Chapter 2

45.3K 4.2K 68
                                    

Kesialan terjadi padaku sejak membuka kelopak mata tepat pada pukul delapan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesialan terjadi padaku sejak membuka kelopak mata tepat pada pukul delapan pagi. Aku terlambat bangun di hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester.

Aku selesai membersihkan tubuh pada pukul setengah sembilan, waktu yang singkat untuk bersiap. Bisa dibilang aku mandi bebek, hanya terguyur air, tetapi tidak mengapa yang penting tetap mandi tinggal semprot parfum biar wangi.

Aku menancap gas, melajukan motorku secepat mungkin agar cepat sampai ke sekolah. Tak butuh waktu lama kendaraanku berhenti di depan gerbang yang sudah tertutup rapat.

"Mampus."

Aku segera membawa motor menuju belakang sekolah. Menatap tembok yang cukup tinggi di hadapanku. "Tch, terpaksa manjat."

Turun dari motor, aku melempar tas sekolah lebih dulu. Kemudian dengan susah payah aku memanjat tembok.

"ALLANA!" pekik Pak Anton guru BK sambil berkacak pinggang menatap ke arahku yang sedang duduk di atas tembok.

Aku berjengit kaget saat namaku dipanggil dengan suara menggelegar. Aku nyengir tak berdosa menatap Pak Anton lalu melompat turun ke bawah.

"Sini kamu!" Pak Anton menatap tajam.

"Habis dari mana kamu jam segini baru masuk?" tanya Pak Anton sengit.

"Kesiangan, Pak." Aku kembali memberikan cengiran kepada Pak Anton.

"Alasan klise," desis Pak Anton.

"Beneran, Pak. Saya kesiangan lupa nyetel alarm."

"Saya nggak peduli, sekarang kamu berdiri di lapangan sambil hormat tiang bendera sampai jam pelajaran pertama selesai!" titah Pak Anton tegas.

Aku mendengus malas. "Ya, Bapak nggak asik. Anyway Pak, nggak baik mempersulit orang yang mau menuntut ilmu."

"Kamu membantah perintah saya? Kamu itu sudah sering melanggar aturan sekolah. Mau jadi apa kamu ke depannya?" Pak Anton menaikan nada bicaranya sedikit membentak.

"Ya jadi manusia lah, Pak. Masa jadi Kera Sakti."

Pak Anton menggeram marah. "Eh eh Pak." Aku menghentikan gerakan tangan Pak Anton mengangkat sembilah kayu untuk memukulku.

"Bapak jangan berani-beraninya mau mukul saya? Bapak nggak lupa siapa Papa saya kan? Tuan Maverick seorang konglomerat serta pengusaha sukses mempunyai perusahaan raksasa di pusat kota," cetusku menyombongkan derajat keluarga ku. "Kalau saya aduin ke Papa bahwa Bapak menghukum saya. Bisa tamat riwayat Bapak."

A or A [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang