Peraturan lapak Fey:
•Tekan vote sebelum membaca✅
•Wajib komen yang banyak✅Terima kasih & tetap patuhi aturan bestiiiiee hahaha! Happy reading!❤️
***
Waktu seakan terjeda kala napas keduanya saling beradu irama, tak ada jarak antara wajah mereka, bahkan kini Iren sudah duduk di atas pangkuan Dikta.
"Papaaa," gumaman kecil itu membuat Dikta dan Iren membeku.
Dikta berdehem, sejenak melirik Una yang dengan polosnya mengulurkan kura-kura mainan berwarna hijau tua, Dikta kembali memusatkan pandangan pada wanita di pangkuannya. Iren panik, Dikta tahu itu. Dengan menggunakan ibu jarinya, Dikta menyeka bibir Iren yang tampak basah karena ulahnya.
Lo baru aja bangunin macan tidur, Ren!
Iren buru-buru menjauh dari Dikta, jangan sampai ia terlalu kelihatan seperti wanita yang haus belaian suami. Rasanya Iren ingin segera menghilang dari sana.
"Mami pulang dulu, ya," kata Iren yang sedang mencari lipstik dalam tas, setelah menemukannya, Iren baru memoles bibir.
"Paaa," rengek Una, menarik-narik tangan Dikta sambil menunjuk ke arah maminya.
"Kenapa, Sayang?"
Dikta memperhatikan wajah merengut Una dengan saksama, ekspresi ketika menginginkan sesuatu. Una terus saja menunjuk Iren yang masih sedang merapikan lipstiknya.
"Mau sama Mami?" tebak Dikta.
Una malah makin merengek tidak jelas.
Iren menoleh. "Una kenapa?"
"Tuh, Mami nanyain Una loh. Una mau apa?" Dikta mendudukkan Una di pahanya, balita itu terus saja menunjuk sang mami.
Iren yang sudah selesai memakai lipstik langsung mendekati putrinya.
"Una mau apa? Coba bilang sama Mami."
Dengan bibir cemberutnya, Una menunjuk lipstik yang Iren pegang.
"Oh, mau lipstik." Awalnya Iren ingin memberikan lipstik itu dengan sukarela, tetapi Iren mendadak kepikiran suatu ide. "Kiss pipi Mami dulu, baru Mami kasih."
Una yang tak sabaran kembali merajuk kesal dan menatap papanya bagai bentuk aduan sambil mengisap jari.
"Ren."
"Ya udah nih buat Una aja." Iren mencuri kecupan di pipi putrinya berkali-kali sebelum pulang ke apartemennya.
"Papa mau kiss juga?" Iren memandang Dikta dengan tatapan menggoda. "Oh iya, Papa udah dapat kiss tadi."
"Bukannya kamu yang minta?"
Iren tak peduli pertanyaan Dikta. Andai Una tak mendorong mukanya, mungkin Iren tak akan berhenti mencium pipi Una.
"Mami pulang dulu ya. Mami sayang Una."
***
Dikta:
Besok aku ke
Kalimantan.Nginap di sini ya
temenin Una.Iren membalas 'oke' dengan cepat.
"Balas pesan siapa?" tanya seorang pria yang ikut berbaring di sebelah Iren.
"Dikta, dia mau ke keluar kota, jadi minta aku nemenin Una di rumah."
"Tumben."
Benar, sebelum-sebelumnya Dikta tak pernah meminta Iren menginap di rumah ketika pria punya urusan keluar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah Itu Mudah (Tamat)
Romance(FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA! BEBERAPA PART DIPRIVATE SECARA ACAK) "𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒔𝒂𝒉?" Celaka dua belas karena Dikta dan Iren harus terjebak dalam pernikahan yang tak mereka inginkan. Cinta tak...