DUA PULUH EMPAT

3.8K 194 1
                                    

Berharap itu lelah. Apalagi nggak pasti.

OoO

Seharusnya malam ini Zila beristirahat nyaman dan damai. Tapi kehadiran Fida, Bagus, Samar dan Nava mengganggu semua itu.

Jika Fida saja mungkin bisa ditoleransi, tapi Bagus, Samar dan Nava yang merupakan bukan orang terdekatnya, membuat Zila merasa tidak nyaman.

Zila berpikir kedatangan mereka bersama Morgan, tapi kenyataannya tidak.

Mana mungkin juga seorang Morgan mau menemui Zila. Bahkan lelaki itu tega menjatuhkan dirinya ke kolam yang dalam, padahal dirinya sudah memohon agar jangan dilepaskan cekalannya. Namun, Morgan keras kepala dan tidak mau mendengar.

Setelah apa yang lelaki itu perbuat, tidak ada tindakan untuk meminta maaf atau pun sekedar menjenguk.

Meskipun Zila kecewa, tapi nyatanya dia tidak bisa marah pada Morgan. Zila terlalu mencintai lelaki itu.

Dengan malas Zila melangkah turun dari dalam kamarnya. Tadi Bi Ratih memberitahu jika ada Fida dan beberapa temannya di ruang tamu yang hendak menjenguk dirinya.

Awalnya Zila kira itu teman sekelasnya, tapi saat Fida mengirimi pesan, saat itulah awal mula rasa malas untuk menemui ketiga orang itu.

Awalnya Zila kira itu teman sekelasnya, tapi saat Fida mengirimi pesan, saat itulah awal mula rasa malas untuk menemui ketiga orang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan dari Fida sempat dia read sampai ketukan Bi Ratih di kamar membuat Zila mau tidak mau turun. Demi menghargai mereka yang sudah mau menjenguk.

Suasana ruang tamu tampak ramai oleh kehadiran Fida, Samar, Bagus dan Nava. Zila lalu duduk di antara Fida dan Samar. Mereka berdua tampak asik becanda.

Sedangkan mata Zila menatap Bagus dan Nava yang terlihat saling melempar senyum.

Masih teringat jelas bagaimana Nava memanggil Bagus dengan sebutan 'beib'.

Bukan soal Bagus, tapi soal Nava. Entah mengapa di balik sikap ramah Nava, Zila merasa ada wajah lain yang tersembunyi.

Apa sebenarnya hubungan mereka yang tidak ketahui orang lain.

"Zila. Gue kangen," ucap Fida memeluk Zila dari samping.

Zila mendengkus. "Ck, baru juga kemarin malam ketemu di rumah sakit."

"Tetap aja gue kangen lo di sekolah." Fida melepaskan pelukannya dan mencebikkan bibirnya.

Zila pun menyentil bibir Fida dan membuat sahabatnya meringis sakit.

"Lo udah sehat, Zil?" tanya Samar di samping kanannya.

"Udah, cuma baru lusa gue sekolah."

"Libur sampai Senin aja, enak loh," timpal Samar.

"Itu mah, maunya lo," Fida mengeplak bahu Samar dari belakang tubuh Zila.

"Cepat pulih total ya, Zil," ucap Nava.

MOZILA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang