Jaemin sudah dibawa pulang oleh Donghae dan Irene, dan kini dia sedang beristirahat dengan tenang karena sejak pagi tadi ia tidak bisa berhenti mual-mual
Sedangkan Donghae dan Irene bingung, haruskah memberi tahu Jaemin tentang kehamilannya atau tidak. Jika diberitahukan bisa saja Jaemin kembali sakit dan kumat, namun jika tidak bisa juga membahayakan Jaemin dan bayinya karena Jaemin tak tahu sedang membawa nyawa lain dalam perutnya
"Haruskah kita beri tahu Jeno?"
"Tidak perlu"
"Tapi dia ayahnya. Dia ayah dari bayi di perut Jaemin yeobo"
Prang
Suara gelas jatuh mengagetkan pasangan suami istri itu, di pintu masuk dapur Jaemin berdiri memaku setelah mendengar kalimat Irene. Mata indahnya menatap Irene meminta penjelasan, tapi Irene hanya bisa memeluknya sambil menangis
"M-mama bilang apa tadi?"
"Sayang,"
"Nana hamil?" Tanya Jaemin dengan suara bergetar, dan dengan anggukan ragu-ragu Irene mengangguk. Tangisan Jaemin pun pecah setelah itu, tubuhnya terduduk di lantai dapur
"Mama bohong kan?? Papa, mama bohong kan? Nana nggak hamil kan?" Harapan Jaemin hilang seketika saat melihat raut menyesal kepala keluarga Lee itu
"Hikss enggak!! Nana nggak hamil!! Hikss nggak mau!! Hikss Nana nggak hamil!! Dia bukan anak Nana" Jaemin mencoba memukul perutnya yang masih rata, Donghae mendekat mencoba menahan Jaemin karena Irena tak cukup kuat.
"Sayang jangan begitu"
"Enggak!!! Hikss Nana nggak hamil!!! D-dia nggak ada, d-dia bukan anak Nana" racau Jaemin dengan histeris
"Dia ada Na, dan dia anakmu. Dia ada di dalam tubuhmu"
"Hikss enggak!!! N-Nana nggak mau hiksss!! A-ayo hilangkan dia!!"
Dua orang dewasa itu terkejut dengan kalimat Jaemin, ingin marah karena Jaemin keterlaluan tapi mengingat mental Jaemin yang tidak baik-baik saja Irene mencoba menasehati dengan hati-hati. "Sayang, dia bayimu. Darah dagingmu sendiri, dia tidak salah Na. Kamu menyakiti dia jika kamu tak menginginkannya apalagi sampai ingin menghilangkan dia"
Jaemin mulai tenang, Donghae pun menggendong tubuh kecil itu dan dibawa ke ruang keluarga supaya lebih nyaman untuk berbicara.
"Di luar sana banyak sekali orang yang menginginkan bayi, tapi mereka tak bisa Na. Jadi Mama mohon, jangan sia-siakan anugrah yang diberikan Tuhan padamu. Dia bukan masalah, tapi anugerah"
"T-tapi Nana tak bisa Ma, N-Nana bukan orang yang baik. N-Nana tak akan bisa menjadi orang tua yang baik untuk dia"
"Kamu akan menjadi yang terbaik untuk dia Na, maka dari itu jangan berpikiran untuk menghilangkan dia. Kamu harus menjaga dan merawatnya sepenuh hati, dan nanti saat dia lahir dia akan membawa kebahagiaan untukmu"
"Kamu masih bisa melanjutkan pendidikanmu Na, biar dia papa dan mama yang jaga" mendengar itu Jaemin mulai berpikir jernih, masa depannya tak akan hilang hanya karena kedatangan bayi di perutnya. Malahan akan membawa kebahagiaan
"Kalau begitu, bisakah mama dan papa membantu Nana merawatnya?"
Irene tersenyum haru, akhirnya Jaemin sadar. Mungkin tadi ia hanya kaget sampai berbicara yang tidak-tidak, "tentu, dia cucu kami. Tentunya kami akan merawatnya dengan baik"
Jaemin lega, namun ada satu hal yang mengusik pikirannya lagi. Anak ini anak Jeno juga kan tentunya, "tapi Nana ingin jangan beritahu Jeno Hyung tentang ini"
"Tapi dia ayahnya Na"
"Nana takut Ma, Nana takut Jeno Hyung tak mau menerima dia. Karena Jeno Hyung tak sadar saat itu" elak Jaemin dengan tegas, karena Jaemin masih yakin Jeno hanya ingin tubuhnya tanpa benar-benar mencintai Jaemin
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Adik Soon To Be Istri [Nomin]✓
Fanfiction"Lee Jaemin, Umurku masih 24 tahun yaa" "Tapi kau terlihat tua seperti om-om Jeno Hyung" ekspresinya seperti meledek Hyungnya "Om om seperti apa yang masih tampan seperti aku" "Banyak, om-om yang suka menjadi Sugar Daddy" "Kalau begitu kau yang jadi...