Bagian 4

1.9K 112 2
                                    

Rafa memasuki kamar sang Adik yang tidak terkunci. Andhra menatap Rafa sekilas kemudian Ia kembali memainkan hp-nya. Rafa medekati sang Adik dengan duduk ditepi ranjang, "Lu tadi disekolah kenapa bisa relapse? Gak mungkin cuma karena kesedak lu bisa kayak gitu. " Tanya Rafa.

"Kepo banget." Jawab Andhra sambil memainkan hp-nya, tanpa menatap kearah Rafa.

Rafa mendengus kesal mendengar penuturan Adiknya itu. Rafa merampas hp Andhra membuat sang empunya kesal. Andhra menatap Rafa, "Gua emang bisa kambuh kapan aja kan? Lu gak perlu nanya-nanya hal kayak gitu."

Andhra merebut kembali hp-nya dari tangan Rafa, " Gua tau. Tapi pasti ada sebabnya lu bisa begitu." Sergah Rafa.

Andhra menghentikan kegiatannya dan menatap Rafa yang menatap dirinya dengan selidik, "Gua gak tau."

"Gua gak percaya. Udah lah lu jujur aja, gak bisa bohong lu sama gua."

"Terserah lu mau percaya atau enggak. Gua gak peduli. Udah sana pergi gua mau tidur." Usir Andhra. Ia  menaruh hp-nya diatas nakas kemudian membalikkan tubuhnya kearah kiri, berlawanan dengan posisi Rafa.

Rafa memandang Andhra dengan perasaan kesal. Kemudian Ia keluar meninggalkan Andhra yang terlihat sudah tertidur lelap. Ketika Rafa sudah berada di ambang pintu, Rafa mendengar suara batuk yang terdengar menyakitkan. Rafa mengembalikan badan dan meliha sang Adik yang mencoba mensandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Rafa kembali mendekati dan membantu sang Adik.

Andhra meremat dadanya yang terasa sangat menyakitkan. Rafa menahan tangan sang Adik yang meremat dadanya dengan kencang, "Jangan kayak gini Dek. Pegang aja tangan gua semau lu."

Andhra menjawab dengan gelengan, Ia tidak bisa berkata sebab batuknya yang masih terjadi. Dan Ia juga tidak ingin melukai Rafa. Andhra mengerang kesakitan karena nyeri dada yang tidak bisa Ia tahan dan membuat Rafa bertambah khawatir dan panik. Segera saja Rafa memgambil obat darurat yang berada didalam nakas, kemudian memasukkannya ke bawah lidah.

Rafa menunggu reaksi obat drngan cemas. Tangannya dipegang erat oleh Andhra, yang Ia yakini akan berbekas. Rafa memakaikan oxygen mask setelah melihat Andhra yang kesulitan bernafas.

Melihat itu, Andhra memalingkan wajahnya tanda Ia tidak ingin memakai oxygen mask. Menurutnya sangat tidak nyaman memakainya, pipi dan mulutnya juga akan iritasi.

"Lu butuh pake ini Dek. Biar nafas lu normal lagi." Ujar Rafa sambil  mencoba lagi memakaikan oxygen mask  kepada Andhra.

"Gak nyaman." Ucap Andhra setelah Rafa memaikan pada wajahnya.

"Iya gua tau. Tapi lu harus tetep pake. Jangan dilepas Dek." Rafa menahan tangan Andhra yang ingin melepaskan oxygen mask.

Andhra pasrah, kemudian Ia mencoba menetralkan nafasnya yang dibantu oleh Rafa.

"Ja-ngan ka-sih tau Ayah." Ujar Andhra tiba-tiba.

"Enggak, gua akan kasih tau ini ke Ayah. Ayah harus tau." Sergah Rafa.

"Pleaseeee-hhh." Andhra memohon disela Ia mencoba menetralkan nafasnya.

"Oke! Gua gak bakalan kasih tau Ayah."

15 menit kemudian, nafas Andhra kembali normal. Rafa menghrla nafas lega melihat itu.

"Lu tidur lagi aja. Tapi jangan dilepas oxygen mask-nya. Gua takut lu kenapa-napa lagi."

Andhra mengangguk walaupun Ia tidak setuju perihal oxygen mask. Andhra membaringkan tubuhnya lagi dengan bantal yang sudah ditumpuk oleh Rafa.

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang