke dalam ruangannya.
"Kenapa lu panggil gue, Stev?"
"Nanti malem kita ke bar" ucap Stev yang masih terus membaca.
"Tumben lu yang ngajak? Woahhh atau lu mau ketemu si Deo?"
Sangat malu jika Stev mengakui niatnya ingin pergi ke bar.
"Gak, kita disana buat seneng-seneng. Kita main ToD lagi dan lebih me...nan...tang" mata Stev langsung menatap intens pada Raye yang duduk di depannya.
"Hmm oke malem ini, gue mau langsung kabarin Abay" jawabnya mengalihkan pandangan intens Stev dan merogoh gadget yang berada di saku celananya.
"Kalau gitu gue mau langsung pulang. Siap-siap biar gue tampil paling cakep" ucap Raye dengan senyum lebarnya yang menampakkan deretan gigi.
"Percuma lu siap-siap tetep aja si Naiyah gak bakap tertarik sama lu yang petakilan mulut ember. Selera Naiyah itu yang kalem-kalem kaya si Abay" ucap Stev sembari memangkukan kepalanya di tangan.
"Oke! Nanti malem gue bakal keliatan kalem di depan Naiyah! Biar dia cinta sama gue" suara Raye meninggi dengan wajah yang memerah.
"Terserah, cepetan sana pulang"
Tanpa sepatah kata pun, Raye beranjak pergi dengan santai dan membanting pintu ruangan Stev sampai kaca sekitar pintu pun ikut bergetar.
Malem jam 22.15 di Bar Hiden
"Saya pesan ruangan seperti biasanya juga dua pelayan Deo sama Naiyah" pinta Stev pada Ali.
"Ray, tumben diem aja? Lu kenapa Ray? Sakit?" bingung Abay melihat tingkah ganjil Raye.
"Tidak apa-apa, saya sedang insaf saja" jawab Raye dengan nada bicara yang terlalu sopan.
"Aneh, gak biasanya lu pendiem gini"
"Hanya memperbaiki diri saja"
"Lu bukan temen gue, Ray" tunjuk Abay.
"Mengapa anda begitu?"
"Lu terlalu sopan buat gue yang bobrok"
To Be Continued...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.