Bagian 17

925 55 0
                                    

Edzar duduk gelisah di depan ruang IGD, ia tak ikut menangani sebab tak kuasa melihat kondisi anaknya yang ia besarkan dan jaga dengan sepenuh hati. Pikirannya kacau, marah, kesal, kecewa, dan takut bercampur menjadi satu tatkala melihat kondisi Andhra yang tiba dengan keadaan buruk.

Tubuhnya meremang tatkala melihat pakaian yang dikenakan Andhra tak luput dari pandangan, membuat dirinya tak kuasa untuk menahan amarah. Seharusnya ia tahu sejak awal ketika Andhra sering kambuh, kesehatannya yang menurun, dan sering kelelahan akhir-akhir ini. Seharusnya ia tidak perlu menyetujui untuk menutup penyakit anaknya kepada orang lain.

Edzar mengusap wajahnya gusar. Ia merasa gagal sebagai seorang ayah, andaikan ia tidak terlalu fokus pada pekerjaannya pasti tidak akan terjadi seperti ini. Ia memandangi langit-langit rumah sakit, berharap anaknya di dalam sana akan baik-baik saja, meskipun dirinya tak yakin.

"Sebenarnya Andhra sakit apa, Pak?" Fokus Edzar pecah seketika, ia menoleh ke arah samping kursinya. Ia lupa jika beberapa orang juga ikut mengantarkan anaknya kesini, yang ia ketahui ialah pelatih olahraga dan sahabat anak bungsunya.

"Jantung. Anak saya sakit jantung." Ezdar mendongakkan wajahnya sebentar lalu kembali menutupkan wajah pada ke dua tangannya, tak ingin memperlihatkan raut mukannya yang memerah, meskipun itu tak berhasil.

Lorong IGD legang seketika, tidak ada lahi percakapan setelah ucapan Edzar sampaikan. Tubuh Fares menegang seketika mendengar penuturan dari orangtua sahabatnya itu, dirinya tidak menyangkan bahwa sahabatnya menderita seperti itu, terjawab sudah pertanyaaannya mengenai keadaan sahabatnya yang akhir-akhir menurutnya sangat aneh, "Maaf Om. Saya minta maaf." Ujarnya penuh sesal. Dirinya merasa bertanggung jawab, karena dirinya lah sahabatnya bisa seperti ini.

"Bukan Fares yang bersalah di sini. Saya yang bersalah. Saya meminta maaf Pak, saya tidak tau jika anak menderita penyakit itu dan tidak terlebih dahulu mengecek profil anak didik saya." Pelatih yang berada disamping Edzar menatap dengan gugup.

Edzar menatap lekat-lekat orang yang berada disekelilingnya, "Lebih kalian pergi dari sini. Saya ingin sendiri."

Pelatih menggeleng tidak setuju, dirinya merasa bahwa ia harus bertanggung jawab karena ikut andil dalam insiden ini.

Sedangkan Edzar melirik tak suka pada orang disampingnya. Ia memejamkan matanya erat-erat menghalau perasaan amarahnya, "Sekali lagi saya mohon kalian pergi dari sini." Edzar tiba-tiba saja bangkit dari tempatnya bertepatan dengan seseorang menghampiri dirinya dengan napas memburu dan hal itu pun membuat emosi yang sejak tadi ia tahan keluar begitu saja.

"Gimana keadaan And-"

Plak

Seluruh orang di sana berseru kaget melihat apa yang baru saja terjadi tak terkecuali orang yang baru saja datang tak lain seseorang yang menjadi sasaran tamparan Edzar.

"Kamu!" Edzar berseru marah, seakan kurang puas ia kembali menampar wajah orang di depannya. Kemudian ia memandangi tubuh orang di depannya dengan seksama. "Bisa-bisanya kamu taekwondo di saar adikmu seperti ini, Rafa!" Geramnya melihat pakaian yang dikenakan oleh anak sulungnya.

Rafa menatap wajah sang ayah yang sudah dipenuhi oleh amarah itu, "Aku bisa jelasin. Ini bukan seperti yang Ayah pikirkan."

"Apa?! Memang Ayah mikir apa, hah?!"

"Ini bukan kesalahan aku aja. Aku udah coba beberapa kali untuk Andhra gak ikut olahraga tersebut, tapi gak--"

"Kamu sudah tau kalau adikmu melakukan hal seperti itu, kenapa gak kamu larang Rafa!" Rafa memejamkan matanya ketika Edzar membentak di depan wajahnya.

"Emang hidupku hanya berpusat pada Andhra saja? Enggak! Aku juga kehidupanku sendiri. Lagian Andhra sudah besar, harusnya dia ngerti tanpa perlu dikasih tau!" Rafa mendengus kesal, dirinya ikut terbawa emosi. Tak peduli dengan tempat umum, dirinya sudah lelah disalahkan sejak tadi. "Apa bedanya aku sama Ayah, hah?! Ayah juga jarang di sisi Andhra. Ayah lebih mengutamakan pekerjaan Ayah, daripada anaknya sendiri!"

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang