Jisung semakin menangis setelah mendengar penjelasan dokter itu."Maafkan aku, tapi aku harus mengatakan yang sebenarnya. Ayah bundamu tak bisa diselamatkan, hanya Hyungmu yang mungkin akan sadar nanti" ucap sang dokter sambil menepuk pelan bahu anak SMP itu, dari dulu ia sangat ingin adik tapi Mama papanya tidak bisa memberikannya.
Melihat anak itu menangis, membuat ia ikut meneteskan air matanya. Sedih melihat nasib anak yang seharusnya sedang tidur nyenyak itu malah harus merasakan kehilangan kedua orang tuanya dan keadaan sang kakak yang masih terbaring di ruang rawat.
"Hey Jen, kau apakan anak orang hah? Mukamu tuh dikondisikan, jadi dokter kok kaku amat" seseorang dengan surai grey nya dilengkapi sneli datang dan menghampiri mereka
"Hai anak manis? Kamu diapakan sama om itu? Dia jahat? Coba kamu bilang ke kakak, nanti biar kakak yang menghajarnya" Suara yang tadinya marah menjadi sangat lembut saat bicara pada Jisung. Tangannya juga ikut mengelus rambut lembut Jisung yang terasa lepek karena dia kelelahan.
"Apasih Ren, aku tuh lagi ngehibur dia. Jangan soudzon Mulu deh kamu, dan bisa bisanya kamu panggil aku om sedangkan aku lebih muda darimu"
"Ya mukamu kayak gitu buat aku soudzon Jen, apalagi anak manis ini nangis. Makanya jangan kaku-kaku"
"Padahal aku nangis loh Ren"
"Hah masa?kamu? Nangis? Tumben amat Jen, biasanya ekspresi juga kayak tembok"
"Sialan kamu Ren"
"Heh ada anak kecil tau!!!" Tangan si Ren tak sungkankan mencubit pinggang temannya itu
Jisung melihat itu sedikit tersenyum, melihat kekonyolan dua dokter di kanan kirinya.
"Wah wah kamu senyum" ucap Ren antusias dan langsung menarik dagu anak remaja itu.
Yang paling kecil langsung malu dan mencoba menutupi wajahnya, tapi ditahan oleh si Ren
"Jangan ditutup, kakak mau liat senyummu. Kenalin nama kakak Renjun, Huang Renjun"
Jisung tersenyum mendengarnya, dia mengangguk dan menyalami tangan si dokter."Sana kamu beli makanan buat dia Jen" perintah Renjun pada teman dokternya itu
"Kenapa kamu ga pergi sendiri, biar aku yang sama anak ini"
"Nanti dia nangis lagi Jen kalo sama kamu, cepetan ih. Atau aku bilang Mama Irene kamu udah buat nangis anak orang"
"Apaan sih, dibilangin bukan aku juga. Dia tuh nangis karna kakak-"
"Pergi gak Jen!"
Jujur, Jeno takut dengan teman terdekatnya itu. Walaupun mungil dia gampang marah dan kalo marah suka seenaknya. Kecuali kalo sama pawangnya.
"Dasar uke galak" ucap Jeno sambil lari sebelum sepatu melayang ke kepalanya
"Haduhh sabar sabar, orang sabar disayang mas tunangan" tangan Renjun sambil mengelus-elus dadanya, capek melihat kelakuan teman absurd nya yang ternyata menjadi dokter profesional di rumah sakit ini.
"Ehhmm manis, siapa namamu?"
"Ji-jisung, Na Jisung"
Renjun sangat gemas dengan anak ini, huh rasanya ingin mencubit pipi itu. Tapi dia tidak mau terlalu SKSD"Nama yang indah, jadi Jisung jangan banyak menangis lagi ya. Nanti bisa bisa bunda jisung ikut sedih"
Jisung malah menangis mendengarnya, "eh eh maaf kan Hyung. Sini sini Hyung peluk" Renjun mencoba memeluk Jisung dengan lembut
"Ayah bunda pasti tenang kan Hyung? Mereka ga akan kesakitan kan? Mereka bakal dapat tempat yang terbaik kan bersama Tuhan?"
Renjun membeku, dia tidak tau kalo Jisung sudah kehilangan kedua orang tuanya. Anak yang malang,
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Adik Soon To Be Istri [Nomin]✓
Fanfiction"Lee Jaemin, Umurku masih 24 tahun yaa" "Tapi kau terlihat tua seperti om-om Jeno Hyung" ekspresinya seperti meledek Hyungnya "Om om seperti apa yang masih tampan seperti aku" "Banyak, om-om yang suka menjadi Sugar Daddy" "Kalau begitu kau yang jadi...