45

25.1K 1.2K 75
                                    

Hay!

Sesuai janji aku, aku bakalan dauble up kalau vote udah mencapai target, tapi sayangnya vote belum mencapai target:(

Kayanya susah banget ya buat vote doang? Tapi gak papa, kalian udah baca cerita aku aja udah bikin aku seneng banget^^

Jangan lupa promosiin ke temen-temen kalian ya:))

Aku tunggu lapak ini rame! I love you<3

*

Semilir angin menerpa wajah Abel, dia melihat jalanan dari balik kaca jendela mobil yang di buka.

Di dalam mobil pun hanya ada keheningan, hanya ada suara musik dari radio yang terdengar.

"Abel?"

Abel tak menjawab atau pun menengok saat mendengar Abi memanggil namanya.

Helaan napas panjang terdengar dari mulut Abi. "Bel, kamu masih marah sama aku?"

"..."

Abi memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian menatap Abel yang memandang ke luar.

"Oke. Aku tahu aku salah, tapi tolong, aku pengen perbaiki semuanya. Aku mau kita berjuang sama-sama, bukan cuma aku!" ucapnya dengan tegas.

Senyum miring terpatri di bibir Abel. "Menurut lo, gue dulu gak berjuang?" tanyanya dengan menatap Abi.

"Gue berjuang, tapi lo sama sekali gak perduli! Apa itu adil? Haha, dan lucunya lo minta gue berjuang lagi? Cih, gue gak sudi."

Kata-kata pedas Abel ucapkan pada Abi, dia sudah muak, dia sudah lelah, dia sudah merasa capek dengan hubungan tak berujung ini.

Jika boleh jujur, dia masih bahkan sangat mencintai Abi, tapi sayang ... dia tidak ingin kembali terjerumus dalam lubang yang sama dan menggali rasa sakit yang perlahan dia kubur.

"Aku tahu. Kasih aku kesempatan satu kali lagi, kalau aku hianatin kamu ... kamu berhak untuk ninggalin aku!" ucapnya dengan yakin.

"Apa gue bisa percaya dengan kata-kata sampah lo itu?"

Abi mengangguk cepat, "kamu bisa percaya, kamu bisa pegang kata-kata aku!"

"Oke. Gue pegang kata-kata lo!" balasnya membuat Abi tersenyum lebar.

"Jadi?"

Abel menatap lurus kedepan. "Gue maafin lo,"

Senyum Abi semakin melebar, dia bersyukur dalam hati, tidak sia-sia usahanya untuk membujuk Abel. Sekarang masalahnya hanya satu, apa dia bisa meninggalkan Citra demi Abel? Atau dia akan terus mengejar Citra dan Abel?

Abi mendekatkan wajahnya pada wajah Abel, namun dengan segera Abel memalingkan wajahnya.

Deg!

Mata Abel melebar, apa yang baru saja dia rasakan? Apa dia sedang bermimpi?

Bibir Abi menempel di pipinya, jantung mereka berdua bertalu-talu, waktu seakan berhenti bergerak sampai Abi melepaskan bibirnya pada pipi Abel.

"Terima kasih," bisik Abi.

Abel memalingkan wajahnya ke luar jendela, mata terpejam sebentar dan mengontrol ritme jantungnya.

Tangannya terkepal erat menyalurkan sensasi aneh yang baru dia rasakan.

Mobil Abi kembali melaju, sesekali Abi mencuri pandang pada Abel, namun Abel sama sekali tak perduli.

Beberapa menit berlalu mereka telah sampai di parkiran apartemen.

Abi keluar dengan buru-buru dan memutari mobil untuk membuka pintu mobil yang di tempati Abel.

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang