Buatlah sejuta kenangan agar saat kau pergi, mereka yang merindukanmu cukup mengingatnya.
OoO
Zila menuruni anak tangga dan bergabung bersama keempat orang yang tengah berkumpul di ruang tamu. Memang, ketika hujan turun enaknya berkumpul bersama keluarga, saling membagi kehangatan.
Di ujung kanan ada ayah, lalu kak Ali, kak Shaima dan bunda. Tempat Zila, ya di tengah-tengah.
"Malam Yah, Bun, Kak Al, Kak Ima," sapa Zila sambil duduk diantara mereka berempat.
"Malam," jawab mereka kompak.
Zila menatap keempatnya, bingung dan merasa aneh.
"Kalian kenapa? Kok natap Zila gitu?"
"Beda yang bahagia mah, iya nggak Bun?"
"Iya. Bunda aja sampe aneh, Ma. Ini anak Bunda apa bukan?"
"Kemarin malam aja, marah-marah."
"Iya Yah, tapi Ali tetap aja kesal. Punya Adek baik banget."
"Ih, kalian kenapa sih?"
"Lancar dianter pulang sama pujaan hati. Awas aja kalo patah hati terus nangis lagi. Jodohin aja, Yah," lanjut Ali.
Zila sekarang mengerti kemana arah pembicaraan mereka.
Ternyata mereka sedang meledek Zila perihal diantar pulang oleh Morgan.
"Makasih ya, Yah, Bun, Kak Al, dan Kak Shaima. Karena udah mau dukung Zila."
"Tetap jaga batasan ya, Nak," pesan Bunda.
"Jangan nakal," pesan Ayah.
"Iya." Zila tersipu malu. Berkat ayah dan bunda, Zila kini bisa menerima semuanya. Zila bahagia karena usahanya memasuki babak baru. Zila berharap dukungan keluarga terus mengalir untuknya.
"Kalian ada semangat aku," gumam Zila.
"Saatnya family time, selamat malam minggu," ucap Ali sambil mengajak mereka berpelukan.
Ini yang nantinya akan aku rindukan.
OoO
Sore ini, Zila sudah sampai di halaman rumah Morgan. Di tangannya terdapat bubur buatan Bunda Salamah.
Sejak kejadian kemarin, Zila mencoba berdamai lagi, jika ada predikat wanita terbaik, mungkin Zila akan menerimanya.
Disakiti beberapa kali tapi tetap mau memberikan maaf.
Zila terlalu baik untuk wanita yang sering disakiti. Dirinya selalu merasa tidak enak hati ketika ada orang yang memohon maaf ssmpai sakit seperti ini.
Dengan langkah pelan, Zila memasuki rumah yang sudah ramai orang. Siapa lagi jika bukan mereka, pasukan Erudite.
"Assalamu'alaikum, selamat pagi," salam Zila.
"Wa'alaikumsallam," jawab mereka yang muslim.
"Pagi," jawab mereka yang non muslim.
Mata Zila mengedar melihat keadaan rumah. Ruang utama rumah Morgan sangat luas, jadi cukup untuk menampung banyak orang termasuk semua teman gengnya.
Mungkin kalau anak geng berkumpul, pasti ada saja ulah mereka. Entah ruangan kotor, main PS atau pun bungkus snack yang berserakan. Tapi Erudite beda.
Ruang utama ini terlihat bersih. Semua orang memegang buku, tidak ada yang 'tidak'. Entah itu buku pelajaran, komik, novel atau majalah.
Zila heran, bagaimana bisa mereka seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZILA [TERBIT]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ "Saya, Shehrnaz Fazila Putri. Saya mencintai leader pasukan Erudite. Maka dari itu, saya akan menerima tantangannya untuk membuat dirinya jatuh cinta pada saya dalam 15 hari. Jika saya gagal, maka saya akan mengaku ka...