Chapter 38

17.1K 2K 122
                                    

"Leta!" Teriakan melengking penuh semangat itu berasal dari Auri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Leta!" Teriakan melengking penuh semangat itu berasal dari Auri. Gadis yang memiliki senyuman sehangat mentari itu berlari kecil ke arahku.

"Lo abis nangis? Mata lo bengkak, merah lagi, lo nangis kenapa?" tanya Auri khawatir menangkup kedua pipiku seraya mengamati wajahku.

"Nggak kok, gue nggak nangis," kilahku.

"Halah, lo nggak bisa bohong sama gue."

"Iya-iya, puas lo!"

"Nah gitu dong emosi." Auri terkekeh geli. "Udah jangan sedih," ujarnya sembari menurunkan tangan dari pipiku lantas berpindah meliliti lenganku. "Ayo ke kelas. Oh iya berhubung gue, Kaila, sama April belum jenguk Kak Sean, gimana kalau nanti kita ikut lo ke rumah sakit sekalian rayain birthday Kak Sean, gimana?"

"Boleh kok, lagian gue sama Daddy belum ngerayain birthday-nya."

"Okay, nanti gue yang bakal atur semuanya."

***

Sesuai rencawa awal, sore ini kami pergi ke rumah sakit bersama di mana April memegang sebuket mawar putih, Kaila menenteng paperbag silver berisi hadiah, dan Auri membawa box yang di dalamnya terdapat kue.

"Nanti lo masuk duluan ya, Let, lo kasih kode deham aja biar kami masuk," ucap Auri.

"Iya beres, lo tenang aja, serahin ke gue." Aku mengibas tangan bahwa tugasku itu terlampau mudah.

Begitu masuk ke dalam kamar Sean, aku dibuat terkejut menangkap presensi teman-temannya termasuk Gara, itu artinya Gara menepati ucapannya yang mengatakan akan meminta maaf pada Sean.

"Kalian? Kapan kalian datang?" tanyaku ramah melirik Dion yang duduk di samping ranjang Sean sembari memegang plate food, kemudian kualihkan pandangan ke sisi lain di mana Gara, Liam, dan Rey tampak santai duduk pada sofa. Di depan mereka terdapat meja dan ada empat minuman kaleng yang telah terbuka serta beberapa bungkus makanan ringan.

"Udah dari tadi kita di sini." Liam menyahut.

"Abang lo noh nggak mau makan," adu Rey. Tanganya sibuk membuka kulit kacang lalu memakan isinya.

"Yan, ayo lah makan, masa gue harus bujuk lo kayak Ibu bujuk Anaknya. Aaaa pesawatnya mau terbang," ujar Dion menggoyangkan sendok ke atas dan ke bawah di depan wajah Sean.

"Diam, Yon! Pusing," decak Sean.

"Ya pusing lah bego kalau lo nggak makan. Buruan makan aelah, biar lo cepat sembuh, biar bisa main basket lagi. Ingat bulan depan kita ada tanding!" sentak Dion.

A or A [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang