Peraturan lapak Fey:
•Tekan vote sebelum membaca✅
•Wajib komen yang banyak✅Itung-itung biar aing semangat nulis wkwkw
Terima kasih & selamat membaca!
***
"Aku mau kita cerai," tegas Iren dengan helaan napas kasar yang terdengar sangat jelas, seolah-olah ingin meyakinkan semesta bahwa ucapannya bukan main-main.
"Nggak untuk saat ini."
Iren mendengkus, tatapan tajamnya tetap tak mampu menebas pertahanan Dikta sekalipun ia telah mencoba mengikuti gestur tokoh kuat yang tak terkalahkan oleh siapa pun, dagu terangkat angkuh, kedua lengan terlipat di dada, dan jangan lupakan soal setelan blazer hitamnya yang membaluti kaus putih yang menempel di tubuhnya, Iren juga mengenakan bawahan rok span hitam di atas lutut yang memperlihatkan lekukan tubuh indahnya. Namun, maaf saja, itu tetap tak mampu membuat Dikta takluk.
"Apa lagi yang kamu tunggu? Bukannya kamu pengin cepet-cepet nikahin Luna?"
"Kamu tahu dari mana? Nggak usah ngomong sembarangan."
Iren menarik napas.
"Una nyariin kamu, Ren. Kayaknya dia kangen kamu. Mbak Loli bilang kamu udah seminggu nggak mampir. Bener?"
Iren terdiam dan memejamkan mata. Ucapan suaminya barusan bagai tamparan baginya.
"Una bakal tetap baik-baik aja tanpa aku, bahkan lebih baik kalau aku nggak temuin dia," kata Iren.
Mana mungkin Una mencarinya? Dikta memang sangat pandai mengarang cerita, bahkan semua orang di rumah mereka tahu bahwa Una hanya akan membuang-buang air mata jika tiga hal ini terjadi: pertama, ketika Dikta berhari-hari tidak pulang; kedua, ketika video Cocomelon yang ia tonton terjeda tanpa sengaja; atau ketika maminya datang menghancurkan seluruh ketenteraman dunia perbalitaan Una. Iren senang mengganggu balita 14 bulan itu hanya untuk mendapatkan perhatian Una. Bagaimana tidak, Una sangat cuek padanya dan tidak mau digendong oleh Iren, semua mainan yang Iren belikan untuknya pun hanya akan teronggok tak berdaya di lantai tanpa Una pedulikan.
"Kamu memang nggak mau ketemu Una atau bagaimana? Jangan lupa, kamu masih ibunya."
"Negatif thinking mulu, nggak dikasih jatah ya sama Luna? Kasihan." Sebelah bibir Irene tertarik ke atas. "Atau ... kamu tunggu jatah dari aku? Terakhir sama aku ... langsung dapatin Una, ya? Keren."
Pertama dan terakhir, tetapi mampu menghasilkan putri cantik bernama Aluna Putri Darmawan. Una lahir dari buah cinta antara Iren Yasmin dan Pradikta Putra Darmawan yang menikah karena dijodohkan. Faktanya, mereka sama-sama tak mencintai. Hubungan pernikahan mereka bina dengan terpaksa sebab ada hati lain yang masing-masing mereka jaga. Sebut saja sebuah hubungan nan keliru, keduanya sama-sama tidak segan melanggar ikrar suci yang dari awal memang dijalani tanpa serius, merusak yang sudah rusak, memutus tali yang percuma jika disambung, dan menutupi sesuatu yang tak boleh sampai ke telinga keluarga besar mereka. Dalam pernikahan itu, hanya satu yang mereka jaga, ialah Una.
Dikta sama sekali tak menanggapinya.
"Soal perceraian kita, tunggu aja surat gugatannya."
Dikta menghela napas berat. "Bagaimana dengan Una? Apa kamu nggak mikirin dia?"
"Apa aku harus bicara langsung kalau aku juga selalu mikirin Una? Aku masih ibunya dan akan tetap jadi ibunya meskipun nanti kamu nikah sama Luna."
Ah, nama itu selalu saja berhasil menyulut emosi Iren. Bukan perkara cemburu, Iren hanya benci fakta tentang Dikta yang asal comot nama kekasihnya dan diberikan kepada putri mereka.
"Aku pamit, Dewa udah tunggu aku di depan."
"Silakan."
Usai Iren menghilang dari balik pintu, perasaan tak menentu langsung menghantam Dikta. Sandiwara apa yang sedang mereka lakoni saat ini? Mereka berduakah tokoh utamanya? Seperti apa premisnya? Dan, siapa pemeran antagonis dalam kisah mereka? Bukankah terlalu ironis jika mereka menjadi pemeran utama sekaligus antagonis dalam pelayaran pernikahan yang hampir terbentur karang? Mungkin, hanya menunggu siapa yang tenggelam lebih dulu.
***
Visual "Berpisah Itu Mudah"👇
Iren Yasmin
Pradikta Putra Darmawan
Baby UnaJANGAN LUPA FOLLOW @fairypatetic DI WATPAD DAN INSTAGRAM🙆🏻♀️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Itu Mudah (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒔𝒂𝒉?" Celaka dua belas karena Dikta dan Iren harus terjebak dalam pernikahan yang tak mereka inginkan. Cinta tak...