20. Manungsa Sak Dermo Nglakoni.

546 91 31
                                    

"Orang baru ya? Kok ndak pernah keliatan sebelumnya?" tanya mbok Ponirah sembari menyuguhkan kopi.

"Iya Mbok," jawab Zaki dengan sopan menerima kopi dari mbok Ponirah pemilik warung.

"Tinggal di mana kamu?" tanya pak Mardi, suami Mbok Ponirah.

"Saya bekerja di rumah Pak Bramantyo," jawab Zaki dengan tata krama.

"Monggo, silahkan kopinya. Jarang-jarang lho pekerja pak Bramantyo itu ngopi di luar, di dalam kan sudah dibikinin kopi tho?" tanya pak Mardi keheranan.

"Inggih Pak, sesekali ngopi di luar dan ketemu banyak orang kan tidak buruk Pak." Zaki menjawab dengan sedikit beralasan.

Zaki menuang kopinya dengan perlahan. Memang untuk keperluan makan dan minum semua sudah disiapkan oleh para abdi, tapi entahlah sepertinya benda itu tidak tertelan oleh Zaki. Benda itu memang secara kasar berwujud makanan, tapi tetap saja ada sesuatu yang lain. Zaki tidak memaksakan diri, memakan makanan sedangkan dia merasa jijik adalah haram hukumnya.

Zaki akhirnya lebih memilih berpuasa, dengan sahur beberapa potong umbi rebus dan air yang selalu dibawakan oleh seorang abdi dari rumahnya, dan dia berbuka dengan nasi dagangan dari salah satu abdi yang putrinya membuka kedai makanan juga, dengan alasan melarisi dagangan mereka. Dengan beralasan puasa, Zaki tidak lagi merasa sungkan menolak ketika ada yang menawarinya makan.

"Rahayu, sudah malam lho kenapa keluar Nduk?" Mbok Ponirah memanggil seorang gadis kecil yang bermain sendirian di halaman.

"Kenapa lagi anak itu?" tanya pak Mardi berdiri keheranan menatap ke arah halaman.

"Pasti dia lihat sesuatu Pak, simbok ke sana dulu." Mbok Ponirah minta ijin suaminya menyusul putrinya.

"Maaf yo Ngger, putri kami memang kadang aneh. Dia kabarnya punya indera keenam, bisa melihat makhluk halus, katanya punya teman juga namanya Keiko, hantu Jepang mungkin," pak Mardi menjelaskan situasinya.

"Sudah lama dek Rahayu seperti itu?" tanya Zaki kepada pak Mardi.

"Sudah beberapa tahun belakangan Ngger, ya ada untungnya. Rahayu jadi anteng di rumah main sama teman lelembutnya itu, untung teman lembutnya itu baik." Pak Mardi mengucap syukur.

Zaki tersenyum dan menyesap kembali kopinya. Tadi Zaki memang melihat ada makhluk lembut kecil sedang berinteraksi sedang Rahayu kecil. Mereka tampak akrab bercanda, mata kasar pasti akan bilang Rahayu tertawa sendirian. Kenyataannya Rahayu sedang bersama dengan makhluk kecil yang berwujud seperti gadis cilik dengan rambut lurus dan bermata sipit.

Jurig kecil itu, dia memang tidak bisa disejajarkan dengan jin lain yang bisa dibuat untuk khodam penjaga. Kemampuan bertarung dan kesaktiannya tidak seberapa tinggi. Tapi bukan berarti dia tidak berbahaya. Dia seperti anak kecil lainnya yang suka berteman, mereka berteman dengan anak manusia dengan akrabnya. Sekali lagi bukan berarti dia tidak berbahaya. Jurig kecil itu seringnya akan berbisik dan mengajak teman manusianya itu bunuh diri dan mereka akan bersama.

Sudah tentu Rahayu juga akan tertimpa musibah bila hal itu terjadi. Anak kecil itu belum mampu membedakan siapa yang benar jahat ataupun yang tulus. Anak manusia akan menganggap teman jurignya adalah teman baik tanpa berburuk sangka. Memang itulah yang mereka inginkan, dan akhirnya mereka membawa si anak ke dunianya. Zaki menyelesaikan kopinya dengan cepat. Sebelum pergi tanpa suara dia memanggil makhluk bernama Keiko itu.

"Kamu ... manusia ... siapa kamu?" tanya jurig kecil itu menatapnya tajam.

"Aku manusia, seperti yang kamu lihat," jawab Zaki.

"Kamu, jahat. Lepaskan aku, nanti Rahayu mencariku," kata jurig kecil itu dengan tangis melolong menyeramkan.

"Kamu pergi bersamaku, Keiko atau siapa nama kamu yang sebenarnya?" tanya Zaki memancing.

BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang