20

2.5K 188 2
                                    

Hari ini hari terakhir mereka di Hawai, sebenarnya waktu liburan masih ada namun sang kepala keluarga dan si sulung tak bisa terlalu lama meninggalkan pekerjaan mereka. Irene meminta agar dua laki-laki itu pulang duluan meninggalkan Irene, Jaemin dan JiSung di sana namun langsung ditolak keras oleh keduanya

Sekarang ini enam orang itu sedang berkeliling membeli oleh-oleh untuk keluarga di Korea, ya walaupun lebih banyak yang untuk diri sendiri daripada untuk oleh-oleh orang lain. Sejak tadi Irene menarik Jaemin kesana kemari diikuti Chenle dan JiSung, sedangkan Donghae dan Jeno hanya mengawasi dari belakang menjadi bodyguard sekaligus ATM berjalan

Hawa di sekitar dua orang itu terasa dingin padahal langit sedang cerah karena memang sejak tadi keduanya diam tanpa bicara apapun. Donghae masih marah dan kesal atas kejadian kemarin lusa, sedangkan Jeno juga tak mau membicarakan apapun pada sang ayah. Ia juga tahu kalau sang ibu memberi jarak antara dia dan Jaemin, karena sejak kemarin dia tak bisa berbicara banyak dengan pria cantik itu

"Na lihat ini cantik sekali, sini sini kamu coba" Irene memasangkan kalung emas putih dengan gantungan hati yang di salah satu sudutnya ada bunga, nampak indah dan cocok dengan leher putih dan jenjang Jaemin

"Kan bagus banget, lihat Pa cocok kan?"Donghae mengiyakan, diam-diam Jeno juga tersenyum melihat Jaemin bertambah cantik dengan kalung itu

Irene mengambil dua kalung yang sama namun kali ini gantungannya berbentuk jangkar dengan bunga "Nah ini untuk Chenle dan JiSung"

Chenle kegirangan karena dia suka dengan kalung itu, sedangkan JiSung menggeleng gak suka karena melihat ada bunga disitu. Kurang manly kata JiSung. Sehingga Irene bertanya pada penjual dan ternyata ada yang tanpa bunga

"YEAYYY, kita couple an Jie. Tidak seperti Jeno Hyung tak punya barang couple dengan Nana Hyung"

Jeno ingin sekali melempar tas belanjaan di tangannya, kesal dengan Chenle yang selalu mengejek

"Sudah sudah, Pa...hihi"

Mendapat kode seperti itu Donghae mendekat, mengeluarkan dompet dan membayar. Beginilah kerjaannya dari tadi, menjadi ATM berjalan

Kelimanya beralih ke tempat street food, menikmati makanan ringan lokal yang belum sempat dicicipi

"Mama?"

"Echan? Disini juga?"

"Hehe iya Ma, sebenarnya ingin menyusul kalian tapi Mark Hyung larang-larang Echan buat pergi-pergi. Jadi echan cuma keluar villa bentar terus dikurung di kamar" Mark sebagai tersangka mengusap tengkuknya canggung

"Kamu tuh Mark, ngajak anak orang jalan-jalan tapi dikurung terus. Awas Sampek kamu macam-macamin Echan"

"Enggak kok ma, cuma cium-cium dikit" telinganya menjadi sasaran empuk Irene, memberikan jeweran membuat Mark mengaduh minta dilepaskan

Irene menunjuk Mark dan Jeno bergantian"Kalian berdua ini sama aja, awas kalo sampek echan dan Nana ada apa-apa Mama potong punya kalian biar ga bisa dipakai" lelaki beralis camar itu langsung memegangi miliknya ngilu membayangkan apa kata Irene. Sedangkan Jeno menanggapi dengan wajah datar

Membiarkan Irene dan anak-anak belanja kini Donghae, Mark, dan Jeno memilih menunggu di salah satu kedai. Masing-masing meminum ice coffe

"Gimana perusahaanmu Mark?"

"Bagus pa, mungkin beberapa bulan lagi Mark mau merger saja dengan perusahaan Papi. Ya walaupun punya Mark belum besar tapi biar Mark ga bingung ngurus dua perusahaan" Donghae mengangguk menyetujui

Mark mempunyai perusahaan sendiri yang berjalan di properti, murni hasil kerja keras sendiri walaupun awalnya dibantu modal orang tua. Tapi akhir-akhir ini sang Papi, ayahnya Mark, meminta Mark mengurus perusahaan keluarga juga. Yang akhirnya Mark mensolusi dengan merger dan ayahnya setuju

Dari Adik Soon To Be Istri [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang