[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP]
Aku menemukan kehidupan baru setelah mengalami kecelakaan yang tidak pernah aku duga, pada hari itu nyawaku direngut oleh semesta.
Pada awalnya aku pikir diriku pulang ke pangkuan-Nya, namum ternyata takdir berkat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagaskar bersinar sangat terik. Cuaca panas beginilah yang menemani aktivitas manusia.
Aku mengibas-ibaskan tangan guna memberikan angin pada wajahku yang kepanasan. Aku berada di halte sedang menunggu datangnya kendaraan online yang telah ku pesan beberapa saat lalu.
Sudah satu minggu berlalu sejak insiden kecelakaan yang Sean alami, ia sudah bisa beraktivitas normal seperti sedia kala. Pulang sekolah kali ini aku tidak pulang bersama Sean karena ia ada jadwal latihan basket.
Merasa ada pergerakan di sebelahku sontak aku menoleh dan terbelalak kaget melihat Gara berdiri di sampingku dengan tatapan datarnya itu.
"Kenapa belum pulang?"
"Nunggu taksi."
"Gue antar."
"Gue udah pesan taksi, kalau dia datang gue nggak ada, kasihan supirnya."
"Cancel," perintah Gara seenaknya. "Atau lo nggak mau pulang sama gue? Kita pacaran 'kan? Tapi kenapa lo menghindar terus dari gue."
Aku memejamkan mata sesaat, mengatur napas, membiarkan diri ini rileks.
"Gue nggak mau berdebat, Gara. Dan gue juga nggak menghindar dari lo."
"Apa gitu cara lo ngomong dengan orang lain? Nggak natap lawan bicara lo, uh?"
Aku merotasikan bola mata malas. Astaga. Kenapa Gara menyebalkan sekali ditambah lagi cuaca panas, apa tidak emosi jadinya.
Aku memutar tubuh sehingga berhadapan dengan Gara. "Lebih baik lo pergi."
"Gue pergi kalau lo juga pergi sama gue," ujar Gara santai tetapi terlihat menyebalkan dimataku.
"Terserah."
"Lo pacar gue, harus nurut sama gue! Ngerti!"
"Babi! Baru jadi pacar udah ngatur-ngatur. Putus aja lah kita."
Gara mencengkeram kedua lenganku kuat. "Coba ulangi!"
"Kita putus aja, lagian status kita bukan hal yang membanggakan hingga harus dipertahankan."
"Ulangi!"
Ku telan saliva susah saat melihat rahang Gara mengetat sampai giginya bergemeretak, tak lupa tatapan tajam penuh intimidasi dari kedua black eyes miliknya. Menakutkan, hingga napasku pun tercekat sejenak.