Chapter 44

17.4K 1.8K 54
                                        

Sama seperti wisatawan pada umumnya, aku, Daddy, dan Sean pergi ke tempat populer yang sering dikunjungi wisatawan jika datang ke Berlin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti wisatawan pada umumnya, aku, Daddy, dan Sean pergi ke tempat populer yang sering dikunjungi wisatawan jika datang ke Berlin.

Brandenburg Tor, Katedral Berlin, Alexanderplatz, Fernsehturm Berlin, and Zoologischer Garte.

Semua tempat itu kami datangi, di setiap tempat kami tidak lupa mengambil foto keluarga. Pukul empat sore Daddy memutuskan kembali ke hotel lebih dulu.

Dan ada satu tempat destinasi lagi, aku sempat merengek pada Sean agar kami pergi ke Großer Tiergarten, taman kota terbesar di Jerman.

Sean menggandeng tanganku memasuki area taman, kami datang di waktu yang tepat-musim semi sehingga banyak bunga mekar dengan cantiknya. Di sini juga terdapat banyak patung-patung bersejarah, danau, bangku-bangku, dan tempat pejalan kaki untuk menikmati pemandangan hijau.

Di taman ini, banyak orang yang sedang berjalan-jalan. Beberapa dari mereka datang berpasangan, ada pula yang datang membawa anjing peliharaan. Sungguh tempat yang ideal untuk berkencan!

"Sir, buy these flowers for your girlfriend." Wanita tua ini datang mencegat Sean sambil menyodorkan bouquet mawar.

Aku dan Sean saling pandang selama dua detik setelahnya kembali memandang wanita tua itu. "We're not a couple!" jawabku dan Sean bersamaan.

"Oh, I apologize, but you two are so cute."

"Thank you. How much is this?" Sean meraih bouquet mawar dari tangannya.

"25.00 euro," jawab wanita tua itu.

Sean meraih dompetnya dari saku belakang celana. "Here, keep the change." Ia memberikan uang lebih kepada wanita tua tersebut.

"Aaaw thank you so much. Happy good day," pamitnya.

Kami kembali melanjutkan acara jalan-jalan sore yang sempat tertunda.

"Nih." Sean menyerahkan bunganya kepadaku.

Senyum di wajahku mengembang, aku menerima buket bunga tersebut dan menghirupnya dalam-dalam. "Beautiful," gumamku.

"Namanya blue moon, warnanya emang nggak biru tapi pink ungu." Sean menjelaskan nama mawar yang kupegang. "Suka nggak sama bunganya?" tanyanya kemudian.

Aku mendongak melihat Sean seraya mengangguk. "Suka, bunganya cantik. Tapi lebih cantik lagi kalau ada di tempat yang seharusnya, dipohonnya biar nggak layu."

A or A [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang