Chapter 17

30.6K 3.2K 88
                                    

Dadaku menekan punggung Sean saat ia secara mendadak mengerem motornya padahal kami baru saja keluar dari gerbang mansion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dadaku menekan punggung Sean saat ia secara mendadak mengerem motornya padahal kami baru saja keluar dari gerbang mansion. Aku segera memperbaiki posisi dudukku, setelahnya aku hendak mengomeli Sean namun niat itu tak terlaksana setelah melihat keberadaan Sagaras.

Sagaras melepas helm lalu turun dari motornya, netra laki-laki itu menyorotku seiring langkahnya yang kian mendekat.

"Pagi pacar," sapa Sagaras, senyum tipis tercipta pada bibirnya.

"Pagi," balasku. "Lo ngapain ke sini?"

"Jemput pacar gue, ayo turun, bareng gue aja." Sagaras meraih tanganku kemudian langsung menggendongku turun dari motor Sean.

Kini aku telah berdiri di hadapan Sagaras dengan kepala mendongak menatapnya. "Lo nggak jemput Karin? Lo 'kan biasa berangkat sama Karin, kalau lo jemput gue terus Karin gimana?"

"Gue jemput Karin setelah ngantar lo," jawab Gara.

Aku menghela napas pelan, sejujurnya aku tidak cemburu terhadap Sagaras dan Karin, namun aku menghargai sebuah hubungan, jika Sagaras menganggap kami pacaran seharusnya ia tahu bagaimana cara menjaga batasan dengan perempuan lain.

"Kalau gitu lo jemput Karin aja, gue bisa berangkat sama Sean." Aku kembali naik ke motor Sean. "Ayo bang, berangkat." Kutepuk pelan bahu kanan Sean seolah sebuah perintah Sean lantas melajukan motornya.

Aku cukup menikmati udara pagi ini karena Sean berkendara dengan santai.

"Abang," panggilku, namun tak ada jawaban dari Sean.

"Abang." Sekali lagi aku memanggilnya, masih tak ada sahutan, apa dia tuli?

"ABANG!" Kali ini aku berteriak.

"Nggak usah teriak gue nggak budek!"

"Lagian dipanggil dua kali nggak nyaut-nyaut, gue kira beneran budek."

"Kenapa?" tanya Sean.

Aku lebih mendekat ke arah bahu kiri Sean. "Semalam 'kan lo janji mau beliin gue ice cream, beliin sekarang ya," ujarku sambil menarik-narik ujung lengan seragam Sean.

"Nggak usah aneh-aneh, masih pagi juga!"

"Tapikan gue haus."

"Beli air putih aja."

"Ngga seger loh, Bang," ucapku dengan menekuk wajah.

A or A [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang