Bagian 2

3K 163 3
                                    


Diperjalanan menuju sekolah, Andhra menatap kaca mobil yang dikendarai oleh Rafa, Ia tidak berselera berbicara. Rafa hanya melirik Adiknya, Ia tau kalau Adiknya itu sedang marah, walaupun Ia memulai percakapan juga percuma tidak akan digubris. Sesampainya disekolah Andhra langsung keluar menuju kelasnya 10 IPS 2, tetapi sebelum Ia melangkah dirinya ditahan oleh Rafa, "Kalau ada apa-apa chat gua ya Dek."

"Ohh lu mau gua kenapa-napa."

"Ya enggak, cuma jaga-jaga aja elah, sensian banget sih lu. Udah sih marahnya gak baik marah sama Abang sendiri."

Andhra mendengus pergi tanpa menghiraukan omongan Abangnya.

"Andhra, tunggu!" Fares menghampiri Andhra yang berada di koridor, "Masih pagi udah cemberut aja Masnya." Goda Fares yang kemudian menaruh tangan kanannya di bahu Andhra. Fares merupakan sahabat Andhra sejak SMP, menurutnya susah sekali berteman dengan Andhra. Dirinya harus ekstra sabar dengan emosi Andhra yang suka berubah-ubah. Andhra adalah pribadi yang mudah marah, jadi sedikit saja orang lain melakukan kesalahan Ia bisa langsung marah.

"Turunin tangan lu. Lu tuh sama aja kayak Rafa, ngeselin." Andhra melirik tangan sahabatnya yang berada di bahunya.

"Rafa siapa? Iya gua turunin tangannya. Btw, lu udah ngerjain tugas ekonomi?" Tanya Fares.

"Itu anak kelas 12 IPA 1. Belum semua, lu udah?"

"Ohh Abang lu. Gak sopan banget panggil Abang sendiri tanpa embel-embel. Belum, gua minjem buku ekonomi lu dong, mau nyontek hehehehe." Fares menyengir.

Andhra melirik sinis sahabatnya yang berada disisi kirinya, "Cuma beda 3 tahun, lagian Abang gua engga gila hormat. Dih kebiasaan banget lu." Mereka memasuki kelasnya yang sudah banyak teman-temannya datang dan duduk di paling belakang, mereka sengaja agar tidak terlalu terlihat oleh guru yang sedang mengajar.

Andhra memberikan buku ekonominya kepada Fares yang diterima dengan senang hati.

"Kerjain juga ya punya gua yang belum dijawab. Gua mau tidur bentar."

"Oke."

Andhra menidurkan kepalanya diatas meja. Ia masih sangat mengantuk, semalam hanya tidur 4 jam saja. Sedangkan Fares menyalin tugas Andhra ke bukunya dengan cepat.

15 menit berselang, bel masuk berbunyi bertepatan dengan Fares yang sudah menyelesaikan tugas ekonominya. Semua murid memasuki kelasnya masing-masing. Terdengar derap langkah kaki menuju kelas 10 IPS 2, semua yang ada didalam kelas terdiam menunggu yang akan masuk. Pintu kelas di bukan dengan keras oleh seorang murid yang baru saja masuk, "Guru belum ada yang masukkan?" Tanya Dito dengan napas tersenggal-senggal.

"Anjir, gua kira guru yang masuk ternyata elu Dit. Belum." Jawab ketua kelas.

"Tau lu, bikin deg-degan aja." Sahut salah satu temannya yang bernama Cania.

Dito hanya memasang ekspresi salah tingkah kepada teman-temannya, kemudian Ia pergi ke bangkunya yang berada didepan Fares. Setelahnya, Ia membalikan badannya yang langsung berhadapan dengan Fares dan Andhra.

Dito mengusap pelan pipi Andhra dengan ibu jarinya, "Ini anak kenapa? Tumben banget tidur."

"Enggak tau." Jawab Fares sedang membereskan buku-bukunya.

Selang beberapa menit, Pak Rahman selaku wali kelas dan guru ekonomi memasuki kelas 10 IPS 2, Lalu memulai kegiatan belajar mengajar.

Saat guru sedang menulis materi di papan tulis, Fares membangunkan Andhra yang masih terlelap tidur dengan menggoyangkan bahu dan memanggil Andhra dengan pelan. Merasa terusik, Andhra bangun dari tidurnya dan menatap Fares dengan kesal, "Apa sih Res? Masih ngantuk gua." Ujarnya dengan agak keras.

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang