TIGA PULUH SEMBILAN

3.8K 184 2
                                    

Kecewa untuk kesekian kalinya.

OoO

Bangunan berlantai tiga dengan interior Asia terlihat ramai malam ini. Ruangan yang luas itu mampu menampung para tamu kolega bisnis dari beberapa cabang se–Asia.

Pakaian mereka terlihat rapih dengan jas serta dasi terpadu elegan. Belum lagi para wanita memakai gaun cantik penuh glamor.

Disaat mereka menikmati pertemuan sambil berpesta, di sudut ruangan malah terdapat lelaki berjam tangan putih dengan kemeja dan jas yang berwarna senada. Siapa lagi jika bukan Morgan.

Matanya tidak lepas dari beberapa orang yang menyapa dirinya walau senyuman yang Morgan berikan.

Morgan tidak menyangka jika malam ini dia akan dilibatkan dalam pertemuan bisnis papahnya.

Awalnya mereka menikmati family time tapi saat siang hari papahnya mendapat giliran menjadi tuan rumah dalam pertemuan bisnis.

Karena dadakan dan masih lelah, papah Gana menyewa dekorasi untuk pesta pertemuan malam ini di kediaman rumah mereka.

Niatnya Morgan akan tidur saja, tapi papahnya mau jika Morgan ikut ambil alih dalam pertemuan ini. Mungkin jika Zain setuju saja, tapi ini Morgan, si penyuka kesunyian. Jadi, mau tidak mau Morgan menurut walau berat hati.

"Senyum, Dek. Banyak kenalan Papah di sini, cobalah untuk berbaur," bisik Zain di samping Morgan.

Zain melihat Sari yang tengah berbincang ria bersama istri teman bisnis papahnya.

Kadang mamahnya menyuruh Morgan tersenyum dari gerakan tangan yang membuat bentuk senyuman.

Morgan memutar bola matanya malas. Belum usai disitu, kehadiran seseorang bersama sang papah membuat Morgan menatap bingung.

"Nava?"

"Hai, Mor. Senang bisa ketemu lo dan jadi tamu undangan Om Gana," ucap Nava manis.

Perempuan itu memakai dress navy super ketat yang mengekspos bagian paha serta dada. Polesan make up yang terlihat dewasa menambah kesan tegas di wajah chubby itu. Rambut keriting yang biasanya terurai ditata paling atas, memperlihatkan leher putih jenjang Nava. Malam ini Nava bisa dibilang mirip penggoda.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Gana.

"Udah, Om. Kita satu sekolah juga," jawab Nava.

Sedangkan Morgan diam saja. Dirinya sedang kesal pada papahnya.

"Kalo gitu, enjoy ngobrolnya ya, Papah mau ke yang lain dulu. Morgan dia anak Pak Cakra, tolong dijaga."

Gana lalu berlalu meninggalkan Nava bersama Morgan beserta Zain yang sudah tersenyum miris padanya.

"Siap-siap jadi kepentingan bisnis," ucap Zain pelan.

Morgan berdecih malas.

Dia berlalu dari sana menuju meja bar untuk memesan minuman dingin. Perlu diketahui jika keluarga Danadyaksa menjunjung besar minuman non alkohol.

Bagi Gana Danadyaksa, minuman non alkohol lebih baik dari pada minuman beralkohol. Tidak memicu keributan.

Dilihatnya, Nava mengikuti Morgan.

"Malam ini lo ganteng, Mor," puji Nava.

"Thank you."

Entah mengapa saat Nava mengatakan kalimat itu, jantung Morgan biasa saja. Padahal seharusnya Morgan merasa senang saat orang yang mungkin masih dicintainya memuji dengan tulus. Tapi kali ini tidak. Yang ada hati Morgan merasakan kegelisahan yang tidak berdasar.

MOZILA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang