EMPAT PULUH TIGA (END)

8.7K 278 75
                                    

Aku pikir kisah kita baru dimulai. Tapi ternyata kisah kita sudah berakhir.

OoO

Sedari tadi Morgan melihat ponselnya, menunggu kabar dari Zila. Tapi sampai magrib menjelang, Zila belum menghubunginya. Apakah Zila sesibuk itu.

Sial. Baru saja beberapa jam Morgan ditinggal, tapi sudah rindu saja. Bagaimana jika ditinggal selamanya. Rasanya Morgan tidak akan sanggup.

Keadaan Morgan juga mulai membaik. Kini sebagian teman-temannya telah pulang. Tersisa Sakti, Samar, Tovan, Hendra dan Wandra.

Kelimanya tengah asik bermain PS. Tadi mereja baru saja selesai salat berjamah, tapi bukannya berhenti main PS, kelimanya malah lanjut bertanding.

Disaat mereka sibuk bermain, Morgan lebih memilih duduk di sofa yang ada di belakang punggung Sakti dan Samar.

"Lo kemana sih, Zil?" gumamnya sambil melihat layar ponsel, menunggu kabar dari Zila.

Selang beberapa detik getaran ponsel milik Sakti membuat Morgan kaget. Nama Bagus tertera di sana.

"Sa, Bagus nelpon," ucap Morgan menyerahkan ponsel Sakti.

"Ganggu aja si Bagus," decak Sakti tidak terima.

Terlihat sahabatnya itu menjauh, sedangkan Morgan memilih untuk ke dapur, mencari makanan di kulkas.

"Halo, Gus, ada apa woi?" tanya Sakti sewot.

"..."

"Iya. Saya sendiri, ini dengan siapa?"

"..."

"APA?"

Morgan yang mendengar suara tinggi Sakti segera menghampiri sahabatnya itu. Begitu pun Samar, Tovan, Wandra dan Hendra, keempatnya langsung menghentikan permainan PS mereka.

"Sa, ada apa?" tanya Morgan.

Sakti menurunkan ponsel dari telinganya.

"Sakti, ada apa, man?" Samar terlihat khawatir.

"Bagus kecelakaan, dia terluka parah, kondisinya kritis," jawab Sakti pelan.

Morgan terjongkok lemas. "Di mana dia?"

"Rumah sakit Maharani Medika, milik nyokap lo."

"Kita ke sana sekarang!" Samar segera mengambil kunci motornya diikuti Wandra dan Hendra.

Morgan melempar kunci ke arah Tovan.

"Ayo, Van!"

"Ayo!"

Tovan membantu Morgan untuk berjalan ke arah mobil. Kondisi fisiknya belum sembuh total, ditambah mendengar berita kecelakaan tentang Bagus.

Rasanya seperti mimpi. Karena baru sore tadi Bagus tertawa bersamanya di kamar, tapi sekarang sahabatnya mengalami kecelakaan.

Ternyata, perasaan yang sedari pagi mengganjal di hatinya menandakan jika akan terjadi sesuatu.

"Semoga lo baik-baik aja, Gus," gumam Morgan.

OoO

Lorong rumah sakit bagian kiri terlihat ramai. Keluarga Khan tengah berdiri cemas menunggu kabar dari pemeriksaan terhadap anaknya. Pasangan suami istri itu menunggu sambil memanjatkan doa pada pemilik semesta.

Namun, ternyata bukan hanya mereka yang ada di sana. Ruang di hadapan ruang ICU di mana Bagus diperiksa juga ada keluarga lainnya. Keluarga Salman Baharudin.

MOZILA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang