Bagian 7

1.4K 102 6
                                    

Mereka sampai dirumahnya saat menjelang sore, Rafa membawa Andhra yang masih tertidur dan nasal canulla yang masih berada dihidungnya ke dalam kamar sang Adik. Andhra menggeliat saat Rafa ingin menaruhnya ke ranjang. Setalah memastikan Andhra tenang dalam dekapannya, lantas Ia menurunkannya ke kasur. Lalu melepaskan nasal canulla pada hidung sang Adik dan menggantinya dengan nasal canulla yang berada dikamar sang Adik.

Lantas Rafa beranjak dari kamar sang Adik seraya membawa oxygen portablenya dan menaruhnya di kamar sang Ayah yang berada dilantai satu. Setelahnya Ia kembali kekamarnya yang terletak disamping kamar sang Adik.

Matahari sudah menyelesaikan tugasnya dan bulan pun menggantikan tugasnya untuk menyinari bumi.

Edzar tiba dirumahnya setelah dirinya menyelesaikan dua operasi. Memasuki rumah Ia mendapati anak sulungnya sedang membaca buku diruang tamu. Lantas Edzar pun mendekati, menaruh snelli yang Ia pegang ditangan kanannya diatas meja, lalu duduk disamping Rafa. "Kamu udah makan malam?"

Rafa menghentikan kegiatan membacanya dan menoleh kearah sang Ayah, "Belum."

"Loh, udah jam delapan malam ini. Terus Andhra juga belum makan?"

"Belum. Gak ada makanan."

"Masaklah, di dapur lengkap bahan-bahannya."

"Kan aku gak bisa masak Yah. Kalau masak juga pasti gak layak buat dimakan."

"Ya delivery dong Bang."

"Ribet."

Edzar berdecak mendengar penuturan Rafa, "Bilang aja kamunya males." Lantas Ia pun bangkit dan meninggalkan Rafa, menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.

"Itu snelli Ayah tolong taruh di kamar Ayah ya. Dan juga tolong beresin kamar Ayah, tadi pagi Ayah gak sempat beresin." Edzar berujar yang tetap berjalan tanpa menoleh kearah Rafa.

Rafa pun mengambil tas sang Ayah dan beranjak menuju kamar, lalu melaksanakan apa yang diminta oleh Edzar.

Didapur, Edzar menbuat soup karena mudah dibuat dan tidak lama dalam membuatnya hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit untuk soup-nya matang.

"Adekmu mana Bang? Gak keliatan." Tanya Edzar kepada Rafa yang baru saja keluar dari kamarnya.

Rafa duduk di meja bar sebelum menjawab pertanyaan sang Ayah, "Ada dikamar. Lagi tidur."

"Yaudah Ayah mau kekamarnya dulu. Ayah minta tolong lagi, itu soup-nya masukin ke mangkok ya terus letakin di meja makan. Biar pas Ayah turun langsung makan." Pinta Edzar kepada Rafa yang dibalas dengan anggukan.

Edzar meninggalakn Rafa dan menaikin lantai dua ke kamar Andhra. Sesampainya disana, Ia mendapati anak bungsunya tertidur dengan kening yang berkeringat dan nasal canulla yang bertengger dihidung anaknya.

Edzar menghapus pelan keringat Andhra, "Andhra, bangun hei." Ia membelai wajah Andhra guna membangunkannya. Andhra mengerjap pelan dan mendapati sang Ayah sudah berada didepannya.

"Kenapa pakai ini lagi hm? Kamu sakit lagi?" Edzar memegang pipi sang anak dimana nasal canulla berada. Andhra tidak menjawab penuturan sang Ayah, "Nda? Bunda? Bunda?" Andhra memperhatikan keseliling kamarnya dengan bingung dan gelisah.

"Hei, Andhra, lihat Ayah." Edzar memegang wajah Andhra lembut.

"Ayah, Bunda dimana? Bun...da mana Yah? Tadi Bunda ada disini, nemenin aku tidur." Tutur Andhra dengan suara serak seraya menatap samping kirinya kosong.

Edzar menarik Andhra kedalam pelukannya, "It's just a dream. Bunda udah tenang disana sama opa." Ujarnya menenangkan Andhra.

About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang