Kalau lelah istirahat. Mencintai itu bukan pekerjaan yang mudah. Butuh tenaga untuk menjalaninya.
OoO
Seharusnya istirahat kali ini Zila sudah ada di kantin, duduk manis bersama Fida dan menikmati makanan kantin yang super menggoda lidah.
Namun, karena ia tadi mendengar dari bisik-bisik tetangga anak kelas, jika Morgan sedang ada di UKS, maka dari itu Zila tidak jadi makan di kantin. Katanya lelaki berciri khas jam putih itu tengah sakit. Entah sakit apa, tapi yang jelas Zila sangat mengkhawatirkannya.
Tanpa pikir panjang, Zila pun langsung putar balik meninggalkan pesanannya bersama Fida. Tetapi sebelum itu ia ke koperasi, membelikan air mineral dan roti isi.
Sebelum masuk, Zila mengetuk pintu UKS dahulu. Karena tidak ada sahutan, Zila akhirnya memutuskan untuk masuk saja.
Hal pertama kali yang ia lihat adalah keadaan UKS yang sepi dan seseorang yang ia khawatirkan tengah berbaring dengan ponsel yang dimainkan.
"Hai," sapa Zila manis.
Mata Morgan hanya melirik sekilas. Dia kembali fokus pada ponselnya.
"Katanya kamu sakit ya? Kenapa? Belum sarapan?" tanya Zila.
Tidak ada jawaban. Bahkan bahasa Zila sudah berubah menjadi lembut. Karena ia ingin lebih dekat dengan baik, makanya Zila mengubah kata yang terdengar kasar menjadi lembut.
Morgan hanya diam, bahkan mengacuhkan Zila yang sudah menutup pintu UKS, lalu duduk di kursi yang ada di samping brankar Morgan dan meletakkan roti isi serta air mineral yang ia beli tadi.
"Kamu kalo sakit istirahat, jangan main ponsel aja. Radiasinya nggak baik loh," ucap Zila sekali lagi.
Masih tidak ada jawaban.
Zila menghela napasnya. Tangannya sudah berkeringat dingin, tapi ia sebisa mungkin untuk terlihat baik-baik saja.
"Morgan," panggil Zila. Tapi laki-laki itu masih setia untuk bungkam.
"Kamu tahu nggak? Berita kita ramai loh di angkatan," ceritanya penuh antusias.
"Gue nggak peduli!" Satu kalimat dingin dan datar mampu menurunkan senyuman di bibir Zila yang semula melebar.
Sabar Zila, ini baru hari pertama, mungkin saja Morgan masih kaku dan tidak terbiasa dengan kehadirannya.
"Morgan, kamu makan dulu ya, aku udah bawain roti isi sama air mineral buat kamu. Abis itu minum obat, biar cepat sembuh."
Morgan pun terduduk. Senyuman di bibir Zila terbit, dia yakin jika Morgan akan mau mendengarkannya.
Tapi saat tangan Zila hendak mengambil roti isi untuk Morgan, ucapan dari lelaki disampingnya itu mampu menghentikan pergerakan Zila.
"Mau lo apa? Cinta dari gue? Nggak akan!"
Ponsel yang semua digenggam Morgan, kini dia letakkan di atas meja, matanya menatap tajam Zila.
"Lo orang asing. Selamanya akan seperti itu!.Jadi jangan harap lo bisa buat gue jatuh cinta sama cewek menjijikan kayak lo."
Tidak ada suara kasar, tapi kalimatnya yang penuh kata-kata menyakitkan. Jangan kira Zila tidak sakit hati, bahkan saat ada kata 'menjijikkan' hatinya bagai tertusuk duri yang tajam. Sakit dan membekas. Ini pertama kalinya Zila dihina seperti ini, apalagi oleh lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZILA [TERBIT]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ "Saya, Shehrnaz Fazila Putri. Saya mencintai leader pasukan Erudite. Maka dari itu, saya akan menerima tantangannya untuk membuat dirinya jatuh cinta pada saya dalam 15 hari. Jika saya gagal, maka saya akan mengaku ka...