Bagian 13

1K 80 3
                                    

Andhra tengah membaca novel best seller versi New York Times bergenre fantasi di kamarnya. Atensinya teralihkan oleh hp yang berada di sisi kirinya bergetar dan tersenyum mengetahui bahwa sahabat kecilnya menelepon. Tanpa berpikir panjang ia segera mengambil dan menjawab panggilan tersebut.

"Andhra!" Ucap Dira terpekik dari seberang telepon.

Andhra menjauhkan hp-nya dari telinganya karena pekikan kencang yang menyakiti indera pendengarannya.

"Hei."

"Tau gak? Ih gua lagi seneng banget!"

"Lu aja belum kasih tau, gimana gua tau lu kenapa bahagia banget."

"Tau Kak Aaron? Itu anak kelas sebelas yang terkenal di sekolah itu."

"Iya tau. Kenapa?" Jawabnya setelah beberapa saat mengingat seseorang yang disebutkan oleh Dira.

"Dia nembak gua selepas pulang sekolah! Orang yang selama ini cuma gua lihat dari jauh tiba-tiba nembak gua. Astaga Andhra, gua masih gak percaya!"

Senyum Andhra memudar setelah mendengar ucapan Dira. Perasaanya begitu hancur dan tidak menyangka bahwa sahabat kecilnya begitu cepat menemukan kekasih. Namun ia tidak dapat berbuat apa pun, sebab ia sangat tidak berani untuk mengungkapkan perasaanya.

"Oh."

"Kok balesnya begitu doang? Lu gak suka ya?"

"Gak, gua seneng kok lu dapat pacar. Kenapa juga gua harus gak suka? Kan yang bakal ngejalanin hubungannya elu. Congratulation!" Ucap Andhra dipaksakan.

"Uhm, udah dulu ya. Pengen tidur, udah ngantuk banget." Ujar Andhra berbohong, ia sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan tersebut.

"Yah, padalah gua pengen cerita banyak. Tapi yaudah kalau begitu. Have a nice dream. Bye-bye."

Lantas Andhra memutuskan secara sepihak, lalu menghempaskan hp-nya kesal. Andhra menatap novel yang baru saja ia baca lantas melemparkan kesembarangan arah untuk meluapkan emosinya. Setelahnya ia mencoba untuk menidurkan tubuhnya, berharap suasana hatinya di keesokan hari menjadi lebih baik.

🕳🕳🕳🕳

Tidak ada yang istimewa, Andhra menjalani hari-harinya seperti biasa, belajar, berlatih basket untuk meningkatkan kemampuannya, dan melakukan medical check up di rumah sakit ditemani oleh Rafa setiap hari Kamis selepas pulang sekolah sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh DokterGavin.

Andhra merapikan kembali rambut dan seragamnya lantas mengambil tas sekolahnya lalu meninggalkan kamarnya, beranjak ke ruang makan dimana Ayah dan Kakaknya berada.

Baru saja ia menduduki salah satu kursi, Edzar memberikan satu box yang tertulis smartwatch kepadanya, lantas ia pun membukanya dan menatap heran sang Ayah, "Kenapa aku dikasih? Kan aku gak minta. Dalam rangka apa juga aku dapet hadiah. Ulang tahunku juga udah lewat." Ucap Andhra bingung dengan perlakuan sang Ayah.

"Ya kalau ngasih sesuatu emang harus acara spesial sama harus minta dulu? Kemarin Ayah lihat di online shop ada jam yang bagus dan cocok buat kamu, Ayah beliin aja. Jamnya di pake, jangan sampai gak dipake." Edzar berdalih, dia membeli arloji tersebut untuk memantau kesehatan Andhra karena melihat kondisi anak bungsunya semakin menurun yang ia dapatkan dari beberapa hasil pemeriksaan. Ia pun telah mengaktifkan heart rate pada arloji tersebut dan terhubung langsung pada ponselnya.

Tanpa pikir panjang dan curiga Andhra langsung memakainya, setelahnya rutinitas mereka setiap pagi dimulai.

🕳🕳🕳🕳

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang