Peraturan lapak Fey:
•Vote sebelum membaca
•Tinggalkan komen yang banyak
•Follow akun author buat yg blm follow
•Jangan lupa vote part lain juga yaaSiap baca part ini? Komen dulu yok di sini💖
Sebut saja Dikta bodoh karena berani mengikuti tipu daya amarahnya dan tega meninggalkan Iren yang masih menangis di rumah. Dikta meremas setir mobilnya kala panggilan teleponnya tak kunjung terjawab. Dikta kembali menghubungi nomor tersebut, butuh waktu lebih dari lima detik sebelum panggilannya diangkat.
"Halo?" suara serak itu menyapanya. Dikta berusaha menekan emosi dengan menggemertakkan gigi.
"Ini gue Dikta," desisnya kasar.
"Oh, suami Iren." Disusul oleh tawa kecil oleh orang di balik telepon tersebut. "Soal video itu? Haha, gimana? Keren kan permainan istri lo? Dia kayak gitu juga nggak ke lo?"
"Bangsat!" Napas Dikta memburu emosi.
"Wih, santai dong, Bro."
"Gue mau ketemu. Malam ini juga."
"Ketemu di mana?"
"Sebutin alamat lo, gue langsung ke sana."
Setelah Dewa membagikan lokasi terkini, Dikta langsung menuju ke tempat tersebut tanpa menunda-nunda waktu, di sebuah perumahan yang terletak di Jakarta Selatan, mobil Dikta melaju cepat, didukung oleh suasana jalanan yang sudah agak lengang di tengah malam ini. Dikta menatap Maps di ponselnya untuk menyesuaikan titik yang Dewa kirimkan.
+6282191501***
Gue di luar
Centang dua di ruang pesan WhatsApp itu berubah jadi warna biru tak lama setelah Dikta mengirim pesan. Tak ada lalu-lalang kendaraan lain di lorong perumahan tersebut, hanya terdapat dua mobil yang terparkir di depan mobil Dikta serta dua mobil lainnya terparkir menjorok dan hampir berdempetan di halaman rumah yang tak berpagar. Sesuai nomor blok yang tertempel di dinding rumah tersebut, itu alamat rumah yang Dewa kirimkan. Dari jauh, Dikta bisa melihat Dewa keluar dari pintu rumah tersebut. Dikta pun langsung keluar dari mobilnya.
"Ada apa?" tanya Dewa berjalan menuju Dikta yang tiba-tiba memberi bogem mentah ke muka Dewa. "Kenapa lo, anjing?!" bentak Dewa penuh marah memegang pipi kirinya.
Tanpa menjawab pertanyaan tersebut, Dikta kembali menjotos wajah Dewa hingga pria itu terhuyung ke belakang mengenai tong sampah. Dewa mengerang kesakitan sambil memegang mukanya yang memerah karena bekas pukulan Dikta bercampur kemurkaan berapi-api.
"Bangsat! Mau lo apa?!" geram Dewa menunjuk tajam ke arah Dikta.
Keributan itu pun mengundang perhatian beberapa orang yang berhamburan keluar rumah dengan air muka kaget bercampur penasaran.
"Dewa, kenapa lo?" tanya pemuda yang menghampiri Dewa yang masih tersungkur di pinggir jalan. Dua orang menghampiri Dikta dan Dewa, beberapa orang lainnya hanya menonton dari jauh tanpa niat mendekat.
Dewa tak menjawab. Napasnya berembus kasar, lalu ia berusaha bangun, tetapi Dikta dengan cepat menarik kerah bajunya sebelum kembali menghempaskannya ke belakang.
"Bangsat! Buat apa lo rekam video kayak gitu?!" Tatapan bengis Dikta terus terarah pada Dewa yang hanya bisa meringis menahan sakit.
"Video kalian yang viral itu, Wa?" Kali ini, teman tongkrongan Dewa yang bernama Sakti hanya melihat-lihati Dewa saja, tanpa gesit membangunkan kawannya yang duduk bersandar di tong sampah.
"Eh, Fahmi ogeb, bantuin itu teman lo."
Fahmi menggeleng-geleng kepala. "Teman lo tuh bangsat. Suka kok sama istri orang. Ck."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Itu Mudah (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒔𝒂𝒉?" Celaka dua belas karena Dikta dan Iren harus terjebak dalam pernikahan yang tak mereka inginkan. Cinta tak...