Rafa berjalan bersama salah satu temannya berjalan menuju ruang kepala sekolah dengan baku di masing-masing tangan mereka. Sesekali tertawa dengan celotehan mereka. Sesampainya mereka langsung saja masuk seperti halnya murid kelas akhir lainnya yang sudah ramai memenuhi ruangan tersebut sejak bel istirahat berbunyi. Mereka menunggu tanda tangan sebagai salah satu tanda selesainya tugas akhirnya mereka di semester ini.
Setelahnya mereka segera keluar dari ruangan enggan untuk berdesekan dengan siswa lain yang datang semakin bertambah. Rafa dibuat terkejut tatkala dirinya baru saja keluar mendapati adik kelasnya, Fares dan Dito, berada di depannya, "Ngagetin aja."
"Ngapain kalian di sini? Kena masalah ya." Rafa menatap menyelidik.
"Sok tau. Kita ke sini nyariin lu, Bang. Gini-gini kita masih taat aturan." Dito yang berada di samping berdecak tak terima dengan tuduhan Rafa. "Susah banget nyari lu, Bang. Sibuknya ngalahin presiden." Lanjutnya mencibir.
Rafa terkekeh pelan dengan respon Dito, "Bercanda. Serius banget. Ye, gua beneran sibuk, maklum anak kelas akhir banyak tugas. Kenapa nyari gua?" Tanya Rafa bersedekap.
"Andhra beneran udah sadar Bang? Kita boleh jenguk dia?" Tanya Fares yang sejak tadi diam mendengar ocehan dua orang tersebut.
"Iya dia udah sadar. Boleh aja sih, tapi jangan banyak-banyak orangnya." Balas Rafa sembari berpindah tempat agar tidak menghalangi jalan dan leluasa untuk bercakap.
"Thanks." Ucap Rafa kepada temannya yang baru saja keluar dari urnag kepala sekolah dan memberikan tugas laporannya yang baru saja ditandatangani.
"Yaelah Bang, temennya dia emang siapa lagi? Cuma kita berdua doang." Fares mengerlingkan matanya.
"Lah iya ya, adek gua mainnya sama kalian doang. Ajak dia kenalan sama yang lain dong, kasian banget temannya cuma sedikit." Rafa berlagak terkejut mendengar ucapan Fares. Sejatinya ia sudah mengetahui tabiat adiknya yang enggan memiliki banyak teman.
"Kita mau jenguk dia, bisanya jam berapa Bang?" Tanya Dito.
Rafa terdiam sejenak, mencoba mengingat peraturan rumah sakit yang ditempati Adiknya mengenai waktu berkunjung, "Jam sebelas sama jam lima sore kalau gak salah." Jawabnya.
Fares dan Dito saling berpandangan mendengar penuturan Rafa kemudian menyeringi penuh arti. Sedangkan Rafa memincingkan matanya melihat gelagat aneh adik kelasnya itu.
"Kalian mau ngapain?" Tanya Rafa penuh selidik.
Dito mengibaskan tangannya, menepis pikiran aneh Rafa, "Kita gak bakal ngelakuin yang aneh-aneh." Kilahnya. Rafa mendelik tidak mempercayai ucapan Dito.
"Raf, itu ada Ketua Yayasan, Raf. Ayo! Biar gak keduluan sama yang lain." Ujar temen sekelas Rafa yang sedari tadi menyimak percakapan Rafa dengan adik kelas, ia menepuk bahu Rafa serta menunjuk ke arah area koridor. Tujuan mereka seperti kepada kepala sekolah, meminta tanda tangan sebagai persyaratan pengesahan laporan buku mereka.
Rafa segera saja mengalihkan pandangannya, kemudian kembali menatap adik kelasnya itu, "Kalian jangan aneh-aneh!" Serunya. Setelahnya ia mengejar temannya yang sudah meninggalkannya.
"Bolos nih." Ujar Fares. Dito mengangguk setuju. Mereka telah meninggalkan tempat tersebut setelah bercakap-cakap dengan Rafa. Mereka tengah mencari tempat yang cocok untuk menjalankan aksi mereka keluar dari area sekolah.
"Lu bawa motor kan?"
"Bawalah. Pake motor gua? Gila aja, nyari mati sama nanti gua tambah kena masalah itu namanya. Itu motor ada di parkiran, terus lu mau ngebolos lewat mana? Gerbang utama?" Kata Fares mendelik kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/219320529-288-k842244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him
Teen Fiction[Slow Update] Kisah seorang pria yang hidup penuh dengan kesakitan, teka-teki, dan rahasia besar yang ia tidak ketahui. "Setiap manusia pasti memiliki kisahnya masing-masing, bukan?"